Risna Agustina
Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian “Farmaka Tropis”, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Skrinning Fitokimia Infusa Bawang Putih (Allium sativum) dan Infusa Kemangi (Ocimum basilicum): Phytochemical Screening of Garlic (Allium sativum) and Basil (Ocimum basilicum) Infusions Nur Aulia; Novita Eka Kartab Putri; Risna Agustina
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 17 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v17i1.685

Abstract

Bawang putih (Allium sativum) dan daun kemangi (Ocimum basilicum) merupakan tanaman yang biasa di konsumsi dan juga digunakan sebagai obat herbal. Bawang putih (Allium sativum) diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin, allicin. Sedangkan kemangi (Ocimum basilicum) mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan eugenol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen dan senyawa metabolit sekunder dari infusa bawang putih dan infusa kemangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini infudasi. Hasil penelitian rendemen infusa bawang putih 70% dan infusa kemangi sebesar 20%, pada pengujian Skrining fitokimia menunjukkan bahwa infusa bawang putih mengandung flavonoid, alkaloid, dan saponin sedangkan infusa kemangi mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, saponin, tannin, terpenoid, dan steroid. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa rendemen dari ekstrak bawang putih tidak kurang dari 26% dan infusa kemangi tidak kurang dari 5,6% sehingga memenuhi standar dari farmakope herbal.
Profil Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr): Phytochemical Profile and Antibacterial Activity Test of Pineapple Peel Extract (Ananas comosus (L.) Merr) Aisyah Mursidah; Supriatno Salam; Risna Agustina
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 18 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v18i1.695

Abstract

Pineapple (Ananas comosus (L.) Merr) is one of the plants that is widely consumed by the public. However, the use of pineapple fruit is mostly for the flesh of the fruit, while the skin of the fruit is thrown away and becomes waste. In fact, pineapple skin contains many chemical compounds that can be used because they have properties. The aim of this research was to determine the secondary metabolite compounds and antibacterial activity of pineapple peel. The results showed that pineapple peel extract was positive for containing flavonoids, alkaloids, tannins and phenolics, while the negative results contained saponins, steroids and triterpenoids. Pineapple peel extract has moderate to very strong antibacterial activity with the diameter of the inhibition zone at concentrations of 5%, 10%, 15% and 20% respectively being 11.69; 14.88; 17.51; 22.01 mm against Staphylococcus aureus bacteria and 9.79;13.09;16.48;18.46 mm against Propionibacterium acnes bacteria. Keywords: Pineapple peel, antibacterial, Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes Abstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) adalah salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Namun pemanfaatan buah nanas lebih banyak pada daging buahnya saja sedangkan kulit buahnya dibuang dan menjadi limbah. Padahal di dalam kulit buah nanas banyak terkandung senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan karena memiliki khasiat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antibakteri dari kulit buah nanas. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit buah nanas positif mengandung flavonoid, alkaloid, tanin dan fenolik, sedangkan hasil negatif mengandung saponin, steroid dan triterpenoid. Ekstrak kulit buah nanas memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori sedang hingga sangat kuat dengan diameter zona hambat pada konsentrasi 5%, 10%, 15% dan 20% secara berturut-turut adalah 11,69;14,88;17,51;22,01 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan 9,79;13,09;16,48;18,46 mm terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Kata Kunci: Kulit nanas, antibakteri, Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes
Analisis Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanol Daun Kelakai Merah (Stenochlaena palustris (Burm F.) Bedd) Berbantu Ultrasonik: Analysis of Total Flavonoid Content in Ethanol Extract of Kelakai Merah Leaves (Stenochlaena palustris (Burm F.) Bedd) Assisted by Ultrasonication Chisilia Brydhita Karangan; Wisnu Cahyo Prabowo; Risna Agustina
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 18 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v18i1.700

Abstract

Kelakai merah is a typical plant of Kalimantan that is widely used for medicinal purposes. This plant is reported to contain numerous secondary metabolite compounds, including phenolic and flavonoid compounds. This research aims to determine the flavonoid content of the ethanol extract of red kelakai leaves (Stenochlaena palustris (Burm F.) Bedd) extracted using ultrasonic assistance. Ultrasonic-assisted extraction was carried out with variations in time (5, 10, 15, 20, and 25 minutes) and temperature (20, 30, 40, 50, and 60°C). The extract obtained during the ultrasonic-assisted extraction process was then measured for flavonoid content using the spectrophotometry method. The research results showed the highest yield of the extraction process at a temperature variation of 60°C with a time of 20 minutes (20%). The highest flavonoid content was obtained at a temperature variation of 50°C with a time of 25 minutes (51.86 ppm quercetin in 100 mg of extract). This study provides evidence that ultrasonication can be used as an effective method for extracting total flavonoids from red kelakai leaves, which have the potential for applications in the development of herbal and pharmaceutical products based on this plant material. Keywords: Kelakai merah, Extraction, Ultrasonic, Flavonoid Abstrak Kelakai merah merupakan tanaman khas kalimantan yang banyak digunakan sebagai obat. Tanaman ini dilaporkan memiliki banyak kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya senyawa golongan fenolik dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavonoid dari ekstrak etanol daun kelakai merah (Stenochlaena palustris (Burm F.) Bedd) yang diekstraksi dengan menggunakan bantuan gelombang ultrasonik. Ekstraksi berbantu ultrasonik dilakukan dengan variasi waktu (5, 10, 15, 20 dan 25 menit) dan suhu (20, 30, 40, 50 dan 60°C). Ekstrak yang diperoleh pada proses ekstraksi berbantu ultrasonik kemudian diukur kadar flavonoid menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan rendemen terbesar proses ekstraksi terdapat pada variasi suhu 60°C dengan waktu 20 menit (15%). Kadar flavonoid tertinggi diperoleh pada variasi suhu 50°C dengan waktu 25 menit (2,56%). Penelitian ini memberikan bukti bahwa ultrasonik dapat digunakan sebagai metode yang efektif untuk mengekstraksi flavonoid total dari daun kelakai merah, yang memiliki potensi aplikasi dalam pengembangan produk-produk herbal dan farmasi yang berbasis pada bahan tumbuhan ini. Kata Kunci: Kelakai merah, Ekstraksi, Ultrasonik, Flavonoid
Skrining Fitokimia dan Pengujian Toksisitas Ekstrak Etanol Buah Mangrove (Sonneratia ovata) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT): Phytochemical Screening and Toxicity Testing of Ethanol Extract from Mangrove Fruit (Sonneratia ovata) Using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method Noor Fitriani; Muhammad Faisal; Risna Agustina
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences Vol. 18 (2023): Proc. Mul. Pharm. Conf.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/mpc.v18i1.715

Abstract

The mangrove plant (Sonneratia ovata) serves ecological, culinary, and traditional medicinal purposes, such as treating asthma, reducing fever, addressing hemorrhoids, muscle pain, back pain, bone pain, joint pain, and hepatitis. However, data on the toxicity of this plant is still limited. This research aims to determine the yield value, secondary metabolite outcomes, and toxicity profile of ethanol extract from mangrove fruits (Sonneratia ovata). The research method involves sample preparation, maceration extraction with 96% ethanol, phytochemical screening, and toxicity testing using the BSLT method. The findings reveal a yield value of 56.458% for the mangrove fruit extract. Phytochemical screening indicates the presence of flavonoids, tannins, phenolics, and saponins in the ethanol extract. The toxicity test results show a toxicity value of 7727.914 ppm for the mangrove fruit ethanol extract. In conclusion, based on the BSLT method, the ethanol extract of mangrove fruit falls into the non-toxic category. Keywords: Sonneratia ovata, Maceration, Phytochemical Test, BSLT Abstrak Tanaman mangrove (Sonneratia ovata) memiliki manfaat sebagai ekologi, bahan pangan dan juga sebagai bahan tradisional dalam pengobatan asma, menurunkan panas, pengobatan ambeien, nyeri otot, sakit pinggang, sakit tulang, sakit persendian dan hepatitis namun data toksisitas mengenai tanaman ini masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai rendemen, hasil dari metabolit sekunder serta profil toksisitas ekstrak etanol buah mangrove (Sonneratia ovata). Metode penelitian ini yaitu diawali dengan preparasi sampel lalu ekstraksi maserasi dengan etanol 96%, dilanjutkan dengan uji skrining fitokimia serta uji toksisitas dengan metode BSLT. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai rendemen dari ekstrak buah mangrove yaitu sebesar 56,458%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan ekstrak etanol buah mangrove positif mengandung flavonoid, tannin, fenolik dan saponin. Hasil toksisitas menunjukkan ekstrak etanol buah mangrove memiliki nilai toksisitas sebesar 7727,914 ppm. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa uji toksisitas dengan metode BSLT, ekstrak etanol buah mangrove termasuk dalam kategori tidak toksik. Kata Kunci: Sonneratia ovata, Maserasi, Uji Fitokimia, BSLT