Maria Inviolata Deran Ola
STP Reinha Larantuka-Indonesia

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Tradisi Gemohing Lamaholot Sebagai Emblem Pemersatu Masyarakat Multikultural di Desa Tuwagoetobi Maria Inviolata Deran Ola; Yosep Belen Keban
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 2 (2023): Islamic Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i2.3327

Abstract

Kehidupan masyarakat multikultural di Indonesia acapkali memicu terjadinya konflik sosial sehingga mengakibatkan berkurangnya rasa persatuan dan kesatuan. Situasi tersebut berbeda dengan kehidupan masyarakat Lamaholot yang terus menghargai perbedaan dan mempertahankan nilai persatuan dalam budaya etnik Lamaholot. Salah satu tradisi Lamaholot yang menjadi emblem pemersatu masyarakat multikultural adalah tradisi Gemohing. Masyarakat Lamaholot terus menjaga dan merawat kearifan lokal ini agar tidak lekang atau punah karena perkembangan zaman yang semakin pesat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tradisi Gemohing Lamaholot sebagai emblem pemersatu masyarakat multikultural di desa Tuwagoetobi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di desa Tuwagoetobi sejauh ini masih mempertahankan tradisi Gemohing sebagai emblem pemersatu dalam kehidupan bersama sebagai bagian dari masyarakat multikultural yang ditandai dengan pembangunan rumah, kerja kebun, membersihkan lingkungan dan tata halaman tempat umum, pesta adat perkawinan, dan kematian yang melibatkan semua masyarakat, yakni anak-anak, orang muda, orang dewasa, laki-laki dan perempuan baik yang beragama Katolik maupun Islam, serta yang berbeda suku. Oleh karena itu, para pewaris nilai baik itu pemerintah, tokoh masyarakat, pemangku adat, kelompok Gemohing, dan orang muda harus mempertahankan tradisi Gemohing ini sebagai emblem pemersatu masyarakat multikultural agar tidak lekas punah.