Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN KONFIGURASI PESAWAT TEMPUR GENERASI 4 DAN GENERASI 5 Suwarni, Ika
SENATIK STT Adisutjipto Vol 2 (2016): Peran Teknologi dan Kedirgantaraan Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.335 KB) | DOI: 10.28989/senatik.v2i0.69

Abstract

The important aircraft combat role for air defense, based on the state to develop a fighter with capabilities increasingly sophisticated. Until 2016, the fighter who is still being developed fighter 4th generation and 5th generation. Basically, the classification generation combat aircraft does not have a basic standard. In this study, will be evaluating of fighter technology in the world of the configuration aspect. Based on the configuration and design goals, there were marked differences between the 4th and 5th generation. Studies in the literature data come only in the form of printed and electronic articles are public domain data. Part studied in pattern 4th and 5th generation are nose, wing, fuselage, tail, engine and weapon configurations. The fifth generation fighter concept is low Radar Cross Section, so that the aircraft is difficult to identify the other. This concept is in the design of the internal weapon bay, blended wing body, internal fuel tank, low observable inlet, and the use of radar absorbent material in the composite. Each aircraft that does not have these characteristics, it is included in the fourth generation. The results of the study can be used as reference for the development of 4th or 5th generation fighter.
KAJIAN RADIUS OPERASIONAL PESAWAT TEMPUR DI ATAS WILAYAH TERITORIAL REPUBLIK INDONESIA (STUDY ON RADIUS OF ACTIONS FOR FIGHTER JETS OVER THE ALL INCLUSIVE TERRITORY OF REPUBLIC OF INDONESIA) Zain, Rais; Suwarni, Ika
Indonesian Journal of Aerospace Vol. 11 No. 2 Desember (2013): Jurnal Teknologi Dirgantara
Publisher : BRIN Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai suatu negara kepulauan, wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar disekitar garis khatulistiwa yang kedaulatannya berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsekuensinya adalah tantangan untuk menjaga kedaulatan teritorial dari ancaman asing menjadi lebih kompleks. Untuk itu maka dikaji beberapa korelasi antara penggunaan jumlah landasan udara dan nilai minimum dari radius operasional (radius of action). Pada makalah ini dibuat lima skenario yang mengkombinasikan pangkalan udara yang dikelola oleh TNI-AU, TNI-AD, TNI-AL, dan yang diusulkan penulis. Skenario pertama hanya melibatkan pangkalan TNI-AU yang sudah mengoperasikan pesawat tempur. Skenario kedua adalah Skenario pertama ditambah dengan pangkalan yang sudah masuk kedalam rencana pengembangan TNI-AU. Skenario ketiga adalah Skenario kedua ditambah dengan pangkalan usulan penulis. Sedangkan Skenario keempat adalah Skenario ketiga dikurangi dengan pangkalan yang fungsinya tumpang tindih dalam hal radius operasional. Yang kelima adalah Skenario kedua ditambah dengan pangkalan udara yang dikelola oleh TNI-AD dan TNI-AL. Hasil dari Skenario pertama menunjukkan bahwa radius operasional yang terbesar adalah 2400 Km yang berarti tidak mampu dicapai oleh pesawat Sukhoi Su-30. Sedangkan untuk Skenario keempat dihasilkan radius operasional yang dibutuhkan sebesar 554 Km, dimana nilai ini sudah mampu dicapai oleh prestasi terbang pesawat tempur IF-X / KF-X.