Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERUBAHAN ELEMEN ARSITEKTUR TIONGHOA DI KAWASAN PECINAN GLODOK Suci Lestari; Agus Dharma Tohjiwa
Tesa Arsitektur Vol 20, No 2: Desember 2022
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v20i2.5050

Abstract

AbstractChinese ethnic stepped on Batavia in the 14th century which then developed the economy with the Dutch VOC. The massacres in the 16th century, the existence of regulations restricting the movement of ethnic Chinese, until the riots in 1998 in the Glodok Chinatown area made their original territory abandoned by ethnic Chinese who experienced trauma so that there was no effort to preserve Chinese architecture in the area which resulted in its characteristics slowly disappearing. The West Jakarta government is seriouly concern about revitalizing the Glodok Chinatown area, so identification is needed to redefine the building with the image of Chinese architecture that once existed as the identity of the area. This study aims to find architectural elements of past and present buildings that are developing in the Glodok Chinatown area, as well as discovering changes in the shape of architectural elements that occur as a result of various events. This research begins by exploring the theory of Chinese architecture in Southeast Asia which is used as a comparison variable. The research process uses a comparative method, namely comparing elements of Chinese architecture in the past and present. This research produces a description of the changes that have occurred in past and present buildings in the Glodok Chinatown area. The conclusion is that there has been a change in architectural elements of the past and present into geometric shapes that are affected by various events that occurred and modernization in the Glodok Chinatown area.Keywords: Chinatown, Glodok, IdentityAbstrakEtnis Tionghoa menginjak Batavia sejak abad 14 yang kemudian mengembangkan perekonomian bersama VOC Belanda. Peristiwa pembantaian pada abad-16, adanya peraturan pembatasan gerak etnis Tionghoa, hingga kerusuhan pada 1998 di kawasan Pecinan Glodok membuat wilayah aslinya ditinggalkan oleh etnis Tionghoa yang mengalami trauma sehingga tidak ada upaya dalam pelestarian arsitektur Tionghoa di kawasan tersebut yang mengakibatkan ciri khasnya perlahan menghilang. Pemerintah Jakarta Barat serius untuk melakukan revitalisasi di kawasan Pecinan Glodok maka diperlukannya identifikasi agar dapat mendefinisikan kembali bangunan dengan citra arsitektur Tionghoa yang pernah ada sebagai identitas kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan elemen arsitektur bangunan masa lampau dan bangunan masa kini yang berkembang di kawasan Pecinan Glodok, serta menemukan perubahan bentuk elemen arsitektur yang terjadi akibat berbagai peristiwa. Penelitian ini diawali dengan menelusuri teori mengenai arsitektur Tionghoa di Asia Tenggara yang digunakan sebagai variabel pembanding. Proses penelitian menggunakan metode komparasi yakni membandingkan elemen arsitektur Tionghoa masa lampau dan masa kini. Penelitian ini menghasilkan deskripsi mengenai perubahan yang terjadi pada bangunan masa lampau dan masa kini di kawasan Pecinan Glodok. Simpulannya adalah terjadi perubahan elemen arsitektur masa lampau dan masa kini ke dalam bentuk geometris yang terdampak akibat berbagai peristiwa yang terjadi serta modernisasi dikawasan Pecinan Glodok.Kata kunci: Pecinan, Glodok, Identitas
EKSISTENSI BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DALAM MENJAGA KARAKTER KAWASAN KOTA LAMA DEPOK Agus Dharma Tohjiwa
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 23, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2024.v23i1.11453

Abstract

Depok memiliki sejarah yang erat hubungannya dengan era kolonial Belanda. Kawasan kota lama Depok berada di sepanjang Jalan Pemuda Depok. Di kawasan tersebut saat ini berkembang menjadi permukiman yang padat walaupun masih terdapat bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran bangunan kolonial yang ada, bangunan kolonial yang dianggap penting, perubahan fungsi dan fisik bangunan, dan kontribusinya saat ini terhadap upaya konservasi di kota lama Depok. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pencarian data dilakukan dengan studi literatur, observasi lapangan, dan wawancara dengan nara sumber sejarah di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan masih ada 14 bangunan kolonial yang tersebar di sepanjang Jalan Pemuda dengan 4 bangunan penting yaitu Rumah Presiden Depok, Rumah Sakit Harapan, GPIB Immanuel Depok, dan Bangunan Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC). Dari 14 bangunan di sepanjang Jalan Pemuda Depok terdapat 8 bangunan yang mengalami perubahan fungsi dan 6 bangunan tidak mengalami perubahan fungsi. Dari segi fisik bangunan terdapat 9 bangunan yang mengalami perubahan fisik dan 5 bangunan yang tidak berubah. Eksistensi bangunan-bangunan kolonial tersebut masih memberikan kontribusi dalam menciptakan kawasan konservasi kota lama Depok.  Walaupun demikian, bila tidak ada upaya yang serius dalam regulasi dan penataan lingkungan kawasan konservasi maka pesatnya pertumbuhan permukiman akan merusak aset-aset sejarah dan karakter kota lama Depok.