Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Manajemen Strategis Kepolisian Dalam Mengatasi Factual Threat dan Police Hazard Pada Wilayah Perbatasan Pesisir Pantai Provinsi Riau Dari Peredaran Narkoba Internasional (Studi Pada Polres Rokan Hilir) R Tutrianto; M. Zulhermawan
Management Studies and Entrepreneurship Journal (MSEJ) Vol. 4 No. 3 (2023): Management Studies and Entrepreneurship Journal (MSEJ)
Publisher : Yayasan Pendidikan Riset dan Pengembangan Intelektual (YRPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37385/msej.v4i4.2340

Abstract

Manajemen strategis adalah ilmu memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi banyak keputusan operasional yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuannya. Maka konsep factual Threat dan Police Hazard digunakan oleh pihak kepolisian sebagai dasar untuk memperhitungkan besaran ancaman yang terjadi dari suatu kejahatan kepada masyarakat dalam manajemen stategis yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Rokan Hilir. Keberadaan Pelabuhan tikus menjadi faktor pendorong lain selain dua hal di atas, dengan adanya akses pelabuhan tikus ini para pelaku lebih memiliki peluang besar dalam melaksanakan aksinya. Hal ini jugalah yang menimbulkan atau meningkatkan rasa kebaranian para pelaku dalam mengedarkan Narkoba. Diperlukan adanya sinkornisasi atau integrasi kerja antar instansi terkait. Diantaranya Polres Rohil, BNNP, Kanwil BEA dan Cukai, Kanwil Imigrasi, TNI AL, dan AVSEC untuk penanganan permasalahan peredaran Narkoba terkhususkan yang berada di wilayah hukum Polres Rohil. Integrasi kerja tersebut dapat dilakukan dalam bentuk tukar menukar informasi, patroli, razia bersama. Dengan membangun sinergitas dalam penindakan keluar masuknya narkoba dari dalam maupun di luar negeri baik melalui darat, laut maupun udara. Meskipun terbatasnya personil yang bertugas menjadi faktor penghambat penindakan narkoba yang ada di Kabupaten Rokan Hilir, tapi dengan adanya sinergitas kerja bersama dapat mengurangi faktor hambatan.
DELINKUENSI PADA ANAK PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS PADA 3 ANAK PUTUS SEKOLAH DI SMP X KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS) Apriandi Samuel Limbong; Rio Tutrianto
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 4 No. 1 (2024): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v4i1.4167

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana delinkuensi yang dilakukan 3 anak putus sekolah dan apa faktor penyebab 3 anak putus sekolah melakukan delinkuensi dikabupaten bengkalis, khususnya kecamatan mandau. Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan studi kasus sebagai pendekatan utama untuk memahami perilaku delinkuensi yang dilakukan oleh anak. pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Kemudian dianalisis menggunakan teori kontrol sosial. Dalam konteks teori kontrol sosial, ikatan kasih sayang menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi perilaku delinkuensi anak-anak putus sekolah Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai jenis perilaku delinkuensi yang dilakukan oleh tiga anak putus sekolah yang menjadi subjek penelitian ini, termasuk merokok, berjudi, mengonsumsi alkohol, mengkonsumsi komik, mengunjungi tempat prostitusi, terlibat dalam tawuran, balap liar, mencoret tembok, mencuri dan melempar kaca mobil truck. Dan faktor penyebab perilaku delinkuensi meliputi pengaruh lingkungan sebaya dan lingkungan keluarga yang tidak memberikan pengawasan dan perhatian yang memadai. Selain itu, keterbatasan pilihan yang dihadapi oleh anak putus sekolah dan kurangnya keterampilan sosial dalam menghadapi masalah juga mempengaruhi perilaku delinkuensi mereka. Saran kepada pemerintah yaitu Pemerintah harus mengevaluasi kebijakan tentang anak putus sekolah yang mengikuti program sistem kejar paket. Fokus yang terlalu kuat pada perolehan ijasah dalam pendidikan formal sering kali mengabaikan aspek moral yang penting dalam pembentukan karakter anak dan moral anak dalam berperilaku.