Nyungsung Dewa Hyang di Desa Adat Kayuputih merupakan upacara Pitra Yadnya dan Dewa Yadnya ditujukan kepada roh suci leluhur yang sudah menjadi Dewa Hyang. Dewa Hyang ini berasal dari anggota keluarga orang lain atau bukan berasal dari satu garis keturunan yang dahulunya meninggal karena menjadi korban pembunuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang, (2) Sistem ritual pada pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang, dan (3) Nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terkandung dalam pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang di Desa Adat Kayuputih, Banjar, Buleleng. Teori yang digunakan yaitu: (1) teori Keyakinan Kehidupan Roh Setelah Kematian, (2) teori Sistem Ritual dan (3) teori Nilai. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Data dianalisis berdasarkan pendekatan kualitatif. Penyajian hasil penelitian secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk laporan ilmiah berupa tesis. Dengan hasil sebagai berikut: (1) faktor-faktor pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang di Desa Adat Kayuputih adalah (a) faktor keyakinan, (b) faktor sosiologis, (c) faktor kesehatan, dan (d) faktor historis. (2) Sistem ritual pada pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang di Desa Adat Kayuputih adalah (a) tempat yaitu turus lumbung, perempatan desa, dan sanggah Dewa Hyang, (b) waktu yaitu purnama dan buda kliwon metal, (c) sarana prasarana yaitu bangunan turus lumbung, bangunan sanggah Dewa Hyang, arca Dewa Hyang, daksina palinggih, sarana upakara, (d) pelaku yaitu panyungsung, Pandita, Pamangku, dan serati banten, (e) rangkaian pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang terdiri dari membangun sanggah turus lumbung, ngeruwak karang, melaspas sanggah Dewa Hyang, nunas Dewa Hyang, ngenteg linggih, dan piodalan. (3) Nilai-nilai pendidikan agama Hindu dalam pelaksanaan Nyungsung Dewa Hyang adalah (a) nilai pendidikan tattwa, (b) nilai pendidikan susila, (c) nilai pendidikan acara.