p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal IJTIHAD
Muhammad Habibi Siregar
UIN Sumatera Utara

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Redefinisi Konsep Wisata Dalam Pendekatan Fiqh (Konektivitas Dunia Kampus dan Masyarakat) Muhammad Habibi Siregar
Ijtihad Vol. 14 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.669 KB) | DOI: 10.21111/ijtihad.v14i2.4606

Abstract

Ketika kasus virus merebak di dunia, bidang pariwisata mendapat dampat yang cukup kuat sehingga menggoyahkan perkembangan sector ini. Masalahnya kemudian semakin berat ketika instrumen pendukung utama kegiatan parawisata menjadi terganggu, seperti penerbangan. Setelah muncul travel warning dari beberapa negara untuk mengunjungi wilayah mereka membuat kegoncangan dunia parawisata karena banyak agen-agen perjalanan yang membatalkan kunjungan ke daerah destinasi wisata. Tentu saja secara ekonomi kerugian besar melanda di sektor ini bahkan secara global proyeksi pertumbuhan ekonomi terpaksa dipangkas 2 persen. Hal tersebut menandakan beratnya tekanan yang dihadapi di sector ini karena itu pemerintah masing-masing negara membuat semacam stimulus untuk menggerakkan sektor ini seperti memberi diskon tiket maupun penginapan di hotel-hotel yang terkena dampak virus Corona ini. Namun bila melihat situasi yang terjadi di daerah yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata religi tampaknya tidak ada dampak yang berarti. Karena mereka yang melakukan kunjungan ke tempat seperti ini biasanya mereka yang beragama Islam dan melakukan kunjungan religi yang juga merasa melakukan ibadah. Daerah-daerah wisata religi di tanah air relatif tetap banyak dan tidak terpengaruh terhadap peringatan penyebaran virus Corona yang sedang melanda dunia. Masalah tersebut menimbulkan keunikan tersendiri betapa kegiatan wisata religi lebih kebal terhadap isu-isu seperti virus corona. Namun demikian pemerintah sebaiknya juga waspada untuk tetap melakukan langkah-langkah pencegahan sehingga bencana penyebaran virus tersebut dapat dicegah. Wisata religi meliki potensi ekonomi yang cukup tinggi di dunia khususnya indoensia karena itu ada baiknya juga belajar kepada mereka yang relatif telah berhasil meningkatkan pendapatan di sektor ini. Keterkaitan dunia wisata dengan masyarakat diperlukan intermedia akademik yang menghungkan kedua sektor di atas. Karena itu diperlukan usaha untuk menjalin hubungan berkesinambungan dalam rangka mempererat kerangka kerja sama antara pihak kampus dengan masyarakat diperlukan membuat semacam desa binaan. Hal ini sebagai wujud dari salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Desa binaan refleksi dari usaha untuk menerapkan teori-teori yang selama ini dikenal di dunia kampaus dipraktekkan ke dalam realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Dunia kampus juga bertanggung jawab terhadap perkembangan masyarakat sehingga desa binaan diperlukan dalam rangka wujud dari tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Selama ini masyarakat sering dijadikan sebagai objek kajian dalam berbagai penelitian, sementara itu dalam pola desa binaan ini masyarakat dijadikan sebagai subjek dalam kegiatan-kegiatan sosial yang lazim dilakukan.
Scheme of Maslahat Within Sharia and Transcendental Fiqh Muhammad Habibi Siregar
Ijtihad Vol. 15 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.169 KB) | DOI: 10.21111/ijtihad.v15i1.4672

Abstract

Abstract Actually, the concept of sharia that always deals with the pattern of life of Muslims. Due, many approaches were taken to discuss legal issues that are quite complexity. Thus, the rapid social changes of not matched by the acceleration of fiqh products in response to the need of legal guidance of fiqh. As humans, of course each individual has the responsibility imposed on sharia, on the other hand a real effort is needed to stay within the range of corridor with the legal rules. The issue of legal certainty that has often been questioned arises as a result of the unequal awareness of justice and legal equality. The ability to extract normative values contained in the text of the text can give more legitimacy to the ijtihad. Muslims cannot be separated from the two sources of guidance in every dimension of their lives, including when faced with a problem. Muslims must always be united with the Qur'an and Sunnah of the Prophet as a barometer of their lives despite the life dynamic. Therefore, when extracting a text of nash by looking at the social reality amid maslahat  intake within it. The context of benefit must not avoided the basic pillars of Islam; arkan al Iman (the Pillar of Faith), arkan al-Islam (the pillar of Faith), Ihsan (social value). Keywords: Law, Benefits, justice, ijtihad, and humanity AbstrakSebenarnya konsep hukum Islam yang dibangun harus menyesuaikan pola kehidupan umat Islam pada masa kini, dari sekian banyak pendekatan yang dilakukan dalam membahas persoalan hukum yang cukup rumit. karena cepatnya perubahan sosial masyarakat tidak diimbangi dengan percepatan produk fikih dalam merespon kebutuhan terhadap ijtihad dari hukum Islam. Sebagai manusia tentunya masing-masing individu memiliki tanggung jawab yang dibebankan atas dirinya, di sisi lain diperlukan adanya usaha yang nyata untuk tetap berada dalam koridor yang telah disepakati di dalam aturan yang legal. Persoalan kepastian hukum yang selama ini sering dipermasalahkan muncul akibat dari belum meratanya kesadaran terhadap keadilan dan kesetaraan hukum. Kemampuan melakukan ekstraksi terhadap nilai normative yang terdapat di dalam teks nash dapat memberikan legitimasi yang lebih terhadap ijtihad tersebut. Karena umat Islam tidak boleh lepas dari dua sumber guidance dalam setiap dimensi kehiudpannya termasuk ketika dihadapkan pada suatu persoalan. Umat Islam harus senantiasi menyatu dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi sebagai barometer kehidupan mereka walaupun perubahan zaman terjadi. Karena itu ketika melakukan ekstraksi terhadap suatu teks nash dengan melihat realitas masyarakat tentunya mempertimbangkan kemaslahatan yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks kemaslahatan ada hal yang wajib menyertai suatu pendapat yaitu masalah rukun iman, rukun Islam, serta nilai-nilai kemanusiaan. Suatu kemaslahatan tidak boleh bertentangan dengan tiga hal yang disebutkan di atas.Kata kunci: Hukum, Maslahat, keadilan, ijtihad, dan kemanusiaan.