Iting ,
Universitas Nurul Hasanah Kutacane

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EDUKASI CEGAH POLIO PADA ANAK DENGAN IMUNISASI DI DESA SUKA MAKMUR Anisah ,; Arif Irpan Tanjung; Iting ,
Jurnal Abdimas Saintika Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v5i1.1832

Abstract

ABSTRAK  Poliomielitis (polio) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit ini menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian dalam hitungan jam. Penularannya melalui mulut, berasal dari air, makanan atau tangan yang terkontaminasi feses yang mengandung virus polio. Cakupan imunisasi yang rendah telah memperlambat upaya pemberantasan polio. Cakupan imunisasi yang rendah secara konsisten di kabupaten Aceh dan kondisi lingkungan yang tidak sehat merupakan faktor  risiko penularan virus polio. Infeksi Polio tidak ada obatnya, sekali anak kita tertular maka kemungkinan mereka tidak akan bertahan hidup, atau jika selamat mereka bisa mengalami kelumpuhan yang akan berdampak besar pada masa depan mereka.  Pengetahuan orang tua tentang pentingnya imunisasi sangat menentukan keputusan orang tua dalam memberikan imunisasi pada anak-anaknya. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan orang tua dan  masyarakat tentang pentingnya imunisasi polio bagi kesehatan anak di desa Suka Makmur.  Metode yang digunakan adalah memberikan edukasi tentang imunisasi polio kepada orang tua dan masyarakat dan pemberian imunisasi polio. Hasil dari kegiatan ini didapatkan peningkatan pengetahuan 51 orang tua dan masyarakat sebelum dan sesudah diberikan edukasi yaitu dari skor rata-rata pengetahuan dari 35 menjadi 80 dan 26 anak mendapatkan imunisasi polio dosis kedua. Diharapkan orang tua dan masyarakat dapat mengimplentasikan pengetahuan yang telah didapatkan dengan membawa anak-anak mereka yang belum mendapatkan imunisasi polio ke posyandu ataupun ke puskesmas terdekat . Kata kunci : Polio, imunisasi, kelumpuhan
EDUKASI PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTENGI REMAJA DARI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI DESA SEPAKAT SEGENEP Yessy Syahradesi; Iting ,; Sahidin Basri
Jurnal Abdimas Saintika Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v5i1.1826

Abstract

ABSTRAK  Masa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa tersebut, umumnya remaja memiliki rasa keingintahuan yang cukup tinggi. Hal ini tentu baik, tetapi juga sangat mengkhawatirkan jika mereka terjerumus kepada suatu hal yang negatif atau merugikan termasuk memakai narkoba. BNN Propinsi Aceh melaporkan pecandu narkoba di propinsi Aceh telah mencapai 83.000 orang berasal dari segala usia. Penyalahgunaan narkotika di kalangan generasi muda kian meningkat yang memicu terjadinya penyimpangan perilaku anak muda tersebut dapat membahayakan generasi ke depan bangsa. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba disini peran keluarga terutama orang tua lah yang sangat penting dalam memberikan edukasi serta pemahaman kepada anaknya. Berdasarkan data dari kominfo 2021 menjelaskan bahwa 82,4% anak muda berusia 15-35 tahun berstatus sebagai pemakai, 47,1% berperan sebagai pengedar, dan 31,4% sebagai kurir. Untuk mendorong  generasi muda agar lebih cerdas dalam mengambil keputusan untuk bertindak, maka seluruh pihak seperti orang tua, guru, masyarakat harus berperan aktif dalam mewaspadai penyalahgunaan narkotika di lingkungan anak muda. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan orang tua dan masyarakat tentang narkoba dan strategi membentengi keluarga terutama remaja dari penyalahgunaan narkoba di desa Sepakat Segenep. Metode yang digunakan adalah memberikan edukasi kepada orang tua dan masyarakat yang berjumlah 38 orang. Hasil dari kegiatan ini didapatkan peningkatan pengetahuan orang tua dan masyarakat sebelum dan sesudah diberikan edukasi yaitu dari skor rata-rata pengetahuan 40 menjadi 80. Diharapkan orang tua dan masyarakat dapat mengimplentasikan pengetahuan yang telah didapatkan dan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap pergaulan anak sebagai salah satu upaya menjaga generasi penerus dari penyalahgunaan narkoba. Kata kunci : Narkoba, remaja, peran keluarga   PENDAHULUANMasa remaja merupakan masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada masa tersebut, umumnya remaja memiliki rasa keingintahuan yang cukup tinggi. Hal ini tentu baik, tetapi juga sangat mengkhawatirkan jika mereka terjerumus kepada suatu hal yang negatif atau merugikan termasuk memakai narkoba. Sebenarnya Narkoba memiliki efek terapetik bagi pasien, tetapi jika disalahgunakan, narkoba dapat menimbulkan dampak buruk. Peredaran Narkoba yang sulit dibendung merupakan ancaman besar bagi generasi muda Indonesia. Penyalahgunaan narkotika di kalangan generasi muda kian meningkat yang memicu terjadinya penyimpangan perilaku anak muda tersebut dapat mempenyalahgunaankan generasi kedepan bangsa. Dampak buruk Narkoba bagi kesehatan dan psikologis pengguna, antara lain meracuni sistem saraf dan daya ingat, merusak organ dalam, HIV/AIDS, kematian apabila overdosis, gangguan jiwa, tidak taat pada norma yang berlaku, agresif serta mendorong melakukan tindak kriminal. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba disini peran keluarga terutama orang tua lah yang sangat penting dalam memberikan edukasi serta pemahaman kepada anaknya. Berdasarkan data dari kominfo 2021 menjelaskan bahwa 82,4% anak muda berusia 15-35 tahun berstatus sebagai pemakai, 47,1% berperan sebagai pengedar, dan 31,4% sebagai kurir. BNN Propinsi Aceh melaporkan pecandu narkoba di propinsi Aceh telah mencapai 83.000 orang berasal dari segala usia. Untuk mendorong  generasi muda agar lebih cerdas dalam mengambil keputusan untuk bertindak, maka seluruh pihak seperti orang tua, guru, masyarakat harus berperan aktif dalam mewaspadai penyalahgunaan narkotika di lingkungan anak muda. Hasil wawancara dengan orang tua dan masyarakat didapatkan informasi bahwa mereka mengaku sangat cemas mendengar maraknya peredaran narkoba yang sudah melibatkan anak-anak yang masih kecil sebagai pemakai. Warga masih binggung mengidentifikasi gelagat anak muda yang memakai narkoba sehingga bisa dilakukan pengawasan jika mereka melihat hal tersebut.
MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIK PADA PASIEN DENGAN REMATIK DI PUSKESMAS MARAMAS ACEH TENGGARA TAHUN 2023 Dina Andriani; Iting ,; Yustina Damayanti
Jurnal Abdimas Saintika Vol 5, No 1 (2023): Jurnal Abdimas Saintika
Publisher : Stikes Syedza Saintika Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30633/jas.v5i1.1834

Abstract

ABSTRAK  Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderita yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, mengacu kepada teori dari asosiasi nyeri internasional, pemahaman tentang nyeri lebih menitik beratkan bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri yang menitikberatkan pada manipulasi fisik (Thamsuri, 2007). Dengan keluhan nyeri yang dirasakan pasien rematik berakibat terbatasnya aktifitas mereka dan mengurangi produktifitas. Prevalensi penyakit sendi di propinsi Aceh berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia  13,26%, terjadi pada usia 55-64 tahun sebesar 29,02%, usia 66-74 tahun sebesar 36,77% dan usia 75 tahun ke atas sebesar 37,97%.Manajemen nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi dapatdilakukan secara mandiri  oleh penderita rematik untuk mendampingi terapi farmakolog. Sehingga perlu dilakukan edukasi tentang manajemen nyeri non farmakologi pada pasien rematik .Eduksi ini dilakukan di Puskesmas Maramas aceh Tenggara tanggal 22 Februari  t 2023 yang dimulai pada jam 10.00 - 10.45 WIB, yang diikuti oleh 15 orang pasien dan keluarga. Hasil yang diperoleh terdapat 73% peserta yang bertanya tentang materi dan terdapat 68 % peserta yang telah memahami materi yang diberikan. Edukasi kesehatan tentang manajemen nyeri non farmakologi sangat dibutuhkan untuk dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien rematik dan untuk dapat beraktifitas seperti biasa. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk memberikan beberapa terapi non farmakologi yang laian seperti terapi komplementer, penggunaan obat-obat herbal yang bidsa di dapatkan pasien di sekitar rumahnya . Kata kunci :Rematik ,manajemen nyeri, non farmakologi ABSTRACT Pain is a sensation of discomfort that is manifested as a sufferer caused by a real mental perception, a threat, referring to the theory of the international pain association, an understanding of pain emphasizes that pain is a physical event, which of course is for the management of pain which focuses on physical manipulation ( Thamsuri, 2007). Complaints of pain felt by arthritic patients limit their activities and reduce productivity. The prevalence of joint disease in the province of Aceh based on the diagnosis of health workers in Indonesia is 13.26%, occurs at the age of 55-64 years by 29.02%, by the age of 66-74 by 36.77% and by the age of 75 years and over by 37.97 %. Pain management can be done pharmacologically and non-pharmacologically. Non-pharmacological therapy can be carried out independently by rheumatoid sufferers to accompany pharmacological therapy. So it is necessary to educate on non-pharmacological pain management in rheumatoid patients. This education was carried out at the Maramas Aceh Tenggara Health Center on February 22, 2023 which began at 10.00 - 10.45 WIB, which was attended by 15 patients and their families. The results obtained were 73% of participants who asked about the material and there were 68% of participants who had understood the material provided. Health education about non-pharmacological pain management is urgently needed to be able to reduce the pain felt by rheumatoid patients and to be able to do activities as usual. It is suggested to the puskesmas to provide some other non-pharmacological therapies such as complementary therapy, the use of herbal medicines that patients can get around their homes. Keywords: Rheumatism, pain management, non-pharmacological