Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PENINGKATAN PERILAKU HEMAT ENERGI BAGI SISWA SMA DAN PENERAPAN SNI PADA RUANG BELAJAR Setyaningsih, Endah; Roesmaladewi, Fransisca Iriani; Calvinus, Yohanes; Fat, Joni
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.10146

Abstract

There was a blackout in early August 2019, forcing everyone to think about electricity. Some expressed the need for management reform, use of new renewable energy, and promoting energy-saving behavior. However, energy saving behavior without good knowledge will make it difficult to carry out the behavior. For this reason, the community service team collected data through a questionnaire to determine the energy saving knowledge of lighting for students. Furthermore, there is provision on energy saving lighting and practice in the field to determine the extent to which energy saving is implemented in the study room. This practice is in the form of measuring the light intensity of the study room, to find out its value so that if it is not enough, it is necessary to take action to comply with SNI standards. The presentation of the lighting field briefing contained, among other things, the explanation that saving energy does not mean reducing the use of electric power alone, but rather that saving energy must maintain the quality of lighting. Based on the results of the pre test, students have a high desire to behave energy-saving by 91.3% and have confidence in the results of a behavior and an evaluation of the results of a high behavior is 99.5%. The study room illumination shows a value that is not in accordance with the SNI, which is between 125 Lux to 150 Lux. This value is far from the SNI standard, which is 350 Lux for classrooms. Based on the results of the application of this SNI, then the lighting design is carried out through simulation using the Dialux software and the installation of energy-saving lamps in the study room, so that it reaches the SNI standard.ABSTRAK:Terjadinya pemadaman listrik pada awal Agustus 2019, memaksa semua orang untuk berpikir tentang kelistrikan. Sebagian menyatakan perlunya pembenahan manajemen, perlunya pengelolaan/penggantian sistem, dan usulan penggunaan energi baru terbarukan. Selain itu masih terdapat hal lain, yaitu peningkatan perilaku hemat energi (HE), antara lain berupa peningkatan pengetahuan HE. Namun HE kadang-kadang diartikan lain, yaitu hanya sekedar mematikan lampu, tanpa memperhatikan kualitas visual. Untuk itu tim pengabdian kepada masyarakat ini melakukan pengambilan data melalui kuisioner untuk mengetahui pengetahuan HE kepada siswa SMA N 23 Jakarta. Selanjutnya dilakukan pembekalan mengenai HE dan praktik di lapangan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan HE yang ada sekolah tersebut. Praktik ini antara lain berupa pengukuran intensitas cahaya ruang belajar, untuk mengetahui nilainya sehingga jika kurang perlu dilakukan tindakan untuk disesuaikan dengan standar SNI. Penyampaian pembekalan bidang pencahayaan, antara lain berisi tentang penjelasan bahwa HE bukan berarti mengurangi penggunaan daya listrik saja, tapi lebih diutamakan bahwa HE harus tetap menjaga kualitas pencahayaan. Berdasarkan hasil pre test, siswa memiliki keinginan tinggi untuk berperilaku hemat energi sebesar 91,3% dan memiliki keyakinan akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi terhadap hasil perilaku yang tinggi sebesar 99,5% Tingkat pencahayaan/Iluminansi ruang belajar menunjukkan nilai yang kurang sesuai dengan SNI, yaitu antara 125 Lux sampai dengan 150 Lux. Nilai ini jauh dari standar SNI, yaitu 350 Lux untuk ruang kelas. Berdasarkan hasil penerapan SNI ini, selanjutnya dilakukan perancangan pencahayaan melalui simulasi dengan menggunakan perangkat lunak Dialux dan pemasangan lampu HE pada ruang belajar tersebut, sedemikian sampai mencapai standar SNI.
Burnout Riot Police Officers: Emotional Regulation and Five Trait Personality as Predictor Putri Sri Wahyuni; Fransisca Iriani Roesmala Dewi
PSIKODIMENSIA Vol 19, No 2: Desember 2020
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/psidim.v19i2.2856

Abstract

This study examines the role of emotional regulation and five trait personality towards burnout. Personality consists of five types, namely openness, agreeableness, extraversion, conscientiousness and neuroticism. Emotional regulation consists of cognitive reappraisal and expressive suppression. Burnout consists of emotional exhaustion, personal accomplishment, and depersonalization. The subjects were riot police officers from Jakarta Regional Police. The sampling methods used were purposive sampling and convenience sampling. The respondents in this study were 79 men. This study found that emotional regulation and five trait personality contribute as much as 70.9% towards the burnout ofJakarta Regional Police riot police officers. Members of riot police who experience burnout tend to show low emotional regulation and high neuroticism.
HUBUNGAN PEER SUPPORT DENGAN SCHOOL ENGAGEMENT PADA SISWA SD Firda Amalia Gunawan; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.967

Abstract

School engagement sangat berperan dalam prestasi akademis siswa. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya perlu mendalami konstruk ini dengan memeriksa faktor-faktor apa yang dapat memengaruhi school engagement. Salah satu faktor yang memengaruhi school engagement adalah peer support. Berdasarkan observasi peneliti, setidaknya terdapat hampir 25% siswa di kelas tidak mau terlibat dalam kegiatan sekolah. Namun penelitian terdahulu mengenai kedua konstruk ini menunjukkan hasil yang inkonsisten. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan yang terdapat antara peer support dengan school engagement pada siswa SD. Sebelum mencari korelasi antar kedua variabel, terlebih dahulu peneliti menguji reliabilitas dan validitas dari alat ukur kedua variabel dan menguji normalitas data. Setelah alat ukur dinyatakan valid dan reliabel serta data dinyatakan tersebar secara normal, peneliti menggunakan metode korelasi Pearson untuk mencari hubungan antar kedua variabel yang menunjukkan r = 0,496; P < 0,05. Hasil korelasi Pearson tersebut menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antar kedua variabel. Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi peer support yang diperoleh dari teman sebaya, maka siswa juga akan semakin terlibat dalam kegiatan sekolah. Selain itu, peneliti menguji perbedaan dengan metode Independent Sample T-test yang terdapat pada siswa laki-laki dan perempuan, yang menunjukkan hasil t = 0,023 < 0,005 untuk variabel school engagement, yang berarti terdapat perbedaan signifikan hasil school engagement pada siswa laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk peer support, didapatkan hasil t = 0,061 > 0,005, yang berarti tidak terdapat perbedaan signifikan dari hasil peer support antara siswa laki-laki dan perempuan.
DAMPAK IMPLEMENTASI MBKM PADA KOGNITIF MAHASISWA UNIVERSITAS X: REKOMENDASI PENINGKATAN MBKM DI PTS Jap Tji Beng; Keni Keni; Nafiah Solikhah; Rita Markus Idulfilastri; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Mira Bella; Nina Perlita; Sri Tiatri
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v6i1.16077.2022

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah suatu program yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) sejak tahun 2020. Universitas Tarumanagara telah berkomitmen dalam menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sebagai bagian dari kurikulum sejak tahun 2020. Sejalan dengan kebijakan MBKM, upaya Kemendikbudristek menjaga mutu Perguruan Tinggi adalah dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU). Salah satu sub indikator yang keberhasilan terdapat pada IKU-7, yaitu mahasiswa terlibat dalam kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Penelitian ini bertujuan melihat dampak implementasi kelas kolaboratif dan partisipatif pada mahasiswa yang teribat dalam MBKM, khususnya dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Kabupaten Belitung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu qualitative descriptive dengan pendekatan participatory ethnography. Peneliti terdiri atas 7 dosen dan 6 mahasiswa pelaksana 3 PKM di Kabupaten Belitung. Partisipan yang menjadi sasaran  penelitian ini adalah  6 Mahasiswa MBKM yang terlibat dalam Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tersebut. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi dan wawancara sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan acara PKM di Kabupaten Belitung. Penelitian menghasilkan tiga temuan dalam aspek kognitif yaitu: (a) kegiatan pembelajaran kolaboratif dan partisipatif meningkatkan pengetahuan mahasiswa MKBM mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (b) meningkatkan kemampuan analisis pada mahasiswa; dan (c) meningkatkan kemampuan dalam hal problem solving pada mahasiswa. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran dampak pelaksanaan MBKM, dan selanjutnya dapat menjadi rekomendasi untuk peningkatan MBKM di perguruan tinggi swasta.
PERAN EMPATI DAN SELF-EFFICACY GURU TK TERHADAP GAYA PENGATURAN KELAS DALAM KONTEKS UNJUSTIFIED AGGRESSION Carolyne Sutradjaja; Riana Sahrani; Fransisca Iriani Roesmala Dewi
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 2 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.5677

Abstract

Penelitian sebelumnya mengaitkan empati dan self-efficacy dengan kemungkinan guru TK merespon situasi bullying. Akan tetapi belum ada penelitian yang mengaitkan empati dan self-efficacy dengan actual behaviour guru TK di dalam kelas. Maka penelitian ini dilakukan untuk melihat peran empati dan self-efficacy terhadap gaya pengaturan kelas guru TK dalam konteks unjustified aggression. Hal ini dipertimbangkan karena gaya pengaturan kelas kerap dikaitkan dengan perilaku konkrit yang diterapkan oleh guru di dalam kelas. Partisipan dalam penelitian ini adalah 124 guru TK dan preschool, teknik pengambilan sampel menggunakan non-probability dan snowball sampling. Analisis data dilakukan menggunakan regresi berganda (multiple regression) dan didapatkan bahwa tingkat empati dan self-efficacy guru TK memiliki peran signifikan terhadap gaya pengaturan kelas sebesar 17.5% (F = 14.045, p = 0.00 < 0.05). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat empati dan self-efficacy guru TK dapat memprediksi bagaimana mereka mengelola kelas, yang terlihat dalam perilaku saat mereka menetapkan kontrol serta membangun interaksi dengan siswa. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk melihat peran empati dan self-efficacy terhadap masing-masing dimensi dalam gaya pengaturan kelas, yaitu kontrol dan keterlibatan guru. Dari analisis tersebut ditemukan bahwa konstruk empati memiliki peran signifikan terhadap keterlibatan guru, sedangkan konstruk self-efficacy memiliki peran signifikan terhadap disiplin. Previous research linked empathy and self-efficacy to the possibility of kindergarten teachers responding to bullying situations. However, there are no studies that relate empathy and self-efficacy with the actual kindergarten teacher behaviour in the classroom. Therefore this study was conducted to examine the role of empathy and self-efficacy towards the classroom management style of kindergarten teachers in the context of unjustified aggression. This is considered because the style of classroom management is often associated with concrete behaviour that is applied by the teacher in the classroom. Participants were 124 kindergarten and preschool teachers, the sampling technique was non-probability and snowball sampling. Data analysis was performed using multiple regression (multiple regression) and it was found that the level of empathy and self-efficacy of kindergarten teachers had a significant role in the style of classroom management by 17.5% (F = 14,045, p = 0.00 <0.05). This indicates that the level of empathy and self-efficacy of kindergarten teachers can predict how they manage the classroom, which is seen in behavior when they establish controls and build interactions with students. Further analysis was carried out to see the role of empathy and self-efficacy towards each dimension in the style of classroom management, namely teacher control and involvement. From the analysis it was found that the construct of empathy has a significant role on teacher involvement, while the construct of self-efficacy has a significant role on discipline.
MEMBANGUN SOCIAL NURTURANCE DI KALANGAN REMAJA DALAM RANGKA MENCEGAH KEKERASAN TERHADAP ANAK DI SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Ade Adhari; Luisa Srihandayani; Malvin Jati Kuncara Alam W
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 4, No 2 (2021): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v4i2.12723

Abstract

Child violence cases are increasing in Indonesia. One cause of the increase is 'lack of community involvement with families'. The community often views violence against children as a natural way of educating children by parents, so there is no need for intervention from the community. This view needs to be changed with the socialization of the concept of social nurturance that every individual in society needs to participate to help children, not solely out of obligation, but as a necessity. Without realizing it, "nurturance" or help or care for others has become one of the fundamental needs of every individual. In the context of protecting children, someone needs to take part in taking attitudes and actions, because sexual violence that is ignored will trigger various negative impacts on the child and moreover the social environment in which the child lives, including the environment in which each individual performs. Therefore, it is necessary to socialize the understanding of the context of social nurturance for SMA Kolese Loyola students as part of the community. The methodology consists of several stages, which are: identifying the problem of violence against children, preparing the proposal, obtaining the PKM implementation permit, implementing the PKM, compiling the PKM output, preparing the PKM progress report and compiling the final PKM report. The result of this PKM activity is that Loyola College High School students get new information that in fact basic human rights are not only clothing, food and shelter, but also the need to always help children when facing violence. ABSTRAK:Kasus kekerasan anak semakin meningkat di Indonesia. Salah satu penyebab peningkatan tersebut ialah ‘lack of community involvement with families’. Masyarakat acapkali memandang kekerasan terhadap anak adalah suatu kewajaran cara mendidik anak oleh orang tua, sehingga tidak perlu mendapat intervensi dari masyarakat. Pandangan ini perlu diubah dengan sosialisasi konsep social nurturance bahwa setiap individu dalam masyarakat perlu berpartisipasi untuk menolong anak, bukan semata-mata karena kewajiban, namun sebagai suatu kebutuhan. Tanpa disadari, ‘nurturance’ atau pertolongan atau kepedulian terhadap orang lain telah menjadi salah satu kebutuhan fundamental pada tiap individu. Dalam konteks perlindungan terhadap anak, seseorang perlu turut andil mengambil sikap dan tindakan, sebab kekerasan seksual yang dibiarkan akan memicu berbagai dampak negatif terhadap diri anak dan terlebih lagi lingkungan sosial di mana anak itu tinggal, termasuk lingkungan tempat masing-masing individu beraktivitas. Oleh karena itu, diperlukan adanya sosialisasi pemahaman mengenai konteks social nurturance terhadap anak-anak SMA Kolese Loyola sebagai bagian dari masyarakat. Metode pelaksanaan PKM terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap penggalian permasalahan kekerasan terhadap anak, tahap penyusunan proposal, tahap pengurusan izin pelaksanaan PKM, tahap pelaksanaan PKM, tahap penyusunan luaran PKM, tahap penyusunan laporan kemajuan PKM dan tahap penyusunan laporan akhir PKM. Hasil dari kegiatan PKM ini adalah siswa SMA Kolese Loyola mendapatkan informasi baru bahwa sesungguhnya hak dasar manusia bukan hanya sandang, pangan dan papan, tetapi juga kebutuhan untuk senantiasa membantu anak apabila menghadapi kekerasan
PENDAMPINGAN GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN BELITUNG DALAM MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN STEM (SCIENCE TECHNOLOGY ENGINEERING AND MATHEMATICS) MENGGUNAKAN IOT (INTERNET OF THINGS) Jap Tji Beng; Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Claudia Fiscarina; Desella Chandra; Felicita Mauli; Layla Adila Ramadhani; Sri Tiatri
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v4i1.16075

Abstract

The influence of technological development brought about a sophisticated concept called IoT or the Internet of Things. In order to keep up with the progress of industrial era 4.0, preparation is needed to improve student competence. Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) education can improve IoT-related competencies. Collaboration between the use of IoT and STEM learning is expected to help students prepare for the future. Therefore, research on STEM Learning through IoT has been conducted for the last two years. Based on the results of this research, this PKM (Community Service) aims to provide assistance to elementary school teachers in Belitung Regency in the introduction of STEM learning through the implementation of IoT media. The methods in implementing the community service are: (a) data collection through questionnaires, prior to the implementation of Teacher Mentoring, (b) implementation of Teacher Mentoring in the form of lectures on IoT, STEM, and the benefits of STEM learning through IoT, (c) discussions and reflections on the material, (d) QnA session, and (e) data collection after Teacher Mentoring session. Furthermore, the data from the questionnaire was processed using quantitative methods. 75 teachers were assigned to attend this PKM, however, only 72 questionnaire data was collected. The result of the PKM recorded through QnA and questionnaires filled out by the teacher is that this PKM was able to help teachers understand more about the meaning of STEM by IoT. The STEM learning model through IoT is considered by the teachers to be able to provide positive benefits for students. Teachers expect similar materials related to technological advances to be given to students in the future.ABSTRAK:Pengaruh perkembangan teknologi di dunia menghasilkan suatu konsep canggih dengan sebutan IoT atau Internet of Things. Untuk menghadapi kemajuan zaman di era industri 4.0 diperlukan persiapan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Pendidikan STEM atau Science, Technology, Engineering, and Mathematics dapat menjadi wadah dalam meningkatkan kompetensi terkait IoT tersebut. Kolaborasi antara pemanfaatan IoT dengan pembelajaran  STEM diharapkan dapat mempersiapkan siswa menghadapi masa depan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai Pembelajaran STEM melalui IoT telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir. Berbasis hasil penelitian tersebut, PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) ini bertujuan untuk memberikan pendampingan guru Sekolah Dasar di Kabupaten Belitung dalam pengenalan pembelajaran STEM melalui implementasi media IoT. Metode dalam pelaksanaan PKM adalah: (a) pengumpulan data melalui kuesioner, sebelum pelaksanaan Pendampingan Guru, (b) pelaksanaan Pendampingan Guru berupa ceramah mengenai IoT, STEM, dan manfaat pembelajaran STEM melalui IoT, (c ) diskusi dan refleksi mengenai materi yang diperoleh, (d) tanya jawab, (e) pengumpulan data sesudah Pendampingan Guru. Selanjutnya data dari kuesioner diolah dengan menggunakan metode kuantitatif.  Guru yang ditugaskan hadir dalam PKM ini adalah 75 orang, namun data kuesioner yang terkumpul adalah 72.  Hasil dari PKM yang terekam melalui tanya jawab dan kuesioner yang diisi oleh guru antara lain, bahwa PKM ini telah dapat membuat para guru menjadi lebih paham arti STEM dengan IoT.  Model pembelajaran STEM melalui IoT ini dinilai guru dapat memberikan manfaat positif bagi pada siswa.  Para guru mengharapkan materi-materi sejenis yang terkait dengan kemajuan teknologi dapat diberikan di kemudian hari.
RESILIENSI PELAKU UMKM DI JAMBI HADAPI PANDEMI COVID-19 Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Raja Oloan Tumanggor; Gracio O.E.H. Sidabutar
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v4i3.17590

Abstract

The global pandemic is having an influence on several economic sectors in Indonesia. This industry was among the first to be affected and has been severely impacted thus far. In various locations in Indonesia, several major, medium, and small business players have ceased operations. They, particularly UMKM, require support in order to survive and grow their operations. They must be able to remain resilient in the face of adversity. Stress must be controlled because if it is not, it can lead to long-term stress. Stress management is part of education. The lack of understanding regarding resilience is a concern that UMKM players in the Jambi region face. As a result, the solution proposed is to provide resilience education, with the expectation that partners will learn what resilience is and how it may be utilized to overcome stress, sadness, and anxiety. Everyone is born with the ability to be resilient, but it must be fostered and polished. This PKM activity is carried out in order for UMKM players to survive and recover in the face of present difficulties.ABSTRAK:Pandemi yang telah melanda dunia berdampak ke berbagai sektor usaha perekonomian di Indonesia. Sektor ini termasuk yang pertama terdampak dan terpukul berat hingga kini. Para pelaku usaha besar, menengah, dan kecil di berbagai wilayah Indonesia banyak yang berhenti usahanya. Para pelaku usaha membutuhkan  pendampingan agar dapat bertahan dan meneruskan usahanya, terutama pelaku UMKM. Para pelaku usaha harus dapat bersikap resilien berhadapan dengan tekanan atau stres. Stres harus dikelola sebab jika terus dibiarkan maka dapat berujung stres yang berlarut-larut. Edukasi meliputi manajemen stres. Permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM di daerah Jambi adalah minimnya pengetahuan tentang resiliensi. Dengan demikian solusi yang ditawarkan adalah memberikan edukasi tentang resiliensi yang nantinya diharapkan mitra dapat memahami apa dan bagaimana resiliensi yang dapat digunakan untuk mengatasi stres depresi, dan kecemasan. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk tangguh (resilien) secara alami, tetapi hal tersebut harus dipelihara dan diasah. Kegiatan PKM ini dilakukan agar pelaku UMKM dapat bertahan di tengah kondisi saat ini dan kembali bergerak
Analisis Faktor-faktor yang Mampu Mempengaruhi Intensi Wisatawan dalam Mengunjungi Kepulauan Riau dari Perspektif Resiko Keni Keni; Nicholas Wilson; Fransisca Iriani Roesmala Dewi
Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Manajemen Bisnis dan Kewirausahaan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmbk.v6i2.17928

Abstract

Tourism had become one of the industries which try to re-establish itself as the pillar of the Indonesian economy in the post-pandemic era, in which, it is important for practitioners or companies doing their business within the Indonesian tourism sector to fully understand which factors could affect people or tourists’ intention to visit certain destination place in Indonesia, in which, in this paper, is Riau Island. In this case, this study was conducted to fully assess several factors which could affect tourists’ intention to visit Riau Island, all these factors were comprised several risks which might affect tourists’ visit intention toward Riau, namely financial risk, psychological risk, time risk, and physical risk. This study implements a survey method, with a questionnaire was implemented as the main tool to collect the data from the respondents. A non-probability sampling method in the form of a convenience sampling method was also implemented to ensure the credibility and conformity of all respondents participating in this study. Meanwhile, a total of 400 data were collected from respondents who are tourists’ who’ve visited Riau Island for the past 3 years. Using the PLS-SEM method, data analyses results imply that all risks, namely financial risk, psychological risk, time risk, and physical risk had a significant effect on tourists’ intention to visit Riau Island. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berjuang guna bangkit dari pandemi yang saat ini terjadi, yang dimana, penting bagi setiap pihak, seperti para praktisi dan pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata di Indonesia untuk dapat memahami secara mendalam berbagai faktor ataupun aspek yang mampu mempengaruhi intensi wisatawan untuk berkunjung ke suatu lokasi wisata yang ada di Indonesia, yang dimana, lokasi wisata yang dimaksud dan dikaji pada penelitian ini adalah Kepulauan Riau. Berkaitan dengan hal ini, maka studi ini pun dilakukan guna mengkaji berbagai faktor yang mampu mempengaruhi intensi wisatawan di dalam berkunjung ke Kepulauan Riau dari perspektif resiko, diantaranya adalah financial risk, psychological risk, time risk, dan physical risk. Dengan menggunakan metode survei, kuesioner digunakan sebagai media utama guna mengumpulkan seluruh data dari responden. Selanjutnya, terkait dengan teknik sampling pada studi ini, jenis non-probability sampling berupa convenience sampling digunakan guna memastikan bahwa seluruh responden telah memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan peneliti pada studi ini. Selanjutnya, sebanyak 400 responden yang merupakan wisatawan yang pernah berkunjung ke Kepulauan Riau dalam kurun waktu 3 tahun terakhir berpartisipasi pada studi ini. Dengan menggunakan metode PLS-SEM, hasil analisis data menemukan bahwa financial risk, psychological risk, time risk, dan physical risk berpengaruh signifikan terhadap pembentukan intensi wisawatan untuk berkunjung ke Kepulauan Riau.
PEMBERDAYAAN GUGUS TUGAS SEBAGAI AGEN PERUBAHAN PERILAKU HEMAT ENERGI Fransisca Iriani Roesmala Dewi; Endah Setyaningsih; Yohanes Calvinus
PROSIDING SERINA Vol. 1 No. 1 (2021): PROSIDING SERINA III 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.439 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v1i1.17643

Abstract

Energy conservation begins with energy-saving knowledge and behavior. Individuals' energy-efficient conduct as members of society or citizens is an unavoidable need. Awareness or a favorable attitude toward the environment, or being pro-environment, is required for behavioural change to occur. It will be more successful to execute energy-saving activities if students join a peer group. Peers are essential in the lives of teenagers. A adolescent must be well-accepted in order to receive social support from their peers. Teenagers and their friends can exchange information, pay attention to one another, and provide mutual support in social groupings.Social support is defined as perceived support, which consists of two main components: the sense that there are a lot of other people on whom a person may rely when required, and contentment with the existing assistance. This exercise took place in Jakarta's PERTI Tomang Islamic Vocational School. This school believes that assistance in the development of an energy-saving task group is required. This energy-saving task force serves as a change agent for the effective creation of energy-saving behavior through peer group support. Peer assistance as change agents for other students (peer groups). Peer group support serves as a source of knowledge, emotional support, self-esteem support, practical or instrumental support, and network support.Penghematan energi, dimulai dengan kesadaran dan berperilaku hemat energi. Perilaku Efisiensi energi individu sebagai anggota masyarakat atau warga negara merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda.. Agar terjadi perubahan perilaku, maka kesadaran atau sikap positif terhadap lingkungan atau pro-lingkungan merupakan hal penting. Dalam melaksanakan program hemat energi, akan lebih efektif jika dibentuk peer group di kalangan siswa. Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan remaja merupakan keharusan, untuk itu seorang remaja harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan sosial (sosial support) dari kelompok teman sebayanya. Di dalam kelompok sosial, remaja bersama temannya dapat saling bertukar informasi, memberikan perhatian dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan, yang memiliki dua elemen dasar diantaranya adalah persepsi bahwa ada sejumlah orang lain dimana seseorang dapat mengandalkannya saat dibutuhkan dan merasakan kepuasan terhadap dukungan yang ada. Kegiatan ini dilakukan di SMK Islam Perti Tomang Jakarta. Pendampingan pembentukan gugus tugas hemat energi di sekolah ini dirasakan perlu. Peran gugus tugas hemat energi ini sebagai peer group supportmemiliki peran sebagaiagen perubahan(agent of change) untuk keberhasilan pembentukan perilaku hemat energi.Peer group supportsebagai agen perubahan bagi siswa lain (teman sebaya- peer group). Sebagai peer group support, perannya adalah memberikan informational support, emotional support, esteem support, tangible or instrumental support, dan network support.