Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Proses Pembuatan Bioetanol dari Tongkol Jagung dengan Metode SSF Delignifikasi Basa dan Metode SHF Maruli Tua Baja Sihotang; Suwandi Suwandi; Hartono Adi Bharata
eProceedings of Engineering Vol 5, No 2 (2018): Agustus 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang dihasilkan dari tanaman yang mengandung pati dan limbah biomassa yang mengandung senyawa lignoselulosa. Telah dilakukan penelitian yang menghasilkan etanol dengan menggunakan limbah biomassa yaitu tongkol jagung dengan metode SSF delignifikasi basa (NaOH) dan metode SHF hidrolisis air pH 5,6. Penelitian ini dilakukan untuk melihat variasi berat ragi dan variasi lama fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Sehingga kadar etanol yang dihasilkan dengan metode SSF sebesar 0% (tidak menghasilkan etanol), sedangkan menggunakan metode SHF hidrolisis air pH 5,6 tanpa bahan kimia (NaOH dan HCl) diperoleh hasil kadar etanol yang optimal pada fermentasi 7 hari dengan kadar etanol sebesar 4% dengan pemberian ragi 10 gram. Semakin lama fermentasi menyebabkan ragi menjadi lebih aktif sehingga kadar etanol yang dihasilkan semakin besar. Kata Kunci: Bioetanol Generasi Kedua, Delignifikasi Basa (NaOH), Metode SSF dan Metode SHF. Abstract Bioethanol is a biofuel produced from plants containing starch and biomass waste containing lignocellulose compounds. Research has been done to produce ethanol by using biomass waste that is corncob with SSF method of delignification of base (NaOH) and SHF method of hydrolysis of water pH 5,6. This research was conducted to see the variation of yeast weight and fermentation length variation to ethanol content produced. The process of making bioethanol by SSF method of Basic Delignification (NaOH) and SHF method. So the ethanol content produced by SSF method is 0% (not producing ethanol), while using SHF method hydrolysis with water pH 5.6 without chemicals (NaOH and HCl) obtained the results of optimal ethanol content on fermentation 7 days with ethanol content by 4% with 10 grams of yeast. The longer the fermentation causes the yeast to become more active so that the resulting ethanol content is greater. Key Word: Second Generation of Bioethanol, Base Delignification (NaOH), SSF method and SHF method.
Proses Pembuatan Bioetanol Dari Jerami Padi Dengan Metode Ssf Delignifikasi Asam Dan Metode Shf Kartika Mahardhika Dyah Puspitasari; Suwandi Suwandi; Hartono Adi Bharata
eProceedings of Engineering Vol 5, No 1 (2018): April 2018
Publisher : eProceedings of Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang dapat dihasilkan dari tanaman yang mengandung pati dan limbah biomassa yang mengandung senyawa lignoselulosa. Telah dilakukan penelitian yang menghasilkan etanol dengan menggunakan limbah biomassa yaitu jerami padi dengan metode SSF Delignifikasi asam (HCl) dan metode SHF Hidrolisis dengan air pH 5,6. Kegiatan ini untuk melihat pengaruh variasi berat ragi dan variasi lama fermentasi terhadap kadar etanol yang dihasilkan. Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan dengan metode Delignifikasi Basa (NaOH) dan SHF hidrolisis asam (HCl)[5]. Diperoleh hasil proses pembuatan bioetanol dengan menggunakan metode SSF tidak menghasilkan etanol, sedangkan menggunakan metode SHF Hidrolisis dengan air pH 5,6 tanpa menambahkan bahan kimia (NaOH dan HCl) diperoleh hasil kadar etanol yang optimal pada fermentasi 5 hari dengan kadar etanol sebesar 4% dan pemberian ragi sebesar 30 gram. Menurut peneliti lain, semakin banyak ragi yang diberikan menyebabkan kadar etanol yang dihasilkan semakin besar[5]. Namun hasil dari penelitian menggunakan metode SHF Hidrolisis dengan air pH 5,6, jika berat ragi yang diberikan diatas 30 gram maka kadar etanol yang didapatkan tetap.