Latar Belakang: Lebih dari 140 juta balita di dunia mengalami stunting, yang didominasi Benua Asia dan Afrika. Indonesia menjadi negara ketiga se Asia Tenggara yang memiliki anak stunting sebesar 36,5%. UNICEF menyatakan bahwa stunting dapat disebabkan oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung serta berisiko mengalami penyakit degeneratif.Tujuan untuk mengetahui faktor tidak langsung berupa pendidikan ibu, pendapatan perkapita keluarga, akses ke puskesmas, dan kunjungan ibu ke posyandu sebagai faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 6-11 bulan di Lampung Timur.Metode Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan desain case control. Jumlah sampel sebanyak 104 responden, terdiri dari 52 kelompok kontrol dan 52 kelompok kasus dengan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan regresi logistik.Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa pendapatan perkapita keluarga yang rendah sebagai faktor paling berisiko terjadinya stunting pada anak usia 6-11 bulan (p-value= 0,001 OR= 75,802; CI= 9,253-620,979), ibu yang tidak aktif berkunjung ke posyandu sebagai faktor risiko terjadinya stunting (p-value= 0,001; OR= 42,688; CI= 6,540-278,637), akses ke puskesmas yang kurang terjangkau sebagai faktor risiko terjadinya stunting (p-value=0,036; OR=9,195; CI= 1,157-73,076), dan pendidikan ibu yang rendah bukan sebagai faktor risiko penyebab stunting (p=.0,670; OR=1,571; CI=0,197-12,537). Kata Kunci: Pendapatan perkapita keluarga, stunting ABSTRACT Background: More than 140 million toddlers in worldwide experiencing stunting, dominated by the continents of Asia and Africa. Indonesia is the third country from Southeast Asia which has 36.5% stunting toddlers. UNICEF stated that stunting can caused by direct and indirect factors and the risk of developing degenerative disease. This study was conducted to know indirect factors which are maternal education, family income per capita, access to health center, (Puskesmas), and maternal visit to health center (Posyandu) as a risk factor for stunting in children aged 6-11 months in East Lampung. This study uses observational analytic design with case control. The number of sample was 104 respondents, consisting of 52 control groups and 52 case groups using purposive sampling technique. In this study, used multivariat analyzed with logistic regression. The result of logistic regression in this study indicate low family income percapita is the most risky factor for stunting in children aged 6-11 months (p-value=0.001; OR=75,802; CI= 9,253-620,979), mother’s inactivity for visiting health center (Posyandu) as a risk factor occurrence of stunting (p-value= 0,001; OR= 42,688; CI= 6,540- 278,637), health center that has low accressibility (Puskesmas) as a risk for stunting (p-value= 0,036; OR= 9,195; CI= 1,157-73,076), and low maternal education is not the risk factor for stunting (p=.0,670; OR=1,571; CI=0,197- 12,537) Keywords: family income percapita and stunting.