Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Diversity of Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF) in Rhizosphere of Some Economic and Medicinal Crops in SEAMEO BIOTROP, Bogor, West Java Henokh Christian Prasgi; Risa Rosita; Rizky Susanti; Ayu Paraswati Kusuma Dewi; Fransiscus Jason Wiguna; Novita Dwi Yanti; Sunardi Ikay; Lusiawati Dewi
Journal of Science and Science Education Vol. 6 No. 1 (2022): JoSSE Vol. 6 No. 1 (May 2022)
Publisher : Faculty of Science and Mathematics, Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/josse.v6i1p1-13

Abstract

The diversity of terrestrial plants in Indonesia are very huge, including production crops such as palm oil (Elaeis sp.), teak (Tectona grandis L.), lemon (Citrus limon L.) and Aloe vera. The quality of production crops is influenced by the diversity of soil microorganisms, namely the Arbuscular Mycorrhizal Fungi (AMF). AMF plays an important role in the growth and development of the host plant. This study aims to determine the diversity of AMF in the rhizosphere of some production crops at SEAMEO BIOTROP, West Java. Research methods are soil sampling and preparation, soil sieving, AMF spore extraction and morphological identification. As a result, spore density tends to be uniform in all four plants (3 spores per 10 gram). The highest to lowest relative abundance percentage of spores on Glomus sp. (52.17%), Acaulospora sp. (34.79%) and Gigaspora sp. (13,04%). Soil, host plant and AMF factors affect the diversity of AMF.
APLIKASI INOVASI RISET PENDIDIKAN BIOLOGI UNTUK PEMULIHAN LAHAN BEKAS TAMBANG BATU BARA Risa Rosita; Rahayu Widyastuti; Irdika Mansur
Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 11 (2023)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh pemberian C. etunicatum dan Bacillus sp. terhadap pertumbuhan rumput Bede yang ditanam pada tanah bekas tambang batu bara, (2) mempelajari kemampuan serapan hara (N, P, K) rumput Bede yang ditanam pada tanah bekas tambang batu bara. Percobaan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Data diolah menggunakan program SAS 9,0 dan dilakukan analisis sidik ragam dengan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf alpha (α) 5%. Pemberian C. etunicatum dan Bacillus sp. efektif meningkatkan pertumbuhan rumput Bede ketika ditanam pada tanah bekas tambang. Pada tanah overburden perlakuan T3P13 (penambahan 50% NPK + 50% dolomit + C. etunicatum + Bacillus sp.) mampu meningkatkan biomassa kering tanaman 660 kali lipat dibandingkan dengan kontrol (T3P0). Sementara itu pada tanah revegetasi pemberian perlakuan T2P10 (kombinasi dolomit 50% + C. etunicatum) menghasilkan berat basah dan berat kering akar paling besar. Rumput Bede yang diperkaya oleh C. etunicatum dan Bacillus sp. yang ditanam pada tanah bekas tambang serta tanah kebun Jati (jenis pemupukan: P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P12, P13) memiliki nilai serapan hara N, P, K yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput yang tidak diperkaya (P1, P2, P3) dan kontrol (P0). Rumput Bede yang diperkaya dan ditanam pada tanah revegetasi (T2P10) menunjukkan kemampuan serapan hara P paling tinggi dengan nilai serapan sebesar 1,93 g/tanaman.
KEANEKARAGAMAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) PADA RIZOSFER TANAMAN SENGON (Paraserianthes falcataria) DI KEBUN RAYA ITERA Novita Dwi Yanti; Erma Suryanti; Risa Rosita
Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 11 (2023)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan bentuk dari simbiosis mutualisme antara fungi dengan rizosfer tanaman. Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan salah satu tanaman yang secara alami dapat berasosiasi dengan FMA. Fungi mikoriza arbuskula (FMA) adalah jenis mikoriza yang tingkat populasi dan jenisnya sangat bervariasi, bergantung pada jenis inang dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini dilakukan dengan mengeksplorasi FMA pada rizosfer tanaman sengon. Metode eksplorasi yang digunakan pada penelitian dilakukan melalui: (1) pengambilan sampel tanah di area perakaran sengon, (2) ekstraksi dan identifikasi spora FMA secara morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FMA yang didapatkan pada rizosfer tanaman sengon terdiri dari 3 genus yaitu Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Genus yang paling mendominasi dari ketiga genus FMA tersebut adalah Glomus. Dominasi genus yang ditemukan adalah Glomus disebabkan karena Glomus memiliki sifat yang adaptif dan sampel tanah yang diperoleh merupakan jenis tanah lempung berpasir dengan pH tanah masam. Pada penelitian ini hasil keanekaragaman FMA pada rizosfer tanaman sengon di Kebun Raya ITERA juga didokumentasikan dalam bentuk peta untuk memudahkan pemberian informasi pengetahuan terkait keberadaan spora FMA di Kebun Raya ITERA khusunya pada rizosfer tanaman sengon.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK NPK DALAM KULTUR TRAPPING FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) Rizky Susanti; Erma Suryanti; Risa Rosita
Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 11 (2023)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan yang termasuk daloam jenis tanaman pertanian. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor biotik berupa keberadaan mikroba tanah, seperti Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan faktor abiotik berupa seperti ketersediaan unsur hara N, P, dan K didalam tanah. FMA dapat diperoleh melalui isolasi langsung dan diperbanyak dengan teknik kultur trapping. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembanagkan metode perbanyakan spora FMA (kultur trapping) dengan pemberian berbagai konsentrasi pupuk NPK untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktorial dengan empat taraf perlakuan, yaitu P1= FMA + NPK 0 ppm, P2= FMA + NPK 10 ppm, P3= FMA + NPK 30 ppm, dan P4= FMA + NPK 50 ppm. Hasil perbanyakan menunjukkan efektif dalam meningkatkan jumlah kepadatan spora Glomus sp. = 186 spora dan Acaulospora sp. = 65 spora. Selain itu, hasil pengamatan jaringan akar menunjukkan terjalinnya asosiasi antara FMA dan akar jagung yang ditandai dengan ditemukannya organ berupa vesikula dan hifa internal. Hasil uji DMRT menunjukkan pengaruh nyata (α<0,05) pada data tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk dan berat basah akar yaitu pada perlakuan P2= FMA + NPK 10 ppm.
UJI EFEKTIVITAS PESTISIDA ORGANIK CAIR TERHADAP BAKTERI PATOGEN YANG MENYERANG DAUN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.) Ayu Paraswati Kusuma Dewi; Erma Suryanti; Risa Rosita
Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 11 (2023)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bakteri patogen dapat menyebabkan daun tanaman menjadi kasar, daun pepaya menjadi gugur, tulang daun mengerut serta terdapat bercak kuning kecoklatan. Perlu dilakukan pengendalian dengan memberikan pestisida organik, salah satunya terbuat dari asap cair tempurung kelapa untuk membasmi serta membunuh penyakit yang mengganggu tanaman pepaya. Tujuan penelitian ini adalah mengisolasi bakteri patogen yang menyerang daun tanaman pepaya serta mengetahui dampak dari pemberian pestisida organik cair dalam menghambat gejala bakteri patogen pada daun tanaman pepaya. Tahapan dari penelitian ini yaitu survei dan sampling lokasi pengambilan sampel daun tanaman pepaya, praisolasi, isolasi, peremajaan bakteri, identifikasi bakteri yang meliputi morfologi koloni, bentuk sel, uji pewarnaan gram, uji hipersensitivitas, uji postulat koch, dan uji efektivitas pestisida organik pada tanaman pepaya. Bakteri patogen yang menyebabkan nekrotik tinggi pada daun pepaya dan memiliki karakteristik morfologi serta gejala penyakit yang sama dengan isolat awal pada tanaman pepaya yaitu BP4. Dampak pemberian pestisida organik Liqcorist pada konsentrasi 12% tidak memberikan pengaruh karena konsentrasi pestisida yang rendah kurang efektif. Pada konsentrasi 15% memiliki tingkat efektivitas yang baik, karena mampu mengendalikan penyakit akibat serangan bakteri patogen pada tanaman pepaya. Sedangkan pada konsentrasi 17% tidak memberikan pengaruh karena tingginya konsentrasi yang diberikan dapat mengakibatkan fitotoksisitas pada daun tanaman pepaya (Carica papaya L.).
PESTISIDA ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI BERCAK DAUN JAHE MERAH (Zingiber officianale var Rubrum) YANG DISEBABKAN Nigrospora sphaerica Dian Emilia Maulidiyah; Fahrizal Hazra; Risa Rosita
Prosiding Seminar Nasional Biologi Vol. 11 (2023)
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Biologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan permintaan jahe merah belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi jahe merah. Salah satu faktor yang mendorong terjadinya penghambatan yaitu banyaknya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat menyebabkan kegagalan produksi jahe merah. Berdasarkan penelitian Rosita et al. (2022), pestisida organik Liqcoris 15% dapat mengendalikan penyakit virus mosaik dan kutu daun tanaman cabai. Sementara itu pada komoditi jahe merah kemampuan daya hambat pestisida organik Liqcoris 15% dalam mengendalikan bercak daun yang disebabkan oleh fungi patogen belum dilaporkan. Penelitian bertujuan mengidentifikasi secara morfologi fungi patogen Nigrospora sphaerica, mengetahui apakah Nigrospora sphaerica merupakan fungi patogen penyebab bercak daun pada tanaman jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum) serta menganalisis efektivitas pemberian pestisida organik Liqcoris dengan konsentrasi 15%. Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biosistem Lanskap Manajemen (BLM), laboratorium Fitopatologi dan rumah kaca SEAMEO BIOTROP Bogor, Jawa Barat pada bulan Agustus 2022-Februari 2023. Hasil identifikasi morfologi diperkuat oleh hasil identifikasi molekuler penelitian sebelumnya. Nigrospora sphaerica merupakan fungi patogen penyebab penyakit bercak daun pada tanaman jahe. Aplikasi penyemprotan pestisida organik Liqcoris konsentrasi 15% ke daun efektif menghambat penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Nigrospora sphaerica dari intensitas penyakit 14,84% menjadi menurun menjadi 12,94 % dengan persentase penurunan 12,80% setelah 3 minggu pemberian aplikasi.
Environment Vulnerability Decision Technology (EVDT) Mangrove Management Anidah; Risa Rosita; Riana Hartati
BIODIVERS - BIOTROP Science Magazine Vol. 1 No. 1 (2022): BIODIVERS (BIOTROP Science Magazine) - Climate Change and Coastal Resilience Kn
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56060/bdv.2022.1.1.1970

Abstract

-
Marine and Coastal Monitoring: Nanosatellites Technology Risa Rosita; Shella Marlinda; Armaiki Yusmur
BIODIVERS - BIOTROP Science Magazine Vol. 1 No. 1 (2022): BIODIVERS (BIOTROP Science Magazine) - Climate Change and Coastal Resilience Kn
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56060/bdv.2022.1.1.1975

Abstract

-
What a Rich BIOTROP: Development Database Framework of Biodiversity Heritage Collections Harry Imantho; Saeful Bachri; Ina Retnowati; Sri Sudarmiyati Tjitrosoedirdjo; Soekisman Tjitrosemito; Sri Widayanti; Risa Rosita; Irawan Irawan; Supriyanto Supriyanto; Iman Hidayat
BIODIVERS - BIOTROP Science Magazine Vol. 2 No. 2 (2023): BIODIVERS (BIOTROP Science Magazine) - Biodiversity for All
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56060/bdv.2023.2.2.2096

Abstract

The need for biodiversity science with the availability and interoperability of data on the internet reinforces each other. This is driven by the increasing literacy of the world community regarding the impact of loss of biodiversity on the sustainability of human life. High-quality biodiversity data is needed to demonstrate that spatio-temporal loss of biodiversity has led to a reduction in quality of life. This facts have underpinned SEAMEO BIOTROP to increase the visibility of managed biodiversity collection data. SEAMEO BIOTROP maintains thousands of valuable herbarium collections of weeds, trees and invasive plants; fungi, insects and pests for research and testing purposes. These historic and valuable collections of biodiversity need to be preserved and better managed in digital format so that the information is available to botanists and the general public around the world. A study regarding the development of an integrated biodiversity collection database framework has been carried out by SEAMEO BIOTROP. This study aims to formulate and develop an initial framework for the BIOTROP biodiversity database that is relevant to national, regional and global needs. This study succeeded in developing an integrated database framework that brings together all digital data from the SEAMEO BIOTROP biodiversity collection into a database management system. This database management system also adopts Darwin Core metadata to ensure easy exchange and sharing of data with existing biodiversity data management systems in the world.
Cultivation and Propagation Techniques of Trichoderma harzianum Aluna Gita Arumsari; Alfidhiya Amany Ramli; Neil Priharto; Sunardi Ikay; Risa Rosita
BIODIVERS - BIOTROP Science Magazine Vol. 2 No. 2 (2023): BIODIVERS (BIOTROP Science Magazine) - Biodiversity for All
Publisher : SEAMEO BIOTROP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56060/bdv.2023.2.2.2098

Abstract

This research was conducted to determine the effect of temperature on the growth of Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum has functions to prevent the growth of diseases in plants, increase plant growth, and decompose organic matter. The research was conducted at the Phytopathology and Biosystem and Landscape Management Laboratory at SEAMEO BIOTROP, Bogor. The study was analyzed using a Completely Randomized Design (CRD) with different temperature treatments with five replications. The parameter observed was the diameter of the fungus growth after 6 days incubation period. Based on the research results, T. harzianum grew well when the fungus was incubated at 23 °C compared to 40 °C.