the quality of room lighting are the level of lighting/illuminance, light color, and glare. The classroom as a place for learning and teaching requires quality lighting. This study uses a classroom for case studies, namely at Perti Tomang Islamic Vocational School, West Jakarta, but is limited in terms of illuminance. Based on measurements, the illuminance of this classroom does not meet SNI room lighting standards. For this reason, illumination interventions are needed in the classroom, in the form of increased lighting. Improved lighting has an impact on increasing the use of electric power, for this reason efforts are needed to save energy. The problem is how to increase lighting and save energy at the same time. The purpose of this study was to determine the number of classroom lamps so that they achieve illuminance according to SNI, but still achieve energy saving. The research method is to make a classroom model with lighting that meets SNI and there are automation on/off room lights. The step is in the form of a simulation using dialux software, so that the number of lights that must be added can be known. The method for saving energy is by installing an on/off automation system for classroom lights. The results obtained from this study are an increase in average illuminance from 213.8 lux to 350 lux and is in accordance with SNI, so that visual comfort can be achieved. The on/off automation intervention was carried out by installing 3 motion sensors with the Doppler effect microwave sensor type in the classroom. The lights will turn on if there is movement of students or teachers entering the room, and the lights will turn off if there are no students or teachers. Thus, the lamp is not continuously lit for 10 hours. Based on this intervention, 14,004 KWH of electrical energy can be saved for 1 (one) month. Keywords: intervention; illuminance; light on/off automation; visual comfort; energy saving Abstrak Kenyamanan visual adalah rasa nyaman dari indra penglihatan seseorang terhadap pencahayaan ruangan yang berkualitas. Parameter yang menentukan pencahayaan ruang berkualitas yaitu tingkat pencahayaan/iluminansi, warna cahaya, dan kesilauan. Ruang kelas sebagai tempat belajar, memerlukan pencahayaan yang berkualitas. Penelitian ini menggunakan ruang kelas untuk studi kasus, yaitu di SMK Islam Perti Tomang Jakarta Barat, namun dibatasi tentang iluminansi. Berdasarkan hasil pengukuran, iluminansi rata-rata ruangan kelas ini, belum memenuhi standar pencahayaan ruang sesuai SNI. Untuk itu diperlukan intervensi iluminansi pada ruang kelas, berupa peningkatan pencahayaan. Peningkatan pencahayaan berdampak pada peningkatan penggunaan daya listrik, untuk itu diperlukan usaha penghematan energi. Permasalahannya adalah bagaimana melakukan peningkatan pencahayaan dan sekaligus hemat energi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan jumlah lampu ruang kelas sehingga mencapai iluminansi sesuai SNI, namun hemat energi. Metoda penelitian adalah membuat model ruang kelas dengan pencahayaan yang memenuhi SNI dan ada otomatisasi on/off lampu ruang. Langkahnya berupa simulasi dengan menggunakan software dialux, sehingga dapat diketahui jumlah lampu yang harus ditambahkan. Metode untuk penghematan energi berupa pemasangan sistem otomatisasi on/off lampu ruang kelas. Hasil penelitian adalah adanya peningkatan iluminansi rata-rata dari 213,8 lux menjadi 350 lux yang telah sesuai SNI, sehingga kenyamanan visual dapat tercapai. Intervensi otomatisasi on/off, dilakukan dengan pemasangan berupa 3 sensor gerak dengan tipe sensor gelombang mikro efek Doppler pada ruangaan kelas. Lampu akan menyala jika ada gerakan siswa atau guru yang memasuki ruangan, dan lampu akan mati jika tidak ada siswa atau guru. Jadi lampu tidak terus menerus menyala selama 10 jam. Adanya intervensi ini, terjadi penghematan energi listrik sebesar 14,004 KWH selama 1 (satu) bulan.