Faisal Estu Yulianto, Faisal Estu
Program Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111.

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Usia Stabilisasi pada Tanah Gambut Berserat yang Distabilisasi dengan Campuran CaCO3 dan Pozolan Mochtar, Noor Endah; Yulianto, Faisal Estu; S, Trihanyndio Rendy
Jurnal Teknik Sipil Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.51 KB)

Abstract

Abstrak. Tanah gambut dikenal sebagai tanah yang sangat lunak dengan kandungan organik tinggi (≥75% ). Tanah gambut memiliki perilaku yang kurang menguntungkan, yaitu daya dukung yang rendah dan pemampatan yang besar. Metode perbaikan tanah, seperti: preloading dengan beban tambahan, kolom pasir, dan galar kayu telah dilakukan untuk meningkatkan perilakunya. Hanya saja, metode tersebut tidak ramah lingkungan karena menggunakan banyak tanah dan kayu. Karena itu, metode stabilisasi menggunakan kapur telah dikembangkan untuk meningkatkan perilaku gambut. Makalah ini menyajikan efektivitas penggunaan abu sekam padi (RHA) dan Fly Ash (FA) sebagai pozolon untuk dicampurkan dengan CaCO3 sebagai bahan stabilisasi dan pengaruh Usia stabilisasi terhadap perilaku tanah gambut yang distabilisasi. Dalam studi ini, digunakan 10 % Admixture-1 (30% CaCO3 +70% RHA) dan 10% Admixture-2 (30% CaCO3 +70 % FA). Pada usia stabilisasi 20-45 hari, perilaku tanah gambut yang distabilisasi meningkat secara signifikan. Pada usia peram diatas 45 hari perilaku gambut yang distabilisasi menurun karena adanya perubahan jelly CaSiO3 menjadi kristal dan terjadinya dekomposisi serat gambut. Meskipun dua jenis admixture tersebut memberikan hasil yang baik dalam meningkatkan perilaku gambut berserat, tetapi Admixture-2 menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan karena ukuran butirannya yang lebih halus dan kemudahannya dalam pelaksanaan pencampuran.Abstract. Peat soil is known as a very soft soil with high organic content (≥ 75%). It has unfavorable behaviour, that is, low bearing capacity and very high compressibility. Soil improvement methods, such as: preloading with surcharge, sand column, and corduroy have been adopted to improve its behaviour. Those methods, however, are not environmentally friendly because they use a lot of irreversible materials. Because of that, stabilization method using lime had been developed to improve peat behaviour. This paper presents the effectiveness of using rice husk ash (RHA) and Fly Ash (FA) as pozolon to enhance the CaCO3 for stabilization material and the effect of curing period to the behavior of stabilized peat soil. In this study, 10% of Admixture-1 (30% CaCO3+70% RHA) and 10% of Admixture-2(30% CaCO3+70% FA) were used. During 20-45 days curing period, very significant improvement of the stabilized peat soil behaviour occured. After that, however, slightly decreament of the stabilized peat behaviour happened caused by the change of CaSiO3gel to be crystal and by the fibers peat decomposition. Although both types of admixtures gave good results in improving the stabilized fibrous peat behaviour, however, Admixture-2 gives more promising results due to its finergrain size and easier in mixing.
Pengaruh Usia Stabilisasi Tanah Gambut Melalui Bioaugmentasi Oleh Bakteri Pseudomonas Taiwanensis Gulo, Elrich Gratiawan WD; Amalia, Dewi; Mase, Lindung Zalbuin; Yulianto, Faisal Estu
Siklus : Jurnal Teknik Sipil Vol. 9 No. 2 (2023): Siklus: Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/siklus.v9i2.16064

Abstract

Sebelum membangun di atas tanah gambut harus dilakukan perlakuan treatment khusus agar struktur yang dibangun dapat stabil. Salah satu metode yang telah diusulkan untuk memperbaiki sifat tanah gambut adalah stabilisasi tanah biologis melalui pendekatan bioteknologi. Metode bioaugmentasi merupakan salah satu pendekatan perbaikan tanah yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempercepat dekomposisi serat gambut, menurunkan kadar air dan mengatasi tingkat keasaman yang tinggi pada tanah gambut. Dalam studi eksperimen ini, bakteri pseudomonas taiwanensis digunakan sebagai agen dalam proses bioaugmentasi, karena memiliki kemampuan yang tinggi dalam dekomposisi serat gambut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan bakteri pseudomonas taiwanensis sebesar 5% di masa pemeraman 28 hari berhasil mengurangi kadar air hingga 309,45%, dari awalnya 704,02% menjadi 394,57%. Selain itu, terjadi peningkatan signifikan pada nilai pH, dari 3,2 menjadi 6,5, pada semua variasi sampel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bakteri pseudomonas taiwanensis dapat efektif meningkatkan sifat fisik tanah gambut.