Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Ascariasis Intestinal Berkomplikasi Obstruksi Usus Halus Parsial: CT Scan vs Foto Polos Abdomen Istiantho, Reza; Sidipratomo, Prijo; Halim, Freda
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 9 (2016): Kardiovaskuler
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v43i9.864

Abstract

Ascariasis intestinal harus selalu dipertimbangkan sebagai salah satu diagnosis pada anak-anak di daerah endemis dengan gejala abdomen akut atau obstruksi usus. Pada kebanyakan kasus, diagnosis tidak cukup hanya dengan gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, namun diperlukan juga pemeriksaan radiologis. Dilaporkan sebuah kasus seorang anak perempuan berusia 9 tahun datang ke IGD dengan keluhan utama tidak bisa buang air besar sejak tiga hari. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan adanya obstruksi usus halus parsial disebabkan oleh bolus askariasis di ileum proksimal dan peritonitis diduga disebabkan appendisitis perforasi. Setelah hasil CT scan didapat, diputuskan dilakukan laparotomi eksplorasi.Intestinal ascariasis should be considered as a diagnosis in children in endemic areas with symptoms of acute abdominal or intestinal obstruction. In most cases, the diagnosis is not only by clinical symptoms and results of laboratory examination, but also required radiologically. Reported a case of a 9 -year -old girl came to the ED (emergency departments) with symptom of could not defecate since three days. From the results of radiological examinations obtained a partial small bowel obstruction caused by ascariasis bolus in the proximal ileum appendicitis and peritonitis due to perforation is suspected. After the CT scan results obtained, it was decided to do exploratory laparotomy. 
Multiple Radiologic Findings in a Simple Blunt Thoracic Trauma Sidipratomo, Prijo; Pandelaki, Jacob; Widjaja, Samuel; Jason, Jason
Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 17 No 1 (2023): Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Kerja Sama KNPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33533/jpm.v17i1.5123

Abstract

Blunt thoracic trauma is one of the main contributors to trauma-related deaths, with the broad possibility of pathological chest injury. Imaging plays an important role in detecting most of internal organ injuries. Here we presented a 56-years-old male with progressive chest pain following blunt chest trauma several days prior without any early intervention. Chest radiograph showed rib fractures, pneumothorax, atelectasis, and raised left hemidiaphragm. Further CT scan evaluation identified additional hemothorax, subcutaneous emphysema and confirming the fourth to tenth rib fractures, pneumothorax, and unilateral hemidiaphragm elevation. As seen in our case, chest radiograph is crucial in initial evaluation of chest injury, usually through identification of pathological landmark. While chest radiograph is limited to one projection, CT scan provide a global evaluation of a region with a high sensitivity and specificity in detecting and confirming most of the injuries. Thus, one must not overlook any lightly appeared blunt thoracic trauma while optimizing the use of radiography and CT scan for the evaluation of injuries.
Malpraktik Penerapan Telemedicine dalam Perspektif Hukum Kesehatan Rustam, M Rizal; Sidipratomo, Prijo
Journal Evidence Of Law Vol. 3 No. 2 (2024): Journal Evidence Of Law (Agustus)
Publisher : CV. Era Digital Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59066/jel.v3i2.649

Abstract

Telemedisin merupakan praktik medis dengan penggunaan teknologi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara jarak jauh. Seorang dokter di satu tempat menggunakan teknologi komunikasi untuk melayani pasien yang berada di tempat lain. Dalam praktiknya, Telemedicine berpotensi untuk dapat menimbulkan permasalahan hukum, salah satunya adalah Malpraktik. Dalam hal ini, terdapat perbedaan penafsiran antara kelalaian dengan malpraktik. Pasien selaku pihak yang kerap kali menjadi pihak yang dirugikan sudah semestinya mendapatkan perlindungan hukum atas kerugian dari malpraktik yang dilakukan oleh Dokter dalam melaksanakan profesinya. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) selaku Lembaga yang berfungsi untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, juga berperan dalam mewujudkan keadilan bagi para pihak yang merasa dirugikan dari terjadinya Malpraktik dalam pelayanan Telemedisin oleh Tenaga Kesehatan. Bentuk peran serta pihak MKDKI berupa menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode Penelitian Yuridis-Normatif dengan data yang diambil dari studi kepustakaan. Setelah melakukan penelitian, Penulis menyimpulkan bahwa apabila terjadi malpraktik dalam Telemedicine, maka perlu adanya perlindungan hukum terhadap Pasien atas kerugian yang dialami. Lebih lanjut, MKDKI dalam mengambil peran untuk menindaklanjuti terjadinya Malpraktik dalam pelayanan Telemedisin tidak dapat berlangsung tanpa adanya pengaduan yang diajukan oleh seseorang.
GAMBARAN METASTASIS ORBITAL PADA CT SCAN ORBITA DENGAN KONTRAS SEBAGAI TANDA DINI METASTASIS KANKER PAYUDARA: LAPORAN KASUS Sidipratomo, Prijo; Fitri, Adinda Rahmatul
Kieraha Medical Journal Vol 7, No 1 (2025): KIERAHA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/kmj.v7i1.10618

Abstract

Kanker payudara merupakan keganasan yang paling umum pada wanita dan dapat bermetastasis ke berbagai organ, termasuk orbita, meskipun jarang. Manifestasi awal metastasis orbital sering kali tidak dikenali karena gejala yang samar atau asimptomatik. Kami melaporkan kasus seorang perempuan usia 46 tahun yang datang dengan keluhan mata kabur dan menonjol bilateral progresif selama 3 bulan, tanpa riwayat kanker sebelumnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan proptosis non-aksial dan massa multipel di kedua orbita serta benjolan pada payudara kanan. Pencitraan CT scan orbita dengan kontras menunjukkan lesi solid isodens multipel di regio intrakonal dan retrobulbar bilateral, disertai infiltrasi jaringan sekitarnya dan erosi tulang orbita kanan. Diagnosis ditegakkan sebagai karsinoma payudara metastasis ke orbita stadium IV, dan pasien diarahkan ke terapi paliatif. Manifestasi klinis orbital mendahului diagnosis kanker payudara primer pada kasus ini, mengindikasikan pentingnya pencitraan diagnostik dan kewaspadaan terhadap kemungkinan metastasis okular. Literasi menunjukkan periode laten metastasis ke orbita bervariasi antara 2 hingga 8,5 tahun, namun dapat muncul lebih awal seperti pada kasus ini. Diagnosis klinis dan pencitraan radiologis memegang peranan penting dalam mengenali keterlibatan orbital sebagai manifestasi awal penyakit sistemik.
EMBOLISASI TRANSARTERIAL UNTUK MENCEGAH PECAHNYA NODUL HATI: TINJAUAN KOMPREHENSIF Noorshintaningsih, Dheeva; Sidipratomo, Prijo
Kieraha Medical Journal Vol 5, No 2 (2023): KIERAHA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/kmj.v5i2.6606

Abstract

Nodul hepar merupakan tumor yang berukuran kurang dari 2 cm dan bersifat tunggal maupun multipel. Nodul hepar tersering merupakan metastasis karsinoma, dengan colon, paru-paru, dan payudara sebagai tempat karsinoma. Diantara komplikasi yang terjadi, pecahnya nodul terkadang memerlukan intervensi invasif, termasuk aspirasi, drainase atau bahkan debridemen atau lobektomi. Meskipun sebagian besar ruptur dapat ditangani secara konservatif, beberapa diantaranya memerlukan intervensi lebih lanjut, sehingga menimbulkan beban bagi pasien dan ahli bedah saat ini. Embolisasi transarterial telah banyak digunakan secara klinis untuk pengobatan perdarahan gastrointestinal pasca operasi. Embolisasi merupakan cara yang efektif untuk menangani kondisi hemoragik dan membatasi pasokan pendarahan untuk massa tumor. Ketika nodul hati pecah, menentukan penatalaksanaan terapeutik yang tepat merupakan hal yang penting. TAE (Trans-Arterial Embolization) merupakan pendekatan pengobatan yang optimal.