Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT BAJA (STEEL FIBER) TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH PADA BETON NORMAL Zulpanani, A.; Hendry, Hendry; Sirait, Togar; Juarti, Ery Radya; Kusuma, Yusmiati
Potensi: Jurnal Sipil Politeknik Vol. 25 No. 2 (2023): Potensi: Jurnal Sipil Politeknik
Publisher : Department of Civil Engineering, Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/potensi.v25i2.4652

Abstract

Beton normal merupakan beton yang memiliki kuat tekan di bawah 41,4 MPa, dan beton pada mutu ini saat ini menjadi salah satu material yang banyak digunakan dalam dunia konstruksi. Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari bahan semen, agregat dan air serta addmixture. Menurut SNI 03-6468-2000 berdasarkan kuat tekannya beton terbagi dua jenis : Beton normal dengan  < 41,4 MPa dan beton mutu tinggi dengan  ≥ 41,4 MPa. Menurut ACI 544.3R-84, Serat baja didefinisikan sebagai serat baja yang mempunyai bentuk kecil-kecil yang rata atau bergelombang, yang didapat dari hasil leburan ekstrak serat-serat baja, yang dalam pemakaianya tersebar merata dalam campuran beton segar dengan aspek rasio yaitu panjang serat dibagi dengan diameter serat (l/d) antara 12,7 mm – 63,5 mm. Dalam penelitian ini variasi serat baja dibuat masing-masing 0%, 4% dan 6% terhadap campuran beton yang dibuat, dengan jumlah benda uji 4 buah untuk kuat tekan dan 4 buah untuk split test (tarik tak langsung) pada umur 14 hari dan 28 hari. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa pemakaian serat baja dengan kadar 6% untuk beton normal dapat meningkatkan kuat tekan dan kuat tarik dari beton yang bersangkutan, dari 25,91 MPa dan 2,80 MPa menjadi 36.99 MPa dan 3.96 MPa.
Bacteria Pseudomonas taiwanensis as a decomposing agent of peat fiber Gulo, Elrich Gratiawan WD; Amalia , Dewi; Mase, Lindung Zalbuin; Yulianto, Faisal Estu; Kusuma, Yusmiati; Juarti, Ery Radya; Suyono, Agus
Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan Vol. 8 No. 02 (2023): Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan
Publisher : Biology Education Department, Universitas Insan Budi Utomo, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/ebio.v8i02.1046

Abstract

Efforts are needed to accelerate the decomposition of peat fiber to reduce the fiber content through bioaugmentation using Pseudomonas taiwanensis bacteria so that it can reduce the high-water content of peat fiber. The research aimed to determine the effect of adding Pseudomonas taiwanensis bacteria on the decomposition of peat fiber. This research is a laboratory experimental research. The research sampling location was in Bereng Bengkel Village, Palangkaraya. The parameters observed included fiber content, fiber size distribution, and peat fiber decomposition speed following the Peat Testing Manual. The research instrument was an observation sheet for fiber content, size distribution, and peat fiber decomposition speed. Research data was analyzed using descriptive statistical analysis. The results showed that adding 15% Pseudomonas taiwanensis bacteria with a curing period of 28 days in fibrous peat resulted in the highest reduction in fiber content, from the initial condition of 61.14% to 12.33%. This variation also shows a decrease in coarse and medium fiber content and a significant increase in fine fiber content. The decomposition rate for this variation shows good consistency. The conclusion was that adding 15% Pseudomonas taiwanensis bacteria with a curing period of 28 days showed optimal results in accelerating the decomposition of peat fiber through the bioaugmentation method.
Analisis Karakteristik Tanah Gambut Berserat dan Dampaknya Terhadap Infrastruktur Amalia, Dewi; WD Gulo, Elrich Gratiawan; Yulianto, Faisal Estu; Kusuma, Yusmiati; Juarti, Ery Radya; Pudin, Apip
Teras Jurnal : Jurnal Teknik Sipil Vol. 14 No. 1 (2024): Volume 14 Nomor 1, Maret 2024
Publisher : UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/tj.v14i1.1008

Abstract

Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara dengan sebaran lahan gambut yang luas. Gambut dikenal sebagai tanah yang bermasalah dalam pekerjaan konstruksi karena memiliki daya dukung yang rendah sehingga tidak dapat menopang pondasi infrastruktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik tanah gambut di Kalimantan, sehingga penanganan yang tepat dapat ditentukan untuk mengatasi permasalahannya. Studi kasus pada penelitian ini adalah tanah gambut di Bereng Bengkel, Palangkaraya. Karakteristik tanah gambut diidentifikasi melalui serangkaian pengujian tanah berdasarkan Peat Testing Manual 1979. Selain itu, dilakukan juga pengujian Scanning Electron Microscopy untuk melihat morfologi tanah gambut, serta pengujian Fourier Transform Infra-Red untuk mengidentifikasi jenis senyawa yang terdapat di dalamnya. Hasil pengujian tanah di laboratorium menunjukkan bahwa tanah gambut memiliki sifat yang buruk secara geoteknik. Dari hasil pengujian SEM, diketahui adanya makropori dan mikropori pada tanah gambut yang sebagian besar ditempati oleh air. Kemudian, berdasarkan hasil pengujian FTIR, diketahui bahwa tanah gambut memiliki senyawa yang bersifat hidrofilik. Kata kunci: tanah gambut, serat gambut, infrastruktur Abstract Indonesia is one of the countries with a wide distribution of peatlands. Peat is known as a problematic soil in construction work because it has a low bearing capacity that cannot support infrastructure foundations. The objective of this research is to analyze the characteristics of peat soils in Kalimantan, so that appropriate treatments can be determined to overcome the problem. A case study of this research is the peat soil in Bereng Bengkel, Palangkaraya. The characteristics of the peat soil were identified through a series of soil tests based on the Peat Testing Manual 1979. In addition, Scanning Electron Microscopy testing was carried out to look at the morphology of the peat soil, as well as Fourier Transform Infra-Red testing to identify the types of compounds contained therein. The results of soil testing in the laboratory showed that the peat soil had poor geotechnical properties. SEM testing revealed macropores and micropores in the peat soil, most of which were occupied by water. FTIR testing showed that peat soil has hydrophilic compounds. Keywords: peat soil, peat fiber, infrastructure