Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Mindfulness Based Cognitive Therapy Untuk Menurunkan Burnout Pegawai Muchammad Rizal; Amherstia Pasca Rina; IGAA Noviekayati
BRILIANT: Jurnal Riset dan Konseptual Vol 8 No 2 (2023): Volume 8 Nomor 2, Mei 2023
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28926/briliant.v8i2.1207

Abstract

Pengaruh kesehatan mental pada pegawai ditempat kerja telah mendapatkan perhatian yang lebih. Stress kerja menyebabkan pegawai mengalami kelelahan kerja. Selanjutnya jika stress kerja berlangsung lama dan tidak ditangani dengan baik maka berkemungkinan  besar akan menimbulkan burnout. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas MBCT dalam menurunkan tingkat burnout pada pegawai. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 20 orang yang dibagi kedalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang masing-masing kelompok berjumlah 10 orang. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu skala burnout (α= 0,921). Hasil uji hipotesis menggunakan Mann Whitney U Test memperoleh skor z = -2.234 dengan signifikansi p = 0,025. Artinya ada perbedaan yang signifikan penurunan burnout pada kelompok kontrol dan eksperimen. Hasil uji effect size diketahui berdasarkan Rank-Biseral berjumlah -0,590. Artinya MBCT memiliki efek yang besar untuk menurunkan burnout pada pegawai.
Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) Effectivity to Increase Positive Self Perception on Fatherless Adolescents Amherstia Pasca Rina; Herlan Pratikno; Muchammad Rizal; Ricky Alejandro Martin
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 14 No. 2 (2023): Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jptt.v14n2.p193-205

Abstract

Adolescence is said to be an unusual and challenging transitional period. Various kinds of problems involving youth groups are increasing day by day. Fatherlessness, or the loss of the father's role, is one of the problems. These various problems cause adolescents to tend to have negative self-perceptions. Therefore, positive self-perception among adolescents needs to be improved. This study aims to determine the effectiveness of MBCT to increase positive self-perception in fatherless adolescents. Participants in this study consisted of six adolescents who experienced fatherlessness and would receive the MBCT intervention. The research instrument consisted of the self-perception scale, adapted from Robbins. The data analysis technique in this study used the Mann-Whitney U Test with the help of SPSS. The results of the hypothesis test obtained a score of z = -2.491 with a significance of p = 0.013. This means that there is a significant difference in increasing self-perception among fatherless adolescents. The results of the effect size test are known based on Rank-biserial totaling 0.861. This means that there is a great influence of Mindfulness-Based Cognitive Therapy on increasing positive self-perceptions in fatherless adolescents. Then adolescents, so it is concluded that Mindfulness-Based Cognitive Therapy is effective in increasing fatherless adolescents' self-perceptions. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan motivasi dan juga stres bekerja dengan work engagement secara masing-masing maupun simultan. Pendekatan kuantitatif dipakai dalam penelitian. Pengambilan sampel yang dipakai ialah metode sampel jenuh. Sebanyak 270 orang yang mengisi kuesioner dengan tingkat respon 17,21% dari total populasi. Metode analisis data memakai analisis deskriptif kuantitatif, korelasi sederhana dan korelasi berganda. Uji normalitas dan linearitas dipakai sebelum pengujian hipotesis. Temuan dalam penelitian ini ialah motivasi kerja berkorelasi positif dan kuat dengan work engagement. Stres kerja berkorelasi negatif dan lemah dengan work engagement. Motivasi dan stres kerja secara berbarengan berkorelasi positif dengan work engagement. Pihak perusahaan diharapkan memberikan pelatihan motivasi, meningkatkan tunjangan yang diberikan serta memberikan kebebasan dalam mengatur jadwal kerja dan cara bekerja agar karyawan lebih merasa terikat dengan pekerjaannya. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan faktor yang memediasi hubungan antara stres kerja dengan work engagement guna menjelaskan lemahnya hubungan yang ditemukan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya bisa juga membandingkan tingkat motivasi kerja, stres kerja dan work engagement pada karyawan yang memiliki posisi pekerjaan yang berbeda.
Pendampingan Psikologis Korban Kekerasan Seksual yang Berhadapan dengan Hukum Amanda Pasca Rini; Devi Puspitasari; Salsabila R K Syaharani; Muchammad Rizal
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 5 No. 2 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v5i2.3179

Abstract

Korban pelecehan seksual memiliki kondisi psikologis yang rentan terhadap guncangan, terutama bagi korban yang mengalami kasus dilaporkan oleh terduganya. Hal ini menjadi suatu masalah apabila korban tidak didampingi dan berakibat pada langkah serta tindakan yang akan diambil ketika berhadapan dengan hukum. Berdasarkan hal ini dukungan dan pendampingan psikologis pada korban pelecehan seksual yang berhadapan dengan hukum bertujuan untuk memberi penguatan supaya merasa aman dan mencegah terjadinya peristiwa yang berulang ke depannya. Adapun metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu dengan instrumen psikologi yakni wawancara psikologis investigatif, observasi, dan baterai tes, serta pemberian edukasi terkait wawancara psikologis investigatif kepada petugas yang bertanggung jawab. Hasil dari pendampingan ini menunjukkan bahwa kondisi psikologis korban berada dalam taraf normal, meskipun begitu korban sempat mengalami guncangan saat dirinya dilaporkan oleh pelaku kepada kepolisian. Peran psikolog dalam hal ini sebagai pendamping korban untuk menyatakan tingkat kesiapannya dalam menjalani kasus berdasarkan laporan psikologis yang telah dibuat. Selanjutnya psikolog tidak berhak melanjutkan intervensi apapun berdasarkan keputusan yang dibuat oleh korban.