Arthur H.P. Mawuntu, Arthur H.P.
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN INFEKSI OTAK DI RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO Enggune, Chesia Mentari; Pertiwi, Junita Maja; Mawuntu, Arthur H.P.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractIntroduction: Brain infection can cause various sequels including impaired cognitive function. However, the prevalence and characteristics of impaired cognitive function among brain infection patients in R.D. Kandou Hospital Manado remained not completely recognized. This study aims to determine the prevalence of impaired cognitive function and its characteristics in patients who have been diagnosed as brain infection. Methods: This was a cross-sectional study conducted in R.D. Kandou Hospital from October to December 2017. Patients previously diagnosed as brain infection, aged 17 to 60 years, and alert were invited to follow this study. The variables studied are age, gender, education level, type of brain infection, and cognitive function. The cognitive function was examined by Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (Ina-MoCA) and International HIV Dementia Scale (IHDS). Results: We found 15 eligible subjects. Eighteen percent of them were male and the average age is 36.0 (±2.00) year old. Ina-MoCA examination found impaired cognitive function in 73.3% subjects and IHDS in all subjects. The two most frequently found impaired functions were delayed memory and psychomotor speed. Conclusion: Most brain infection patients will have impaired cognitive function and physicians should evaluate cognitive function in patients previously diagnosed as brain infection.Keywords: Cognitive function, brain infection, Ina-MoCA, IHDS, Manado. AbstrakPendahuluan: Infeksi otak menyebabkan berbagai sekuele termasuk gangguan fungsi kognitif. Meskipun demikian, prevalensi dan karakteristik gangguan fungsi kognitif pada pasien-pasien infeksi otak di Rumah Sakit R.D. Kandou Manado (RS RDK) masih belum sepenuhnya diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi gangguan fungsi kognitif dan karakteristiknya pada pasien-pasien yang sebelumnya terdiagnosis infeksi otak. Metode: Ini adalah penelitian potong lintang di RS RDK pada bulan Oktober-Desember 2017. Pasien yang sebelumnya terdiagnosis infeksi otak, berusia 17-60 tahun, dan sadar diajak mengikuti penelitian ini. Variabel-varibel yang diteliti mencakup usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tipe infeksi otak, dan fungsi kognitif. Fungsi kognitif diperiksa menggunakan Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (Ina-MoCA) and International HIV Dementia Scale (IHDS). Hasil: Kami menemukan 15 pasien yang memenuhi kriteria penelitian. Delapan puluh persen adalah laki-laki dan rerata usia adalah 36,0 (±2.,0 ) tahun. Pemeriksaan Ina-MoCA menemukan gangguan fungsi kognitif pada 73,3% subjek dan IHDS pada semua subjek. Dua fungsi yang paling banyak terganggu adalah kecepatan psikomotorik dan memori tunda. Simpulan: Sebagian besar pasien infeksi otak akan mengalami sekuele gangguan fungsi kognitif dan para dokter harus mengevaluasi fungsi kognitif pada pasien yang sebelumnya terdiagnosis infeksi otak.Kata kunci: Fungsi kognitif, infeksi otak, Ina-MoCA, Manado.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Pangandaheng, Eka A. S. S.; Mawuntu, Arthur H.P.; Karema, Winifred
e-CliniC Vol 5, No 2 (2017): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v5i2.17116

Abstract

Abstract: Meningitis is a disease that occurs due to inflammation or infection of the meniges of the brain. This disease has a high mortality rate, including in Indonesia. This study was aimed to obtain the description of the level of knowledge and behavior of people about meningitis in Soataloara II Tahuna. This was a descriptive study with a field survey method by using questionnairres. The results showed that there were 86 respondents who met the inclusion criteria, consisted of 45 females (52.32%) and 41 males (47.68%). The highest percentage was age group 21-40 years as many as 43 respondents (50.00%). According to 68 respondents (79.06%), meningitis was caused by infections due to viruses, bacteria, germs, and fungi that resulted in inflamation of the meninges. Respondents that did not agree with lumbar puncture were as many as 54 respondents (62.79%). Conclusion: Almost all respondents had not enough knowledge about meningitis and only occasionally maintained the sanitation of their environment.Keywords: meningitis, infection, meningen Abstrak: Meningitis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya peradangan atau infeksi pada selaput pelindung otak. Meningitis mempunyai angka mortalitas yang tinggi termasuk dinegara Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang penyakit meningitis di Kelurahan Soataloara II Kecamatan Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan metode survei lapangan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 86 responden yang memenuhi kriteria penelitian terdiri dari 45 orang perempuan (52,32%), dan 41 orang laki-laki (47,68%). Golongan usia responden terbanyak berusia 21-40 tahun 43 (50,00%). Terdapat 68 responden (79,06%) yang berpendapat bahwa penyakit meningitis diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, kuman, dan jamur yang meradang di dalam selaput otak. Responden yang tidak menyetujui jika dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal sebanyak 54 orang (62,79%). Simpulan: Sebagian besar responden belum mengetahui tentang penyakit meningitis, dan hanya kadang-kadang menjaga kebersihan lingkungannya.Kata kunci: meningitis, infeksi, selaput otak
Efek samping terapi steroid intravena pada penderita infeksi susunan saraf pusat di Departemen Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2014 – Juni 2015 Sumampouw, Ezra L.P; Mawuntu, Arthur H.P.; Tumewah, Rizal
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14262

Abstract

Abstract: Intravenous steroid is a therapeutic option for patients with central nervous system infection to reduce severe inflammation in brain and spinal cord. Albeit, excessive dose and overload duration intravenous steroid can cause variety side effects to the patients from the mildest to the worst, such as headache, gastrointestinal disturbance, or a new kind of infection that may result from intravenous steroid therapy. This was a retrospective cohort study using medical records of patients with central nervous system infection in Prof. R. D. Kandou Manado Hospital period July 2014 to June 2015. There were 22 patients in this study consisted of 16 males and 6 females. Intravenous steroid dexamethasone was the most common steroid administered to 19 patients, followed by methylprednisolone to 3 patients. Mild side effects were found in 72.3 patients and the most common one was mild headache. Conclusion: Intravenous steroids were safe enough as an adjunctive therapy in patients with central nervous system infections in Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Keywords: central nervous system infection, intravenous steroids, side effects Abstrak: Steroid intravena merupakan terapi pilihan untuk penderita infeksi susunan saraf pusat yang berfungsi mengurangi peradangan pada otak dan sumsum tulang belakang. Pemberian steroid intravena dengan dosis dan durasi yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang beragam pada penerima terapinya mulai dari ringan hingga yang terberat, seperti nyeri kepala, gangguan gastrointestinal, hingga jenis infeksi baru yang dapat ditimbulkan akibat steroid intravena. Jenis penelitian ialah studi kohort retrospektif berdasarkan data rekam medik pasien dengan infeksi susunan saraf pusat yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2014 sampai Juni 2015. Terdapat 22 pasien dalam studi ini terdiri dari 16 laki-laki dan 6 perempuan. Jenis steroid intravena deksametason yang terbanyak diberikan pada 19 pasien, disusul metilprednisolon yang diberikan pada 3 pasien. Efek samping ringan ditemukan pada 72,3 kasus dan yang terbanyak ialah nyeri kepala ringan. Simpulan: Steroid intravena cukup aman diberikan sebagai terapi tambahan untuk penyakit infeksi susunan saraf pusat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.Kata kunci: infeksi susunan saraf pusat, steroid intravena, efek samping
Gambaran skor MMSE dan MoCA-INA pada pasien cedera kepala ringan dan sedang yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Athika, Nurindah; PS, Junita Maja; Mawuntu, Arthur H.P.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.12482

Abstract

Abstract: Traumatic Brain Injury (TBI) is the most common case in hospital. TBI can caused cognitive impairment. This study aimed to obtain the description of cognitive function in patients with mild and moderate TBI that were admitted to Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a prospective descriptive study by conducting direct examination to the patients diagnosed with mild or moderate TBI by using MMSE and Ina MoCA instruments. Thee results showed that there of 50 subjects there were 74% with mild TBI and 26% with moderate TBI. MMSE showed 96% normal while Ina MoCA showed 76% normal. Cognitive function impairment was more visible on Ina MoCA examination. Conclusion: Ina MoCA was better than MMSE examination in description of cognitive function impairment.Keywords: head injury, cognitive function Abstrak: Cedera kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai di Rumah Sakit. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina pada pasien cedera kepala ringan dan sedang yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini ialah deskriptif prospektif dengan melakukan pemeriksaan langsung pada pasien yang didiagnosis cedera kepala ringan atau sedang menggunakan instrumen MMSE dan MoCA-Ina. Hasil penelitian mendapatkan subjek sebanyak 50 orang dengan persentase cedera kepala ringan sebanyak 74% dan cedera kepala sedang 26%. Pada MMSE didapatkan 96% normal sedangkan pada MoCA-Ina didapatkan 76% normal. Penurunan fungsi kognitif lebih terlihat pada pemeriksaan MoCA-Ina. Simpulan: MoCA-Ina lebih dapat menggambarkan gangguan fungsi kognitif daripada pemeriksaan MMSE. Kata kunci: cedera kepala, fungsi kognitif
Penerapan Model Prediktif untuk Hasil Meningitis Tuberkulosis: Analisis Perbandingan Pendekatan Pohon Keputusan dan Regresi Logistik Wijaya, Ferrdy Pratama; Mawuntu, Arthur H.P.; Muharomah, Sarah; Tumboimbela , Melke J.; Langi, F.L. Fredrik G.
Cermin Dunia Kedokteran Vol 52 No 4 (2025): Kedokteran Umum
Publisher : PT Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v52i4.1324

Abstract

Background: Tuberculous meningitis remains one of the most severe complications of tuberculosis infection. This study evaluated critical factors influencing mortality among tuberculous meningitis (TBM) patients and compared the predictive efficacies of logistic regression and decision tree models. Methods: A retrospective cohort analysis using medical records from 65 TBM patients at R.D. Kandou Hospital from January 2018 to July 2021. Patient outcomes were assessed with the Glasgow outcome scale (GOS), and the mortality risk was calculated. Key predictors of mortality identified by both multivariate logistic regression and the decision tree were compared using the receiving operating characteristic (ROC) curve. Result: Multivariate logistic regression analysis identified SGOT levels at admission (aOR: 1.06; CI95% 1.02-1.09; p=0.001), length of stay (aOR: 0.81; CI95% 0.71-0.92; p=0.002), and positive nuchal rigidity (aOR: 41.78; CI95% 3.41-512.27; p=0.004) as significant predictors of mortality. Decision tree analysis highlighted the British Medical Research Council (BMRC) stage, temperature, and potassium levels below 4.3 as critical predictors. Both models showed comparable predictive performance on the ROC curve, with no significant difference (0.85 vs. 0.95; p = 0.074). Conclusion: These results suggest that decision tree analysis is a viable alternative to logistic regression for predicting mortality in TBM patients, providing complementary insights into outcome-related factors. Further research is needed to refine these predictive models.