Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA LALU LINTAS Nugroho, Untoro; Narendra, Alfa; Wicaksono, Ridho
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

There are not many pedestrians crosser using pedestrian overhead bridges nowadays. They are more likely at-Grade Pedestrian Crosserseven though there were pedestrian overhead bridges.Like what we observed at BrigjendKatamso street. This paper described pedestrians crossing behavior around SMPN 2 Semarang’s pedestrian overhead bridges. Furthermore,their side friction impact on traffic flows are measured and noted. Preliminary survey was conductedon 40 hours traffic counting based on video-recordedtraffic data. This survey shows there are two peak hours, morning period at 05:45-08:45 and noon period at 14:30-17:30. On each peak hours, we observe at-grade pedestrian crosser for their impact on car travel-timeand spot-speed. In morning peak-time most of pedestrian crosser use overhead pedestrian bridge, otherwise in noon peak-time at-grade crossing preferred. During day-peak-time, single pedestrian crosser could delayedtwo passenger cars for 1.37 sec, meanwhile in the noon-peak-time they delayed one passenger car for 1 sec. In the morning peak hour, Spot-speed before disturbance is 22.43 km/hour, during crossing occur is 18.35 km/hour, and after the crossing is 19.1 km/hour. Meanwhile, during 3 hours of noon peak hour, spot speed before crossing is 17.45 km/hour, during disturbance is 13.48 km/hour, after crossing is 24.07 km/hour. Thie research proofed that there are side frictions regarding at-grade pedestrian crossing around overhead pedestrian bridge in front of SMPN 2 Semarang.Banyak penyeberang pejalan kaki yang tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih untuk menyeberang ke ruas jalan pada jalan Brigjend Katamso, meskipun pada jalan tersebut telah ada fasilitas jembatan penyeberangan. Tulisan ini menyajikan perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus penyeberang jalan apakah mempunyai pengaruh terhadap arus lalu lintas atau tidak. Bila terjadi pengaruh, seberapa besar pengaruh tersebut. Observasi/Survei awal dengan melakukan penghitungan arus lalu lintas harian selama 40 jam menggunakan metode pencacahan manual, serta metode visual dengan kamera video. Selanjutnya dari survei lalu lintas harian diketahui waktu puncak yaitu puncak pagi (05.45 – 08.45) dan puncak sore (14.30–17.30). Pada masing-masing waktu puncak kemudian dikaji perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus untuk perilaku penyeberang melalui jalan akan diteliti pengaruhnya terhadap jumlah lama kendaraan tertahan serta kecepatan mobil penumpang ketika terjadi aktifitas penyeberangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada waktu pagi hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih banyak dari pada melalui jalan. Sedangkan pada waktu sore hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih sedikit dari pada melalui jalan. Pada puncak pagi rata-rata penyeberang jalan menghambat 2 kendaraan selama 1.37 detik sedangkan puncak sore menghambat 1 kendaraan selama 1 detik. Pengaruh terhadap kecepatan mobil penumpang selama 3 jam puncak pagi menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 22.43 km/jam, sesaatkejadian 18.35 km/jam, setelahkejadian 19.1 Km/jam. Sedangkan 3 jam selamapuncak sore menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 17.45 km/jam, sesaatkejadian 13.48 km/jam, setelahkejadian 24.07 km/jam. Hal ini menunjukkan penyeberang melalui jalan menjadi penghambat lalulintas di sekitar Jembatan Penyeberangan Orang, di depan SMPN 2 Semarang, di Jalan Brigjend Katamso. 
PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA LALU LINTAS Wicaksono, Ridho; Nugroho, Untoro; Narendra, Alfa
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v16i2.7228

Abstract

There are not many pedestrians crosser using pedestrian overhead bridges nowadays. They are more likely at-Grade Pedestrian Crosserseven though there were pedestrian overhead bridges.Like what we observed at BrigjendKatamso street. This paper described pedestrians crossing behavior around SMPN 2 Semarang’s pedestrian overhead bridges. Furthermore,their side friction impact on traffic flows are measured and noted. Preliminary survey was conductedon 40 hours traffic counting based on video-recordedtraffic data. This survey shows there are two peak hours, morning period at 05:45-08:45 and noon period at 14:30-17:30. On each peak hours, we observe at-grade pedestrian crosser for their impact on car travel-timeand spot-speed. In morning peak-time most of pedestrian crosser use overhead pedestrian bridge, otherwise in noon peak-time at-grade crossing preferred. During day-peak-time, single pedestrian crosser could delayedtwo passenger cars for 1.37 sec, meanwhile in the noon-peak-time they delayed one passenger car for 1 sec. In the morning peak hour, Spot-speed before disturbance is 22.43 km/hour, during crossing occur is 18.35 km/hour, and after the crossing is 19.1 km/hour. Meanwhile, during 3 hours of noon peak hour, spot speed before crossing is 17.45 km/hour, during disturbance is 13.48 km/hour, after crossing is 24.07 km/hour. Thie research proofed that there are side frictions regarding at-grade pedestrian crossing around overhead pedestrian bridge in front of SMPN 2 Semarang.Banyak penyeberang pejalan kaki yang tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih untuk menyeberang ke ruas jalan pada jalan Brigjend Katamso, meskipun pada jalan tersebut telah ada fasilitas jembatan penyeberangan. Tulisan ini menyajikan perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus penyeberang jalan apakah mempunyai pengaruh terhadap arus lalu lintas atau tidak. Bila terjadi pengaruh, seberapa besar pengaruh tersebut. Observasi/Survei awal dengan melakukan penghitungan arus lalu lintas harian selama 40 jam menggunakan metode pencacahan manual, serta metode visual dengan kamera video. Selanjutnya dari survei lalu lintas harian diketahui waktu puncak yaitu puncak pagi (05.45 – 08.45) dan puncak sore (14.30–17.30). Pada masing-masing waktu puncak kemudian dikaji perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus untuk perilaku penyeberang melalui jalan akan diteliti pengaruhnya terhadap jumlah lama kendaraan tertahan serta kecepatan mobil penumpang ketika terjadi aktifitas penyeberangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada waktu pagi hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih banyak dari pada melalui jalan. Sedangkan pada waktu sore hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih sedikit dari pada melalui jalan. Pada puncak pagi rata-rata penyeberang jalan menghambat 2 kendaraan selama 1.37 detik sedangkan puncak sore menghambat 1 kendaraan selama 1 detik. Pengaruh terhadap kecepatan mobil penumpang selama 3 jam puncak pagi menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 22.43 km/jam, sesaatkejadian 18.35 km/jam, setelahkejadian 19.1 Km/jam. Sedangkan 3 jam selamapuncak sore menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 17.45 km/jam, sesaatkejadian 13.48 km/jam, setelahkejadian 24.07 km/jam. Hal ini menunjukkan penyeberang melalui jalan menjadi penghambat lalulintas di sekitar Jembatan Penyeberangan Orang, di depan SMPN 2 Semarang, di Jalan Brigjend Katamso. 
PERILAKU PENYEBERANG PEJALAN KAKI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA LALU LINTAS Wicaksono, Ridho; Nugroho, Untoro; Narendra, Alfa
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 16, No 2 (2014): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v16i2.7228

Abstract

There are not many pedestrians crosser using pedestrian overhead bridges nowadays. They are more likely at-Grade Pedestrian Crosserseven though there were pedestrian overhead bridges.Like what we observed at BrigjendKatamso street. This paper described pedestrians crossing behavior around SMPN 2 Semarang’s pedestrian overhead bridges. Furthermore,their side friction impact on traffic flows are measured and noted. Preliminary survey was conductedon 40 hours traffic counting based on video-recordedtraffic data. This survey shows there are two peak hours, morning period at 05:45-08:45 and noon period at 14:30-17:30. On each peak hours, we observe at-grade pedestrian crosser for their impact on car travel-timeand spot-speed. In morning peak-time most of pedestrian crosser use overhead pedestrian bridge, otherwise in noon peak-time at-grade crossing preferred. During day-peak-time, single pedestrian crosser could delayedtwo passenger cars for 1.37 sec, meanwhile in the noon-peak-time they delayed one passenger car for 1 sec. In the morning peak hour, Spot-speed before disturbance is 22.43 km/hour, during crossing occur is 18.35 km/hour, and after the crossing is 19.1 km/hour. Meanwhile, during 3 hours of noon peak hour, spot speed before crossing is 17.45 km/hour, during disturbance is 13.48 km/hour, after crossing is 24.07 km/hour. Thie research proofed that there are side frictions regarding at-grade pedestrian crossing around overhead pedestrian bridge in front of SMPN 2 Semarang.Banyak penyeberang pejalan kaki yang tidak menggunakan jembatan penyeberangan dan lebih memilih untuk menyeberang ke ruas jalan pada jalan Brigjend Katamso, meskipun pada jalan tersebut telah ada fasilitas jembatan penyeberangan. Tulisan ini menyajikan perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus penyeberang jalan apakah mempunyai pengaruh terhadap arus lalu lintas atau tidak. Bila terjadi pengaruh, seberapa besar pengaruh tersebut. Observasi/Survei awal dengan melakukan penghitungan arus lalu lintas harian selama 40 jam menggunakan metode pencacahan manual, serta metode visual dengan kamera video. Selanjutnya dari survei lalu lintas harian diketahui waktu puncak yaitu puncak pagi (05.45 – 08.45) dan puncak sore (14.30–17.30). Pada masing-masing waktu puncak kemudian dikaji perbandingan perilaku penyeberang melalui jembatan dengan melalui jalan. Khusus untuk perilaku penyeberang melalui jalan akan diteliti pengaruhnya terhadap jumlah lama kendaraan tertahan serta kecepatan mobil penumpang ketika terjadi aktifitas penyeberangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada waktu pagi hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih banyak dari pada melalui jalan. Sedangkan pada waktu sore hari perilaku penyeberang melalui jembatan lebih sedikit dari pada melalui jalan. Pada puncak pagi rata-rata penyeberang jalan menghambat 2 kendaraan selama 1.37 detik sedangkan puncak sore menghambat 1 kendaraan selama 1 detik. Pengaruh terhadap kecepatan mobil penumpang selama 3 jam puncak pagi menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 22.43 km/jam, sesaatkejadian 18.35 km/jam, setelahkejadian 19.1 Km/jam. Sedangkan 3 jam selamapuncak sore menghasilkan temuan kecepatan sebelum kejadian 17.45 km/jam, sesaatkejadian 13.48 km/jam, setelahkejadian 24.07 km/jam. Hal ini menunjukkan penyeberang melalui jalan menjadi penghambat lalulintas di sekitar Jembatan Penyeberangan Orang, di depan SMPN 2 Semarang, di Jalan Brigjend Katamso. 
Evaluation of Kecipir Seed Extract (Psophocarpus tetragonolobus L.) in Feed on the Growth Performance of Catfish (Clarias sp.) Wicaksono, Ridho; Armando, Eric; Tartila, Shobrina Silmi Qori
JURNAL AKUAKULTURA Vol 9, No 1 (2025): JURNAL AKUAKULTURA UNIVERSITAS TEUKU UMAR
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/ja.v9i1.10749

Abstract

Optimizing nutrient utilization and minimizing feed costs are essential for supporting fish growth, with winged bean presenting a viable solution. This study aimed to determine the optimal dosage of dietary winged bean extract supplementation to enhance the growth performance of catfish. Catfish (mean weight 7.44 ± 0.16 g) were stocked at a density of 1 fish/L in 20 L containers. A completely randomized design was utilized, comprising four treatment groups based on the dosage of winged bean seed extract: 0 ml/kg feed (P1), 10 ml/kg feed (P2), 30 ml/kg feed (P3), and 50 ml/kg feed (P4), with each treatment replicated four times. Growth performance parameters included absolute length (Pm), absolute weight (Wm), feed intake (FI), feed conversion ratio (FCR), specific growth rate (SGR), and survival rate (SR). Data were analyzed using a one-way ANOVA, followed by Duncan's Multiple Range Test at a 95% confidence level (p<0.05). Catfish fed P4 exhibited the best growth performance, with Pm of 4.32 ± 0.51 cm, Wm of 15.75 ± 2.75 g, SGR of 52.49 ± 9.18%/day, and FCR of 1.21 ± 0.09, though insignificantly different from P3. This study concluded that 50 ml/kg feed of winged bean seed extract optimally enhances catfish growth performance.
Rancang Bangun Sistem Kendali PID Motor DC Berbasis Blynk untuk meningkatkan Efisiensi dan Fleksibilitas Auditiya Marizka, Dewi; Lastiyan Ashila, Abyan; Agustina Solihah, Aulia; Adi Prasetyo, Haafidh; Riza, Fachri; Wicaksono, Ridho
Jurnal Inovasi Teknologi Terapan Vol. 3 No. 2 (2025): Jurnal Inovasi Teknologi Terapan
Publisher : Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33504/jitt.v3i2.345

Abstract

Efficiency in setting PID parameters is important in supporting control system performance, especially in automation applications. This research compares two methods of PID settings, namely manually using keypads and LCDs with an online IoT-based way through the Blynk application. The system is designed to control the speed of a 12V DC motor with the response of an FC-51 infrared sensor. Testing is done through an experimental approach by recording the system response to variations in KP, KI, and KD values. The results show that the IoT-based method provides better control efficiency, high flexibility, and ease of data visualization in real time. Blynk also allows storing historical data in graphical form, although it has limitations, such as a maximum limit of sending 30,000 data per month and a limited number of widgets in the free version. Therefore, for future development, it is recommended to use a standalone dashboard or integration with Node-RED to make the system more flexible, secure, and minimal code. Overall, this research shows that the application of IoT to PID control systems can improve the effectiveness of settings and has the potential to be applied more widely in modern automation systems.