Claim Missing Document
Check
Articles

IDENTIFIKASI FAKTOR OSEANOGRAFI TERHADAP KEMUNCULAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DI PERAIRAN KWATISORE, KABUPATEN NABIRE, PAPUA. Enita, Siti Yasmina; Kunarso, Kunarso; Wirasatriya, Anindya
Journal of Oceanography Vol 6, No 4 (2017)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1206.819 KB)

Abstract

Hiu paus merupakan salah satu spesies ikan yang terancam punah di dunia. Kemunculan hiu paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) yang berlangsung sepanjang tahun menjadikan TNTC sebagai kawasan ekowisata laut sekaligus kawasan konservasi bagi hiu paus. Hasil pemantauan WWF Indonesia dari tahun 2011 sampai sekarang menunjukkan dugaan kemunculan hiu paus terkait dengan kehadiran ikan puri hasil tangkapan bagan khususnya di perairan Kwatisore. Penelitian meliputi faktor oseanografi seperti hasil tangkapan ikan puri, klorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL) dari citra satelit aqua modis level 2 dengan resolusi 1 km pada tahun 2013-2016, dan nutrien (nitrat dan fosfat). Tahapan pengolahan data terdiri dari analisa sampel air untuk klorofil-a dan nutrien di laboratorium, serta pengolahan data citra secara klimatologi dan musiman. Hasil penelitian menunjukkan kemunculan hiu paus tidak berkaitan dengan hasil tangkapan ikan puri dengan nilai korelasi sebesar 0,09. Kemunculan hiu paus lebih memiliki tren fluktuasi yang sama dengan konsentrasi klorofil-a dan SPL di Perairan Kwatisore dengan korelasi berturut-turut sebesar 0,548 dan 0,543. Kemunculan hiu paus dan konsentrasi klorofil-a mengalami peningkatan pada bulan Desember dan Maret, dengan kisaran konsentrasi klorofil-a sebesar 0,38-0,48 mg/m3 dengan SPL diatas 30,5 ºC.
IDENTIFIKASI VARIABILTAS UPWELLING BERDASARKAN INDIKATOR SUHU dan KLOROFIL-A DI SELAT LOMBOK Yuhendrasmiko, Randy; Kunarso, Kunarso; Wirasatriya, Anindya
Journal of Oceanography Vol 5, No 4 (2016)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.326 KB)

Abstract

Upwelling merupakan proses terangkatnya massa air dalam yang kaya nutrien ke lapisan permukaan. Fenomena upwelling sangat membantu dalam menyediakan nutrien dengan konsentrasi tinggi. Selat Lombok memiliki produktivitas perairan yang tinggi akibat adanya fenomena upwelling yang terjadi secara musiman di Selat Lombok, maka diperlukannya analisa suhu dan klorofil-a sebagai indikator pendugaan daerah upwelling yang dikaitkan dengan pola angin di perairan Selat Lombok.        Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabilitas SPL secara musiman dan pengaruhnya terhadap klorofil-a, mengetahui waktu kejadian upwelling di Selat Lombok serta mengetahui  pengaruh angin muson terhadap kejadian upwelling di Selat Lombok.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini   adalah metode kuantitatif yang deskriptif  yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan SPL dan klorofil-a di perairan Selat Lombok yang digunakan untuk menentukan daerah upwelling, kemudian dihubungkan dengan angin dari ECMWF. Survei lapangan dilakukan dengan pengukuran Suhu secara vertikal dengan CTD.                                                                  Hasil penelitian ini menunjukkan nilai SPL pada musim timur (Juni-Agustus) dan peralihan II (September-November) lebih dingin (23,380C-29,540C) dibandingkan dengan musim barat (Desember-Februari) dan Musim peralihan I ( Maret-Mei) (25,460C-33,320C). Hal ini tidak mempengaruhi kadar klorofil-a di Selat Lombok yang ditunjukkan dengan korelasi (r) Sebesar 0,19. Upwelling terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan November 2015 dengan puncak terluas terjadi pada bulan Juni. Angin muson tenggara tampak berpengaruh positif terhadap kejadian upwelling dengan indikator korelasi antara kecepatan angin dan SPL sebesar -0,88.
STUDI PENGARUH EL NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) DAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) TERHADAP VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DI PERAIRAN KARIMUNJAWA Seprianto, Abdal; Kunarso, Kunarso; Wirasatriya, Anindya
Journal of Oceanography Vol 5, No 4 (2016)
Publisher : Program Studi Oseanografi, Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1147.737 KB)

Abstract

Variabilitas iklim El Nino Southern Oscilation (ENSO) dan Indian Oscillation Dipole (IOD) adalah variabilitas iklim global yang dapat mempengaruhi kondisi oseanografi diantarranya SPL dan klorofil-a. Studi tentang pengaruh ENSO dan IOD telah banyak dilakukan sebelumnya di Perairan Indonesia, namun belum ada kajian di Perairan Karimunjawa yang dapat mempengaruhi produktivitas perikanan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari variabilitas ilkim antar tahunan ENSO dan IOD terhadap variabilitas SPL dan klorofil-a di Perairan Kepulauan Karimunjawa serta mengetahui faktor fisis yang mendasari pengaruh tersebut. Penelitian ini menggunakan data near real-time SPL dan klorofil-a serta indeks ENSO dan IOD dari satelit penginderaan jauh. Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan data pendukung angin dan arus laut sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas mengenai objek yang diteliti. Hasil penelitian menunjukan pengaruh variabilitas iklim ENSO terhadap SPL dan klorofil-a tampak rendah, dengan masing-masing memiliki indeks korelasi -0,045 dan -0,035, hal serupa juga terlihat pada pengaruh IOD terhadap klorofil-a yang memiliki indeks korelasi sebesar 0,025. Pengaruh variabilitas iklim antar tahunan yang tampak cukup tinggi terjadi antara iklim IOD dengan SPL yang memiliki indeks korelasi sebesar -0,433. Pengaruh ENSO dan IOD terhadap variabilitas SPL dan klorofil-a terjadi pada periode-periode khusus, yaitu ketika fenomena El Nino kuat berlangsung bersamaan dengan IOD(+) kuat memicu terjadinya SPL dingin dan klorofil-a tinggi, selanjutnya ketika fenomena La Nina kuat berlangsung bersamaan dengan IOD(-) kuat memicu terjadinya SPL hangat dan klorofil-a rendah. Pola angin permukaan diduga menjadi faktor fisis yang mendasari keterkaitan antara IOD dengan variabilitas SPL
STUDI KINETIKA ADSORPSI DAN DESORPSI ION FOSFAT (PO42-) DI SEDIMEN PERAIRAN SEMARANG DAN JEPARA Lilik Maslukah; Muhammad Zainuri; Anindya Wirasatriya; Rikha Widiaratih
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v12i2.32392

Abstract

Adsorption and desorption are important processes that affect the distribution of chemicals in the environment. This research aims to determine the change pattern of PO42- concentration by time through adsorption and desorption simulations. The simulation process was conducted on sediments from Semarang and Jepara waters. Through the analysis of desorption process, the contribution of sediment input to the P ion can be determined, based on the release of ions PO42- at the beginning of time until the maximum conditions of the desorption process. The first and second order of (what) equations were used to determine the adsorption kinetics, while the isotherms of the adsorptions were determined based on the Langmuir and Freundlich models. The results show that the significant desorption process occurs during the first hour and the contribution of PO42- ions by Semarang sediments are three times higher than Jepara sediments. Based on the adsorption kinetics and isotherms, the second order of the equation model and the Langmuir model are more appropriate for both locations. This model assumes that the adsorption capacity is proportional to the number of active sites occupied by PO42- ions and the adsorption occurs in one homogeneous sedimentary layer. Semarang sediments have adsorp pollutants (P ions) ability greater than Jepara Sediments with capacity values respectively are 11.57 and 11.2 µmol g-1.
Model Sebaran Penurunan Tanah di Wilayah Pesisir Semarang Aris Ismanto; Anindya Wirasatriya; Muhammad Helmi; Agus Hartoko; Prayogi Prayogi
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 14, No 4 (2009): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.729 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.14.4.189-196

Abstract

Banjir rob merupakan fenomena bencana yang melanda daerah pesisir Kota Semarang sejak 30 tahun terakhir yang sampai saat ini belum dapat tertanggulangi dan bahkan semakin meluas. Penyebab utama timbulnya banjir rob adalah terjadinya penurunan tanah yang dapat mencapai + 15 cm/tahun. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan informasi yang akurat mengenai penurunan tanah yang terjadi, terutama mengenai zona sebaran penurunan tanah yang dikaitkan dengan penggunaan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial Penurunan Tanah di Pesisir Kota Semarang sehingga diharapkan bisa menjadi acuan bagi Pemerintah Kota Semarang dalam rangka penanggulangan banjir rob. Data spot height peta RBI dan hasil pengukuran lapangan dengan menggunakan DGPS digunakan dalam penelitian ini. Laju penurunan tanah dihitung berdasarkan perbedaan ketinggian wilayah pada saat ini dengan ketinggian wilayah pada spot height peta RBI, tahun 2001. Data citra satelit IKONOS yang didownload dari Google Earth digunakan untuk mengetahui penggunaan lahan eksisting. Pengolahan data dilakukan berbasis Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan tool Spatial Analyst pada software Arc GIS 9.1. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa Kota Semarang  mempunyai luas 17.073,23 ha dan laju penurunan tanah <1 cm/thn terjadi seluas 3.355,93 ha (19,7%); 1,1-4 cm/thn seluas 6.515,77 ha (38,2%), 4,1-8 cm/thn seluas 5.048,51 (29,6%); 8,1-12 cm/thn seluas 1.685,6 ha (9,9%); dan 12,1-15 cm/thn seluas 467,45 ha (2,7%). Penurunan tanah tersebut menyebar secara spasial di Kecamatan Genuk (8.1-15 cm/th) dan Semarang Utara serta sebagian Semarang Barat (4.1-12 cm/th). Kecamatan Tugu memiliki tingkat penuruan tanah yang relatif rendah, yaitu kurang dari 1 cm/th. Kata kunci: Semarang, Banjir Rob, Penurunan tanah, Since the last 30 years, Tidal flood hazard in the Semarang Coastal Area has never been clearly solved and even getting worse time to time. Most possible cause of this tidal flooding is believed land subsidence which reaches up to 15cm/year. Accurate information of land subsidence distribution, in relation to land use, is therefore needed to ease this flooding problem. The study is aimed to identify spatial distribution of land subsidence in Semarang coastal area which hopefully can be used as scientific reference for Semarang City Government on solving this tidal flooding problem. A spot height data of Indonesian Land Surface (RBI) map was used as the main information of the study collaborated with comprehensive field measurement using DGPS. Land subsidence rate was then calculated as differences between actual height of the location with spot height indicated on 2001 RBI map. An IKONOS satellite image of the same spot was then used to determine existing land use of the area. The dara were processed using a GIS-based analysis ‘Spatial Analyst’ of ArcGIS 9.1. The result showed that among total of 17.073,23 ha of the study area 3.355,93 ha (19,7%) has rate of land subsidence of <1cm/year, 6.515,77 ha (38,2%) of 1.14cm/year, 5.048,51 ha (29,6%) of 4.1-8cm/year, 1.685,6 ha (9,9%) of 8.1-12cm/year and 467,45 ha (2,7%) of 12.1-15cm/year. Spatial distribution of land subsidence in Semarang is spreading in Genuk (8.1-15 cm/th), North Semarang and West Semarang District (4.1-12 cm/th). Land subsidence in Tugu District is relatively lower, that is less then 1 cm/th. Key words: Semarang, tidal flood, land subsidence,
Perkembangan Awal Larva Tiram Mutiara (Pinctada fucata) pada Tingkat Salinitas yang Berbeda Anindya Wirasatriya; Jusup Suprijanto
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 1 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.1.14-19

Abstract

Salah satu bagian dari usaha pembenihan adalah pemijahan, dimana salinitas merupakan faktor yang sangat penting terutama pada proses fertilisasi dan perkembangan awal larva sampai fase D-type. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap perkembangan awal larva tiram mutiara (Pinctada fucata). Terdapat 4 perlakuan salinitas pada penelitian ini sebagai media perkembangan awal larva tiram mutiara, yaitu 27 ‰, 30 ‰, 33 ‰, dan 36 ‰• Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata perbedaan salinitas sangat mempengaruhi perkembangan awal larva P. fucata baik dari segi waktu pembentukan D type maupun kenormalan bentuk larva yang dihasilkan. Salinitas media mempengaruhi tingkat kerja osmotik larva dan proses pembentukan cangkang. Salinitas optimum untuk perkembangan awal larva tiram mutiara (P. fucata) adalah 33 ‰ dimana waktu perkembangan awal larvanya berlangsung dalam waktu yang paling singkat yaitu 1053,33 menit dan tidak terjadi ketidaknormalan bentuk larva. Akibat terjadi peristiwa plasmolisis dan plasmolisis, pada salinitas 27 dan 36 terjadi ketidaknormalan bentuk larva yang dihasilkan.
Natuna Off-Shelf Current (NOC) Vertical Variability and Its Relation to ENSO in the North Natuna Sea Hariyadi Hariyadi; Johannes Hutabarat; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Faiq Marwa Noercholis; Niken Dwi Prasetyarini; Widodo S. Pranowo; Kunarso Kunarso; Parichat Wetchayount; Anindya Wirasatriya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 2 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.2.63-70

Abstract

During the northwest monsoon (NWM), southerly flow off the Natuna Islands appeared as the extension of the turning Vietnam coastal jet, known as Natuna off-shelf current (NOC). NOC is generated by the interaction of wind stress and the North Natuna Sea’s bottom topography. The purposes of the present study is to investigate the vertical variability of NOC and its relation to El Niňo Southern Oscillation (ENSO) using Marine Copernicus reanalysis data. The vertical variability refers to the spatial distribution of NOC pattern at the surface layer, thermocline layer, and deep/bottom layer.  in 2014 as representative of normal ENSO condition. To investigate the effect of ENSO, the spatial distribution of NOC in 2011 and 2016 were compared which represent the La Niňa and El Niňo conditions, respectively. The results show that NOC starts to generate at the southeast monsoon season to the transition I season and peaks in the northwest monsoon season. The occurrence of NOC is identified at all depth layers with the weakened NOC at the deep layer. Related to the ENSO effect, La Niňa tends to strengthen NOC while El Niňo tends to weaken NOC. These are releted with the strengthening and weakening northerly wind speed during La Niňa and El Niňo, Respectively. During La Niňa events, the NOC occurs more frequently than during El Niňo. Thus, beside affecting the magnitude of NOC, ENSO also influence the frequency occurrence of NOC.
Pengaruh Diameter Tali Polyethilen Sebagai Kolektor Terhadap Jumlah dan Ketahanan Penempelan Spat Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Anindya Wirasatriya; Ita Widowati; Retno Hartati
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 2 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.903 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.2.90-95

Abstract

Pemeliharaan spat merupakan salah satu kegiatan dalam pembenihan tiram mutiara. Masa peralihan antara larva menjadi spat merupakan masa yang kritis, dimana terjadi perubahan sifat organisme dari planktonis menuju sesil bentik. Pada masa ini kolektor yang sesuai sangat dibutuhkan sebagai tempat penempelan spat. Penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa tali polyethilen merupakan bahan kolektor yang cukup baik untuk penempelan tiram mutiara, tetapi belum ada informasi mengenai diameter tali yang digunakan. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui diameter tali polyethilen yang terbaik untuk penempelan spat tiram mutiara (Pinctada maxima) ditinjau dari jumlah dan ketahanan spat yang menempel.Penelitian ini bersifat eksperimentaldengan 5 perlakuan. Kolektor tali polyethilen dengan 5 diameter tali yang berbeda yaitu 500mm, 1500mm, 2500mm, 3500mm dan 5000mm disediakan sebagai tempat penempelan spat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter tali polyethilen terbaik untuk spat kolektor adalah 500mm dan 1500mm. Pada diameter 500mm, jumlah rata-rata penempelan spat mencapai 134,67 ekor dan persentase rata-rata spat yang terlepas pada uji ketahanan mencapai 8,42 %. Sedangkan pada diameter 1500mm jumlah rata-rata penempelan spat mencapai 138,33 ekor dan persentase rata-rata spat yang terlepas pada uji ketahanan mencapai 9,16%.Kata kunci : Tali PE, Spat Pinctada maxima, Jumlah dan Ketahanan PenempelanMaintaining spat is one of parts done in pearl oyster hatchery . The transition period from larval to spat is a critical period due the change of the planktonic character to the sesile benthic character. In this period, theavailable collector is needed for spat attachment. The formerly reseach showed that polyethilen rope was good enough for spat attachment but there was no information about the diametre that been used. Thepurpose of this research is to know the best diametre of polyethilen rope as collectors of pearl oyster spat (Pinctada maxima) attachment , viewed from the number and strength of spat attachment.The character ofthis research is experimental with 5 treatment. For spats attachment, collectors from polyethilen rope with 5 different diametres were prepared. They were 500mm, 1500mm, 2500mm, 3500mm and 5000mm. The result of the research showed that the best diametre of polyethilen rope for spat collector were 1500mm and 500mm. In 500mm diametre the mean number of spat attachment was 134, 67 and the mean percentage of falling spat in strength test was 8,42 %. In 1500mm diametre the mean number of spat attachment was 138,33 and the mean percentage of falling spat in strength test was 9,16 %.Key words : PE rope, Pinctada maxima Spat, Number and Strength of attachment
Assessing the Reliability of Planktic Foraminifera Ba/Ca as a Proxy for Salinity off the Sunda Strait Riza Yuliratno Setiawan; Anindya Wirasatriya; Hasrizal Bin Shaari; Eko Setyobudi; Faizal Rachman
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 22, No 4 (2017): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.836 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.22.4.201-212

Abstract

The Ba/Ca ratio of planktic foraminifera carbonate serves as a new geochemical proxy for seawater Ba/Ca and thus providing information on modern and past salinity and freshwater discharge. In this study the applicability of Ba/Ca ratio of core-top Globigerinoides sacculifer collected off the eastern tropical Indian Ocean (ETIO) for paleoceanographic reconstructions was investigated. In doing so, we conducted a series of cleaning experiments for Ba/Ca extraction by using different reductive solutions. Our new results suggest that the Ba/Ca ratio of G. sacculifer cannot be utilized as a tracer for modern and past salinity changes in the ETIO region off the Sunda Strait. We suggest that the existence of seasonal upwelling adds an additional signal to the seawater Ba/Ca in the ETIO, and thus complicates the interpretation of G. sacculifer Ba/Ca as a freshwater tracer. Moreover, our cleaning experiment results show that the cleaning protocol of Mg/Ca, DTPA, and hydroxylamine can be used to extract valuable Ba/Ca ratios from planktic foraminifera tests. Keywords: G. sacculifer Ba/Ca, foraminifera cleaning experiments, the Sunda Strait.
Seasonal Variability of Waves Within the Indonesian Seas and Its Relation With the Monsoon Wind Purwanto Purwanto; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Zainuri; Galuh Permatasari; Warsito Atmodjo; Baskoro Rochaddi; Aris Ismanto; Parichat Wetchayont; Anindya Wirasatriya
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 26, No 3 (2021): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.26.3.189-196

Abstract

The previous studies have simulated the variability of the wave within the Indonesian seas which showed that the variability of wave follows the seasonal pattern. However, their analysis only consider the influence of local wind forcings. The bias and error of their simulated wave were also unclear. In the present study, we investigate the variability of wave within the Indonesian seas and its relation with the surface wind speed using the combination of reanalysis and remote sensing data with high accuracies. We split the analysis into swell and wind wave to obtain the influence of local and remote wind forcings. We show that at the inner seas (i.e., the South China Sea, Java Sea, Flores Sea, Banda Sea and Arafura Sea), the variability of significant wave height (SWH) is majorly influenced by the variability of the speed of monsoon wind. The maximum SWH during Northwest monsoon (NWM) season is located at the South China Sea while during Southeast monsoon (SEM) season is at Arafura Sea. This indicates that the wind wave (sea) is dominant at the inner seas. At the open seas (i.e., Pacific Ocean and Indian Ocean) the variability of SWH less corresponds to the the speed of monsoon wind. The remote wind forcings control the wave variability in the open ocean area. This indicates that swell is dominant at the open seas. In general, the magnitude of SWHswell is also more than SWHsea within the Indonesian seas.
Co-Authors Adinda Rizki Amalia Adivitasari, Reska Mega Adzkia Pincta Milenia Afrina Aysira Agus Hartoko Ambariyanto Ambariyanto Andhita, Laviola Reycha Fitri Andita Agung Andreas Nur Hidayat Andriana Kartina Wingtyas Anggoro, Tri Danny Anggraeni, Nimas Ratri Kirana Anisa Dewi Nugraheni Aris Ismanto Ashilah, Azizah Anis Attaqwa, Rizal Aziis, Dimas Miftahul Bahiyah, Amirotul Baskoro Rochaddi Bayu Munandar Budi Purwanto Claus, Berril Denny Nugroho Sugianto Dini Oktaviani Dwi Haryo Ismunarti Dwi Haryo Ismunarti Eko Setyobudi Elis Indrayanti Elsa Mayora Jovanka Putri Enita, Siti Yasmina Faishal Widiaputra Nugraha Faizal Rachman Fajar Hudoyo Febrianto, Sigit Firman Ramadhan Fressan Patrick Wangdiarta Fuji Anida Futoki Sakaida Galuh Permatasari Gentio Harsono Gentio Harsono Gentur Handoyo Georgina Faulia Rachman Gultom, Iqbal S. Gunady, Stephanie Michelle Hadi Endrawati Hariyadi Hariyadi Hariyadi, Hariyadi Hasrizal Bin Shaari Hastuti Hastuti Heryoso Setiyono Heryoso Setiyono Himawa, Daenk Hiroshi Kawamura Indra Budi Prasetyawan Indra Budi Prasetyawan Irsyad Abdi Pratama Iskhaq Iskandar Ita Widowati Jarot Marwoto Jayawiguna, Muhammad Hikmat Jihadi, Muhammad Shulhan Johannes Hutabarat Jusup Suprijanto Juviani, Dian Kevifa Satria Widjaya Krisna, Heru Nur Kunarso Kunarso Lilik Maslukah Louis Jannahtuna&#039;im Koes Miranda Lukman, Annisa Aulia Maria Griselda Novita Maro, Jahved Ferianto Maulana Al Faridzie Metrio Swandiko Muh Yusuf Muh Yusuf Muhamad Hafiz Maulavi Haban Muhamamd Helmi Muhammad Faiq Marwa Noercholis Muhammad Helmi Muhammad Helmi Muhammad Zainuri Muslim Muslim Mustaqim, Ikhsan Nabilah Rizki Niken Dwi Prasetyarini Novi Susetyo Adi Nugraha, R. Bambang Adhitya Nugroho Agus D Nurul Hickmah Nurul Latifah Parichat Wetchayont Parichat Wetchayount Petrus Subardjo Pratama, Dhimas Prabu Prayogi Prayogi Purwanto Purwanto Purwanto Purwanto Raden Ario Rahmadiana Andini Respati, Deodato Naresvara Rayi Resy Sekar Sari Resy Sekar Sari Retno Hartati Ridarto, Arij Kemala Yasmin Rifqi N. Agassi Rikha Widiaratih Riza Yuliratno Setiawan Rizky Aditya Rudhi Pribadi Sabila, Anis Yasmin Sadewo, M. Firouz Dimas Saragih, Laurentia Alexandra Seprianto, Abdal Simangunsong, Felix Gok Asi Simatupang, Ariel Oscar Paskario Sinaga, Boby Christian Sri Murtiana Sri Yulina Wulandari Sugeng Widada Sunaryo Sunaryo Suryanti - Susilodewi, Sinta Dwis Teguh Agustiadi Teguh Prayogo Teuku Fauzan Zul Aufar Ulung Jantama Wisha Ummu Salma Warisatul Anbiya Selkofa. M Warsito Atmodjo Wetchayont, Parichat Widiaratih, Rikha Widodo S Pranowo Widodo S. Pranowo Widodo, Dzaky Malik Putra Wijaya Mardiansyah, Wijaya Yeyen Novita Sari Yuhendrasmiko, Randy Zulfa, Istna Nabila