Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peningkatan Produktivitas Kelompok Tani di Desa Batukaang Kintamani Bangli Melalui Pembuatan Pupuk Organik Dan Pestisida Nabati Dari Tanaman Lokal I Ketut Widnyana; Ni Putu Pandawani; Putu Edi Yastika; I Gede Yudha Partama; Pande Komang Suparyana
Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek No. 4 Vol. 2 April, 2023
Publisher : Denpasar Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52232/jasintek.v4i2.113

Abstract

Desa Batukaang memiliki beberapa jenis tanaman yang dapat dijadikan pestisida nabati diantaranya bawang merah, sirih, serai, lengkuas, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut dapat dikombinasi dengan biourin menjadi pestisida nabati yang dapat diaplikasikan dalam budidaya jeruk dan kopi yang dimiliki oleh masyarakat Desa Batukaang, maka inilah yang melatari dilaksanakannya pengabdian masyarakat berupa kegiatan pemanfaatan limbah organik dalam pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati dalam mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Batukaang. Sasaran dalam pengabdian ini adalah perwakilan subak, perwakilan kelian desa, dan perwakilan PKK dengan jumlah total 10 peserta. Dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan dapat disimpulkan: 1) Melalui sosialisai yang diberikan, masyarakat mengetahui tentang pertanian ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi dan kualitas tanaman jeruk dan kopi melalui pemanfaatan limbah organik dalam pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati; 2) Melalui sosialisasi yang diberikan, petani Desa Batukaang mengetahui tentang jenis-jenis tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida nabati serta cara pembuatannya; dan 3) Melalui pelatihan yang dilakukan melalui praktek/demonstrasi, masyarakat Desa Batukaang dapat secara aktif melakukan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik menjadi pupuk organik dan pestisida nabati untuk mendukung kegiatan budidaya tanaman jeruk dan kopi. Diharapkan Program Pengabdian Masyarakat yang telah dilaksanakan memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Batukaang dalam pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati yang dilatihkan dalam kegiatan ini. Sehingga dapat diaplikasikan di lahan pertanian dengan skala luas
Pemetaan Kerentanan Ekosistem Mangrove Berdasarkan Aspek Fisik, Biologi dan Antropogenik di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai- Bali Berbasis SIG I GD Yudha Partama; Okti Krishna Wardhani; Sang Putu Kaler Surata; Putu Edi Yastika; I Komang Tri Wijaya Kusuma
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 3 (2024): May 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.3.648-657

Abstract

Ekosistem mangrove di Tahura Ngurah Rai berada di Kawasan strategis pariwisata Pulau Bali, yaitu antara Nusa Dua, Sanur, dan Kuta, sehingga ekosistem ini banyak mengalami tekanan. Peningkatan aktivitas di Kawasan tersebut meningkatkan kerentanan ekosistem mangrove terhadap beberapa aspek yaitu fisik, biologi, dan antropogenik. Selain itu, beberapa faktor seperti pembangunan proyek reklamasi, jarak terhadap TPA, aktivitas Pelabuhan, pencemaran lingkungan, dan perubahan iklim menyebabkan fenomena dieback dan kerusakan ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) ekosistem mangrove berdasarkan parameter fisik mangrove, dan 2) memetakan tingkat kerentanan ekosistem mangrove berdasarkan aspek biologi, dan antropogenik. Pada penelitian ini lokus penelitian dibagi menjadi tiga stasiun. Parameter fisik mangrove dianalisis melalui perhitungan INP yang merupakan akumulasi kerapatan relatif, frekuensi relative, dan dominansi relative. Pemetaan kerentanan dilakukan dengan menghitung Indeks Kerentanan Mangrove (MVI) yang terdiri dari Indeks Biologi Mangrove (BMI), dan Indeks Antropogenik Mangrove (AMI). Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis Rhizophora apiculata, Sonneratia alba dan Rhizophora mucronata, memiliki nilai indek tertinggi pada stasiun A, B dan C. Indek terendah pada stasiun A didominasi oleh jenis Sonneratia alba, stasiun B jenis Rhizophora stylosa dan stasiun C didominasi oleh jenis Ceriops tagal. Tingkat kerentanan mangrove bervariasi pada masing-masing stasiun, Stasiun A menunjukkan dominasi kerentanan tingkat sedang hingga sangat tinggi, stasiun B menunjukan tingkat kerentanan sedang, tinggi dan sangat tinggi. Sedangkan tingkat kerentanan stasiun C didominasi kategori sedang dan tinggi. Luas hutan mangrove yang termasuk dalam kategori kerentanan sangat rendah adalah sebesar 2,52 Ha, rendah sebesar 26,81 Ha, sedang 769,80 Ha, tinggi 241,57 Ha dan sangat tinggi sebesar 31,12 Ha.