Heryoso Setiyono
Department of Oceanography, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hubungan Kecepatan Angin dengan Luasan Upwelling Intensitas Kuat di Perairan Selatan Jawa pada Kejadian La Nina, El Nino dan Normal Safitri Dwi Rahayu; Heryoso Setiyono; Elis Indrayanti
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15634

Abstract

Fenomena upwelling yang terjadi di Perairan Selatan Jawa selain dipengaruhi oleh angin muson juga sangat dipengaruhi oleh ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Dipole Mode). Penelitian ini mengkaji lebih jauh tentang hubungan kecepatan angin dan luasan upwelling intensitas kuat di Perairan Selatan Jawa selama kejadian La Nina tahun 2010, Normal Tahun 2013 dan  El Nino tahun 2015. Data yang digunakan meliputi data suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a dari citra MODIS, data angin dari ASCAT. Peta variasi upwelling serta nilai luasannya diperoleh dari pengolahan ArcGIS dan nilai rata-rata kecepatan angin bulanan diolah dengan IDL. Daerah upwelling intensitas kuat yang terluas pada kejadian La Nina terjadi di bulan Agustus sebesar 1.952 km² dengan kecepatan angin rata-rata bulanan sebesar 6,96 m/s. Sedangkan pada kejadian Normal dan El Nino terjadi di bulan September sebesar 14.432 km² dan 29.120 km² dengan kecepatan angin rata-rata bulanannya sebesar 6,55 m/s dan sebesar 6,15 m/s. Hasil korelasi kecepatan angin dengan luasan upwelling menunjukkan korelasi yang cukup tinggi pada kondisi La Nina dan Normal dengan nilai korelasi sebesar 0,58 dan 0,54. Kecepatan angin tidak terlalu mempengaruhi luasan upwelling pada kondisi El Nino dengan nilai korelasi yang sangat rendah sebesar 0,06.Kata kunci: Luas upwelling, Angin Muson, Perairan Selatan Jawa, La Nina, El Nino Upwelling in the Southern Java waters is directly controlled by monsoon winds and is also strongly influenced by ENSO (El Nino Southern Oscillation) and IOD (Indian Dipole Mode).  This study examines the relationship between wind speed and the area of strong intensity upwelling in the waters of Southern Java during the 2010 La Nina, 2013 Normal, and 2015 El Nino events. The data used are Sea Surface Temperature (SST) and chlorophyll-a from Aqua Modis level 3, and wind data from ASCAT.  The area of strong intensity upwelling is obtained from ArcGIS processing and the average monthly wind speed is processed using IDL. The widest area of strong intensity upwelling during the La Nina event occurred in August at 1,952 km² with a monthly average wind speed of 6.96 m/s. Whereas Normal and El Nino events occurred in September at 14,432 km² and 29,120 km² with monthly average wind speeds of 6.55 m/s and 6.15 m/s. The correlation of wind speed and upwelling area showed a fairly high correlation in La Nina and Normal conditions with a correlation value of 0.58 and 0.54. Wind speed does not significantly affect the upwelling area during El Nino conditions with a very low correlation value of 0.06.Keywords: Upwelling area, Monsoon Wind, the Southern Java Waters, La Nina, El Nino
Perubahan Ketebalan Lapisan Termoklin akibat Variabilitas Iklim ENSO dan IOD di Perairan Selat Bali Georgina Faulia Rachman; Anindya Wirasatriya; Heryoso Setiyono
Indonesian Journal of Oceanography Vol 5, No 1 (2023): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v5i1.15968

Abstract

Selat Bali merupakan perairan semi tertutup yang menghubungkan Laut Bali di bagian utara dan Samudera Hindia di bagian selatan. Perairan ini juga memisahkan Pulau Jawa di sisi barat dan Pulau Bali di sisi timur. Lapisan termoklin merupakan lapisan perairan laut yang dicirikan terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman. Kedalaman termoklin merupakan parameter fisis lautan yang letaknya bisa berubah-ubah secara vertikal. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lapisan termoklin yang terdapat di selat Bali dan melihat terdapatnya pengaruh dari variabilitas iklim ENSO dan IOD dengan menggunakan data angin, ONI, DMI dan vertikal temperatur dalam jangka waktu 11 tahun (2010-2020). Ditemukan lapisan termoklin pada bagian utara dan selatan di perairan Selat Bali dengan hasil ketebalan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 119,5m, El Niño (2016) sebesar 50m, IOD (+) 2017 sebesar 100,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 150,2m pada bagian utara. Sedangkan bagian selatan saat kondisi La Niña (2011) sebesar 190,5m, El Niño (2016) sebesar 19,5m, IOD (+) 2017 sebesar 106,5m dan IOD (-) 2019 sebesar 90,5m. Pada tahun 2016 terjadi peristiwa pendangkalan pada batas bawah di bagian selatan. Peristiwa ini disebabkan karena menguatnya arus lintas Indonesia yang diduga menekan batas atas sehingga lapisan tersebut mengalami pendalaman.Kata kunci: Perairan Selat Bali, Lapisan Termoklin, ENSO dan IOD The Bali Strait is a semi-enclosed water that connects the Bali Sea in the north and the Indian Ocean in the south. These waters also separate the island of Java on the west side and the island of Bali on the east side. The thermocline layer is a layer of marine waters which is characterized by a rapid decrease in temperature with depth. The depth of the thermocline is a physical parameter of the ocean whose location can vary vertically. This study aims to examine the thermocline layer in the Bali strait and see the influence of ENSO and IOD climate variability using wind, ONI, DMI and vertical temperature data for a period of 11 years (2010-2020). Thermocline layers were found in the northern and southern parts of the waters of the Bali Strait with thickness results under La Nia (2011) conditions of 119.5m, El (2016) of 50m, IOD (+) 2017 of 100.5m and IOD (-) 2019 of 150.2m in the north. While the southern part during La Nia (2011) conditions was 190.5m, El Niño (2016) was 19.5m, IOD (+) 2017 was 106.5m and IOD (-) 2019 was 90.5m. In 2016 there was a silting event at the lower boundary in the southern part. This incident was caused by the strengthening of Indonesian traffic flow, which allegedly suppressed the upper boundary so that the layer was deepened.Keywords: Bali Strait Waters, Thermocline Layers, ENSO and IOD