Muhammad Iid Mujtahiddin, Muhammad Iid
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER Iryanti, Mimin; Mujtahiddin, Muhammad Iid
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air merupakan sumber daya vital dalam menunjang pembangunan ekonomi seperti sektor industri, pertanian, pariwisata dan lain-lain. Laju perkembangan di wilayah Bandung yang pesat pada setiap sektor kehidupan menyebabkan permintaan air bersih terus meningkat dan kebutuhan air bersih tersebut sebagian besar masih menggantungkan kepada sumberdaya air tanah yang diperkirakan sekitar 60%. Salah satu sumber air yang sering digunakan yaitu air tanah. Saat ini Bandung termasuk ke dalam wilayah zona merah air tanah.  Dengan fakta tersebut perlu dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti kekurangan air. Untuk itu, perlu diketahui kondisi ketersediaan air tanah berdasarkan dinamika neraca air dalam tanah salah satunya dengan metode Thronthwaite-Matter berdasarkan data curah hujan dan temperatur selama 10 tahun (tahun 2000-2009) dari 12 titik stasiun pengamatan yang dapat mewakili wilayah Bandung dan digambarkan dengan analisis spasial menggunakan ArcView 3.2 berupa peta spasial. Analisis spasial curah hujan memperlihatkan bahwa wilayah Bandung mengalami musim kemarau di bulan Juni-September dengan nilai curah hujan <150 mm/bulan. Dan analisis spasial ketersediaan air tanah memperlihatkan bahwa wilayah Bandung mengalami defisit air tanah pada bulan Juni-September. Pada bulan Juni-September ini dapat dikatakan bahwa bandung mengalami musim kemarau sesuai dengan analisis spasial curah hujan yang di dapat dengan bulan September sebagai puncak musim kemarau. Namun di stasiun Cibuni tidak mengalami penurunan ketersediaan air tanah atau tidak mengalami defisit karena nilai curah hujan di  Cibuni yang tinggi dan nilai evapotranspirasi potensial (PE) yang hampir sama dengan nilai evapotranspirasi aktual (EA). 
ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI WILAYAH BANDUNG BERDASARKAN KONDISI ATMOSFER DAN CITRA SATELIT ANALYSIS OF HAILSTONE AT TERRITORIAL BANDUNG BASES ATMOSPHERIC CONDITION AND SATELLITE IMAGE Hidayati, Rahmah; Ramalis, Taufik Ramlan; Mujtahiddin, Muhammad Iid
ISSN
Publisher : Program Studi Fisika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena hail atau hujan es merupakan fenomena ekstrem yang jarang terjadi di Indonesia disebabkan wilayah Indonesia memiliki freezing level yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara lainnya. Bentuknya yang berupa butiran es menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, yang kadang menyambut dengan antusias, padahal jika hujan es terjadi dalam jumlah yang cukup besar dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Proses terjadinya hujan es memiliki kaitan yang erat dengan perubahan lingkungan seperti perubahan suhu, kelembaban dan tekanan udara yang dapat menjadi patokan dalam melihat tanda-tanda terjadinya hujan es. Untuk dapat menganalisis terjadinya hujan es di wilayah Bandung, digunakan teknik analisa kondisi cuaca permukaan dan data citra satelit. Teknik analisis kondisi cuaca permukaan dapat menunjukkan tanda-tanda sebelum, saat dan sesudah terjadi hujan es dengan merajah grafik menggunakan unsur cuaca terkait. Dari teknik tersebut dapat dilihat perilaku menyimpang dari hujan es. Sedangkan pengamatan melalui citra satelit digunakan agar dapat mengetahui gambaran citra awan yang menunjukkan munculnya awan Cumulunimbus (Cb) yang dapat mengakibatkan hujan lebat hingga hujan es. Dari teknik ini juga dapat diketahui suhu puncak awan, dimana terjadi penurunan yang signifikan jika awan Cb terbentuk. Hasil dari analisis teknik kondisi cuaca permukaan didapat tanda-tanda indikasi hujan es dilihat dari grafik yang dirajah, seperti suhu udara dan kelembaban relatif yang menunjukkan kenaikan signifikan dan tekanan udara yang menunjukkan pola berulang dengan puncak pertama lebih rendah dibanding puncak kedua. Sedangkan citra satelit, didapat gambaran pertumbuhan awan Cb dan kenaikan suhu puncak awan.