Benediktus Akel A. Terwarat
Program Studi Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora, Universitas Lelemuku Saumlaki, Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penyelesaian Sengketa Bisnis secara Elektronik melalui Lembaga Arbitrase di Indonesia Benediktus Akel Terwarat; Dewi Astuti Mochtar
MLJ Merdeka Law Journal Vol 2, No 1 (2021): May 2021 MLJ Merdeka Law Journal
Publisher : Postgraduate University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/mlj.v2i1.6253

Abstract

This study aims to analyze the process of electronically resolving business disputes through arbitration and the legal force of electronic arbitration awards. Using normative legal research that is used using the law approach and comparative law. The results show that dispute resolution can be done electronically through an arbitration institution. Electronic arbitration arrangements and procedures do not conflict with the provisions of Law No. 30 of 1999 concerning Arbitration and Alternative Dispute Resolution (UUAAPS). With respect to electronic arbitration awards, decisions that are valid and have legal force remain valid as long as conventional arbitral awards comply with the provisions of Article 54 paragraph (2) and paragraph (3) and have executive power as long as they comply with the provisions of Article 59 paragraph (2) of Law Number 30 of 1999 on Arbitration and Alternative Dispute Resolution (UUAAPS). Of course, to support the legal force of the Electronic Arbitration Award, Law Number 19 of 2016 concerning Amendments to Law Number 11 of 2008 concerning Information and Electronic Transactions is needed as the legal basis for supporting the provisions of Article 4 paragraph (3) UUAAPS. The legal power of electronic arbitral awards based on the ITE Law, which is electronic which has the power of proof with other conventional documents, if at any time it is needed as evidence in related disputesPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses penyelesaian sengketa bisnis secara elektronik melalui lembaga arbitrase serta kekuatan hukum putusan arbitrase elektronik. Menggunakan penelitian hukum normatif dipakai dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan perbandingan hukum. Hasilnya menujukan bahwa penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara elektronik melalui lembaga arbitrase. Pengaturan dan prosedur arbitrase elektronik berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang No 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengekta (UUAAPS). Terhadap putusan arbitrase elektronik, dianggap berlaku dan mempunyai kekuataan hukum tetap layaknya putusan arbitrase konvensional sepanjang memenuhi ketentuan Pasal 54 ayat (2) dan ayat (3)  dan mempunyai kekuatan eksekutorial sepanjang memenuhi ketentuan Pasal 59 ayat (2) Undang Undang  Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UUAAPS). Tentu untuk mendukung kekuatan hukum Putusan Arbitrase Elektronik, maka dibutuhkan UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai dasar hukum pendukung ketentuan Pasal 4 ayat (3) UUAAPS. Kekuaatan hukum putusan arbitrase elektronik berdasarkan Undang Undang ITE, yang merupakan dokumen elektronik yang mempunyai kekuatan pembuktian sama dengan dokumen konvensional lainnya, apabila sewaktu-waktu dibutuhkan sebagai alat bukti dalam penyelesaian sengketaa yang berkaitan.
Akibat Hukum Putusnya Perkawinan Campuran Ditinjau dari Hukum Positif di Indonesia Mutiara.D.C. Oratmangun; Benediktus Akel A. Terwarat
Jurnal sosial dan sains Vol. 2 No. 3 (2022): Jurnal Sosial dan Sains
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1498.428 KB) | DOI: 10.59188/jurnalsosains.v2i3.372

Abstract

LatarBelakang : Perkawinan menjadi hal yang penting dalam siklus kehidupan manusia karena terjadi perkawinan menyebabkan adanya keturunan yang akan berlanjut menjadi keluarga dan berkembang menjadi masyarkat sosial. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk untuk  mengetahui  bagaimana keabsahan perkawinan campuran berdasarkan tinjauan hukum positif serta akibat hukum dari putusnya perkawinan campuran menurut hukum. Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Hasil : Pengaturan sistem hukum perkawinan di Indonesia sudah secara lengkap mengatur tentang pengaturan perkawinan campuran tetapi perlu adanya peraturan khusus yang memuat tentang kekurangan atau perbedaan syarat-syarat atau perbedaan peraturan hukum untuk perkawinan bagi pihak Warga Negara Asing, sehingga tidak terjadi kekosongan hukum. Kemudian, terhadap hak pengasuhan anak jatuh pada pihak ibu tetapi pihak ayah tetap membantu dengan membiayai anak hingga berumur depalan belas tahun (18) sampai anak dikatakan dewasa. Kesimpulan : Pengaturan perkawinan campuran di Indonesia dilakukan dengan proses dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil bagi yang beragama Kristen atau non-Muslim. Sedangkan pencatatan perkawinan campuran pada Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang muslim.
Pengaruh Undang-Undang Pelindungan Anak terhadap Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 10 Kabupaten Kepulauan Tanimbar Jusuf Luturmas; Benediktus A. A. Terwarat; Kristhiana Anthonia Laratmase
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 2 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research (Special Issue)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i2.1058

Abstract

Hadirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, menegaskan mengenai proses pendidikan dilakukan dengan cara menghargai hak anak sebagai seorang siswa dan juga sebagai tulang punggung negara. Undang-Undang ini membatasi guru untuk bertindak sewenang-wenang dalam mendidik dan membina karakter siswa. Dengan berlakunya Undang-Undang perlindungan anak maka presepsi guru untuk melaksanakan pendidikan karakter di SMA Negeri 10 Kabupaten Kepulauan Tanimbar menjadi lebih baik sehingga kekerasan terhadap anak dapat terhindari. Selain itu Undang-Undang Perlindungan Anak menjadi arah bagi pendidikan karakter siswa yang ditindaklanjuti dengan di lakukan kebijakan pembaharuan pendidikan yang mengakomodir pendidikan karakter di dalam penilaian untuk setiap mata pelajaran, disamping itu juga guru dalam memberikan hukuman bagi siswa yang kedapatan melanggar etika, kesopanan dan peraturan sekolah, dilakukan dengan cara yang lebih humanis dan mendidik dengan pemberlakuan sekolah ramah anak.