Manafe, Ferdinan Samuel
Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

IBADAH PERJANJIAN BARU SUATU URAIAN DESKRIPTIF TENTANG IBADAH DAN KONTRIBUSINYA BAGI IBADAH MASA KINI Ferdinan Samuel Manafe
Missio Ecclesiae Vol. 1 No. 1 (2012): Oktober
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v1i1.21

Abstract

Ibadah dalam Perjanjian Baru adalah penggenapan perjanjian Allah kepada manusia, bahwa akhirnya semua orang akan berhadapan dengan takhta Allah yang kudus, dan Anak Domba. Semua bangsa akan bertekuk lutut di hadapan Anak Domba yang menghapus dosa isi dunia. Dengan kata lain, Allah Tritunggal adalah arah dan alamat pujian dan penyembahan orang percaya. Allah Bapa disembah di dalam nama Allah Anak yaitu Yesus Kristus dan dikerjakan oleh Allah Roh Kudus sebagai dinamisator ibadah. Ibadah kitab Wahyu adalah ibadah kepada Tuhan, Allah Bapa, Pencipta alam semesta (Why 4:10-11). Yesus Kristus, Anak Allah, Penebus dan Anak Domba Allah (Why 1:5,6; 5:11-14; 7:9-10). Roh Kudus, ialah tujuh Roh yang ada di hadapan takhta-Nya (Why.1:4). Ibadah dalam kitab Wahyu adalah Trinitarian. Bukan kepada; Iblis, “seluruh dunia menyembah naga itu” (13:3); anti Kristus, “iblis memberi kekuasaan kepada binatang itu dan mereka menyembah dia” (13:4); kepada nabi anti-Kristus, “ia menyebabkan seluruh bumi menyembah binatang pertama” (13:11-12). Allah Tritunggal adalah pusat ibadah Perjanjian Baru sebagaimana dinyatakan dalam kitab Wahyu.
SIKAP KRISTEN DALAM ARENA POLITIK Ferdinan Samuel Manafe
Missio Ecclesiae Vol. 6 No. 1 (2017): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v6i1.66

Abstract

Manusia diberi kuasa atas ciptaan. Allah berfirman kepada manusia pertama: "Penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi" (Kej.1:28). Kuasa menjadi sebagian struktur ciptaan. Allah melihatnya, "sungguh amat baik" (Kej.1:31). Manusia, seperti seluruh ciptaan, hidup di bawah kuasa Allah.Tetapi manusia, berbeda dengan ciptaan lain, juga diberi kuasa sebagai subyek.Ia berkuasa atas makhluk yang lain. Pelaksanaan kuasa manusia atas manusia yang lain juga merupakan sebagian aturan kehidupan yang ditentukan Allah. "Tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah" (Roma 13:1). Orang Kristen boleh berpolitik;ia boleh berkuasa. Orang Kristen berpolitik bukan untuk menghapuskan kuasa, tetapi untuk berusaha supaya kuasa dapat dipakai untuk tujuan yang benar dan adil. Orang Kristen perlu belajar bagaimana menghubungkan moralitas dengan kuasa supaya ia berhasil memperbaiki masyarakat. Sikap politik Yesus itu menjadi dasar bagi keterlibatan gereja dalam politik.Jelas, gereja bukanlah lembaga politik. Gereja tidak menyamakan diri dengan sebuah partai politik. Gereja tidak menganjurkan umatnya memilih partai tertentu. Akan tetapi, gereja melakukan pendidikan politik. Salah satu bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) Orang Dewasa adalah pendidikan politik melalui khotbah, buku, pemahaman Alkitab, dan yang lainnya. Itu bukan berarti bahwa kita menjadi anggota suatu partai, melainkan bahwa kita mempunyai kesadaran politik. Kita bukan bersikap masa bodoh, melainkan mengkritisi keadaan dengan cara setiap hari membaca fakta dan opini di surat kabar. Kristus adalah Tuhan atas diri kita sebagai individu dan juga atas diri kitasebagai bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, kita turut berpartisipasi dalam menentukan warna keyakinan dan kebijakan mengatur Negara. Salah satu cara partisipasi itu adalah ikut pemilu dan pilkada. Dengan ikut politik, orang percaya ikut menentukan nasib hari depan masyarakat sebab suara setiap orang percaya yang berhak ikut dalam demokrasi politk akan ikut dihitung. Di situlah orang percaya bisa memilih pemimpin yang bersih, gesit, cakap, kreatif, produktif, berintegritas dan dapat dipercaya, serta adil terhadap semua golongan etnik atau agama. Dengan partisipasi itu orang percaya sedang bersikap politis yang alkitabiah. Politik yang alkitabiah adalah suatu upaya dan proses sadar untuk memahami dan memaknai realitas politik dari cara pandang dan pola pikir Alkitab. Sebagai orang percaya yang mau atau sudah terjun dalam dunia politik agar hidup sesuai kebenaran firman Tuhan. Lakukanlah yang baik dan berkenan kepada Tuhan, bersikaplah jujur dan miliki integritas sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, berani menanggung resiko dari prinsip kebenaran yang dipegang teguh, dan menolak dosa dan tawaran duniawi. Berpolitik bukan berarti boleh kompromi dengan dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah. Dalam berpolitik semua orang percaya harus mengedepankan prinsip firman Tuhan supaya tidak terjadi hasil keputusan yang bertentangan dengan isi firman Tuhan. Mazmur 37:27 berkata: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya.” Kalau engkau setia dan taat kepada firman-Nya dan melakukan dengan sungguh-sungguh apa yang dikehendaki Tuhan dalam hidupmu, maka engkau akan diangkat Tuhan kepada posisi yang terbaik sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupanmu. Politik itu bersih di tangan orang yang bersih hati dan sikapnya, tetapi kotor di tangan orang yang jahat. Ingatlah akan penderitaan sesamamu dan lakukanlah yang terbaik untuk kebaikan semua tanpa mengabaikan kebenaran iman Kristiani.
HAKIKAT IBADAH VS IBADAH STREEMING: STUDI KONTEN ANALISIS Rio Janto Pardede; Ferdinan Samuel Manafe; Yatmini Yatmini
Missio Ecclesiae Vol. 11 No. 1 (2022): April
Publisher : Institut Injil Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/me.v11i1.150

Abstract

Ibadah streaming merupakan salah satu cara untuk memfasilitas jemaat untuk dapat dilayani melalui ibadah yang didalamnya juga terkandung pujian, penyembahan dan firman Tuhan. Dalam pengertian, hakikat ibadah menentukan ibadah streaming layak disebut sebagai ibadah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana pentingnya memahami hakikat ibadah dalam ibadah streaming. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian konten analisis yang di jelaskan secara deskriptif. Berdasarkan analisis isi yang dilakukan, ditemukan hubungan antara hakikat ibadah dengan ibadah streaming pada konten: 1) Perjanjian Lama:  Sejak zaman Kain dan Habel, Patriakh (Abraham, Ishak, Yakub), Musa, Para Hakim, Daud, Salomo, Nabi-nabi, Mazmur. 2) Perjanjian Baru:  Sinagoge, Injil Sinoptik (sikap hati, Menyembah dalam roh dan kebenaran), Paulus (Mengenal Allah yang disembah, Mempersembahkan totalitas hidup, ibadah tanpa kepura-puraan, ibadah berguna dalam segala hal), Ibrani (menyucikan hati nurani, Mengekang lidah). Sehingga pelaksanaan ibadah bukan masalah dimana dan kapan dilaksanakan tetapi bagaimana spiritualitas pribadi seseorang dalam menghormati Tuhan dalam ibadahnya, baik melalui ibadah streaming. Karena sejarah Alkitab membuktikan para tokoh-tokoh Alkitab melakukan ibadah dimana mereka memiliki keterikatan spiritualitas dengan Allah.
INTEGRASI THEOLOGIA DAN POLITIK Ferdinan S. Manafe
Jurnal Arrabona Vol. 1 No. 1 (2018): Agustus
Publisher : Departemen Literatur dan Media, Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.897 KB) | DOI: 10.57058/juar.v1i1.10

Abstract

This work explore the difference between theology and politics, the impact of theology into politics and the integration of theology and politics. Politics might not be avoided in its positive meaning and when it does not violate morality and religious norm in its practise. If politics has nothing to do with God (read: theology) or avoids it, then its methods, even its rules, are surely wrong and its implementation will, therefore, be far away from good ethics. Put in another way, all human efforts both in politics and theology should be understood and applied integratively for both are essentially one. This integrative knowledge will grant positive impact in its implementation. It is recommended to church leaders and lay men to understand the integration of theology and politics and to give positive impact on the society.
Beritakan Firman Baik atau Tidak Baik Waktunya: Signifikansi bagi Ibadah Online DESI NATALIA SBP; Ferdinan Samuel Manafe
Jurnal Arrabona Vol. 5 No. 2 (2023): February
Publisher : Departemen Literatur dan Media, Sekolah Tinggi Teologi Arrabona Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57058/juar.v5i2.75

Abstract

ABSTRACT Preaching the Word can be done through several forms and means, not just face-to-face. Increasingly advanced technology is an opportunity and means that can be used so that everyone can preach the Word and have a wider reach. Technology that supports the preaching of the Word is through social media. The outbreak of the Covid-19 virus has resulted in services that are held face-to-face being replaced with online worship which can be a means of preaching the Word to everyone so that everyone can hear the Good News under any circumstances and anywhere. But for some people, both preachers of the Word and those who listen to the Word, online worship is less effective because there are many distractions, internally and externally. The ordinances of worship which are limited by space and time as well as the solemn rules that have become the standard of the church have changed. There are even some God's servants who are concerned about the existing limitations, as well as the lack of tools used for online worship. Also, not a few servants and servants of God try to be able to preach as creatively as possible, so that the congregation faithfully follows their worship. This article which is written descriptively through a literature study seeks to describe the significance of preaching the Word of God based on 2 Timothy 4:2 for online worship so that both preachers, congregations, and churches can use the opportunity to spread the truth of the Gospel through social media and be a blessing not only to his own congregation but also for everyone who listens to sermons online.
Workship: Pekerjaan sebagai Ibadah Manafe, Ferdinan Samuel; Mudak, Sherly
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 9, No 2 (2025): April 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v9i2.1489

Abstract

Abstract. The background of this study is the dichotomy between work and worship due to the increasing dominance of materialism and secularism in the modern world. The study aims to explore theological and practical understanding of how work can be a means to glorify God, as well as to offer practical guidance for Christians in integrating faith and work. The method used is a qualitative method with a literature study and case study approach. The result of the study shows that work is not only a means of earning a living, but also a spiritual calling that reflects God's love and social justice. Every form of work, whether in the business sector, education, government, or social services, can be offered as a form of worship to God, as long as it is done with the intention to glorify Him and serve others.Abstrak. Latar belakang penelitian ini adalah adanya dikotomi antara pekerjaan dan ibadah akibat makin dominannya paham materialisme dan sekularisme di dunia modern. Penelitian bertujuan untuk menggali pemahaman teologis dan praktis mengenai bagaimana pekerjaan dapat menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan, serta menawarkan panduan praktis bagi orang Kristen dalam mengintegrasikan iman dan pekerjaan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan bukan hanya sarana mencari nafkah, tetapi juga panggilan rohani yang mencerminkan kasih Allah dan keadilan sosial. Setiap bentuk pekerjaan, baik di sektor bisnis, pendidikan, pemerintahan, maupun pelayanan sosial, dapat dipersembahkan sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, asalkan dilakukan dengan niat untuk memuliakan-Nya dan melayani sesama.
Arrabon: Roh Kudus Jaminan Keselamatan Berdasarkan Efesus 1: 14 dan Implikasinya bagi Orang Percaya Manafe, Ferdinan Samuel; Tindage, Temmy Myson; Mudak, Sherly
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/teleios.v4i1.125

Abstract

Abstract: The purpose of this study is to explain the meaning of the word "arrabon" in Ephesians 1:14, and the implications of the meaning of the word "arrabon" in Ephesians 1:14 for believers, with descriptive qualitative research methods. The results found show that a correct understanding of assurance will help one to live in sanctification day by day. The Holy Spirit guarantees believers to actively live to glorify Christ together in fellowship in unity as the body of Christ. Because they have been born-again, they experience a change of mind that is shown through their actions every day. Understanding the meaning of the word “arrabon” in Ephesians 1:14 correctly will encourage a person to believe in the certainty of his eternal salvation and also live in the salvation that God gives day by day.Abstraksi: Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan makna kata “arrabon” dalam Efesus 1:14 dan implikasinya bagi orang percaya, dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menyatakan subjek yang menjamin itu ialah Roh Kudus sendiri, objek yang dijamin ialah orang percaya, yakni mereka yang telah satu kali percaya secara aktif dimeteraikan dan dijamin oleh Roh Kudus, sifat dari jaminan ialah kekal hingga orang percaya memperoleh keselamatan kekal, Allah adalah Penjamin bagi orang percaya, maka tujuan dari jaminan itu ialah pujian bagi kemuliaan Allah. Pemahaman yang benar akan jaminan akan menolong seseorang untuk hidup dalam pengudusan hari demi hari. Roh Kudus menjamin orang percaya agar secara aktif hidup memuliakan Kristus bersama dalam persekutuan di dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus. Karena telah dilahirbarukan sehingga mengalami perubahan pikiran yang ditunjukkan melalui tindakan hidupnya setiap hari. Pemahaman akan makna kata arrabon dalam Efesus 1:14 secara benar akan mendorong seseorang untuk meyakini kepastian keselamatan kekalnya dan juga hidup dalam keselamatan yang Tuhan berikan.