Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MULTIPLIKASI TUNAS DAN INDUKSI UMBI MIKRO SATOIMO (Colocasia esculenta (L.) Schott) PADA BEBERAPA KONSENTRASI SUKROSA DAN BENZILAMINOPURIN Maretta, Delvi; Handayani, Dwi Pangesti; Rosdayanti, Henti; Tanjung, Armelia
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol 3, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.75 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i2.150

Abstract

Taro or Satoimo (Colocasia esculenta (L) Schott var antiquorum) is an alternative of non-rice food. To support saitomo mass cultivation in several regions in Indonesia, shoot multiplication and induction of satoimo microtuber through in vitro technique is amongst the stage to be undertaken. The aims of this study were to determine the effect of BAP (benzylaminopurine) and sucrose for shoot multiplication and microtuber induction of in vitro culture of satoimo. The experiment was arranged in two factors: BAP (0, 1, 2 and 3 mg/L) and sucrose (30, 60, 90 and 120 g/L). The result showed that the single effect of BAP or sucrose and interaction of both significantly increased the number of shoots. The effect of 2 mg/L BAP was more homogeneous than that of 1 and 3 mg/L BAP. Sucrose with the concentration of 30 g/L was the best concentration for shoot multiplication. The highest number of microtuber was achieved with 2 mg/L BAP + 30 g/L sucrose treatments, but tended to decrease due to increasing sucrose concentration. In 2 and 3 mg/L BAP treatments, the number of microtuber increased along with the increasing sucrose concentration.Keywords: satoimo, in vitro shoot, microtuber, benzylaminopurine, sucrose ABSTRAKSatoimo (Colocasia esculenta (L) Schott var antiquorum) merupakan bahan pangan alternatif non-beras. Untuk mendukung produksi massal satoimo di beberapa wilayah di Indonesia, multiplikasi tunas dan induksi umbi mikro secara in vitro merupakan tahapan yang harus dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh BAP dan sukrosa terhadap multiplikasi tunas dan induksi umbi mikro satoimo dalam kultur in vitro. Perlakuan terdiri dari 4 taraf konsentrasi BAP (0, 1, 2 dan 3 mg/L) dan 4 taraf konsentrasi sukrosa (30, 60, 90 dan 120 g/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP dan sukrosa secara tunggal serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap multiplikasi tunas in vitro. Pengaruh konsentrasi BAP 2 mg/L lebih homogen dibandingkan perlakuan BAP 1 dan 3 mg/L. Sukrosa 30 g/L merupakan konsentrasi terbaik untuk multiplikasi tunas. Umbi mikro terbanyak terdapat pada perlakuan BAP 1 mg/L + sukrosa 30 g/L tetapi cenderung mengalami penurunan jika konsentrasi sukrosa dinaikkan pada konsentrasi BAP tetap. Pada perlakuan BAP 2 dan 3 mg/L jumlah umbi mikro yang terbentuk cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi sukrosa.Kata kunci: satoimo, tunas in vitro, umbi mikro, benzilaminopurin, sukrosa
MULTIPLIKASI TUNAS DAN INDUKSI UMBI MIKRO SATOIMO (Colocasia esculenta (L.) Schott) PADA BEBERAPA KONSENTRASI SUKROSA DAN BENZILAMINOPURIN Maretta, Delvi; Handayani, Dwi Pangesti; Rosdayanti, Henti; Tanjung, Armelia
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 3 No. 2 (2016): December 2016
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.75 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v3i2.150

Abstract

Taro or Satoimo (Colocasia esculenta (L) Schott var antiquorum) is an alternative of non-rice food. To support saitomo mass cultivation in several regions in Indonesia, shoot multiplication and induction of satoimo microtuber through in vitro technique is amongst the stage to be undertaken. The aims of this study were to determine the effect of BAP (benzylaminopurine) and sucrose for shoot multiplication and microtuber induction of in vitro culture of satoimo. The experiment was arranged in two factors: BAP (0, 1, 2 and 3 mg/L) and sucrose (30, 60, 90 and 120 g/L). The result showed that the single effect of BAP or sucrose and interaction of both significantly increased the number of shoots. The effect of 2 mg/L BAP was more homogeneous than that of 1 and 3 mg/L BAP. Sucrose with the concentration of 30 g/L was the best concentration for shoot multiplication. The highest number of microtuber was achieved with 2 mg/L BAP + 30 g/L sucrose treatments, but tended to decrease due to increasing sucrose concentration. In 2 and 3 mg/L BAP treatments, the number of microtuber increased along with the increasing sucrose concentration.Keywords: satoimo, in vitro shoot, microtuber, benzylaminopurine, sucrose ABSTRAKSatoimo (Colocasia esculenta (L) Schott var antiquorum) merupakan bahan pangan alternatif non-beras. Untuk mendukung produksi massal satoimo di beberapa wilayah di Indonesia, multiplikasi tunas dan induksi umbi mikro secara in vitro merupakan tahapan yang harus dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh BAP dan sukrosa terhadap multiplikasi tunas dan induksi umbi mikro satoimo dalam kultur in vitro. Perlakuan terdiri dari 4 taraf konsentrasi BAP (0, 1, 2 dan 3 mg/L) dan 4 taraf konsentrasi sukrosa (30, 60, 90 dan 120 g/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAP dan sukrosa secara tunggal serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap multiplikasi tunas in vitro. Pengaruh konsentrasi BAP 2 mg/L lebih homogen dibandingkan perlakuan BAP 1 dan 3 mg/L. Sukrosa 30 g/L merupakan konsentrasi terbaik untuk multiplikasi tunas. Umbi mikro terbanyak terdapat pada perlakuan BAP 1 mg/L + sukrosa 30 g/L tetapi cenderung mengalami penurunan jika konsentrasi sukrosa dinaikkan pada konsentrasi BAP tetap. Pada perlakuan BAP 2 dan 3 mg/L jumlah umbi mikro yang terbentuk cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi sukrosa.Kata kunci: satoimo, tunas in vitro, umbi mikro, benzilaminopurin, sukrosa
Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dalam Sambung Pucuk Kakao Roswanjaya, Yuda Purwana; Maretta, Delvi; Pinardi, Djatmiko
AGROSCRIPT: Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 2 No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/agroscript.v2i2.571

Abstract

Teknik sambung pucuk banyak dilakukan oleh petani kakao  karena dinilai  mudah, murah dan tidak membutuhkan sarana dan peralatan khusus. Hasil kajian peran hormon dalam interaksi batang bawah (rootstock) dan batang atas (scion) pada proses penyambungan dapat  dimanfatkan untuk penyempurnaan teknik penyambungan tanaman kakao. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh tanaman (ZPT) golongan sitokinin, auksin dan giberelin terhadap pembentukan tunas pada batang atas tanaman sambung pucuk kakao. Penelitian terdiri dari dua percobaan menggunakan rancangan acak kelompok. Sebagai perlakuan pada percobaan pertama adalah 12 taraf kombinasi ZPT golongan sitokinin dan auksin sedangkan pada percobaan kedua adalah 12 taraf kombinasi ZPT golongan sitokinin dan giberelin. Teknik sambung konvensional tanpa penggunaan ZPT digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan pada entres sehari sebelum penyambungan berpengaruh nyata terhadap persentase pembentukan tunas. Persentase pembentukan tunas  pada batang atas tanaman hasil sambung lebih tinggi pada perlakuan aplikasi sitokinin tanpa penambahan auksin maupun giberelin. Perlakuan aplikasi ZPT belum berpengaruh terhadap jumlah daun, jumlah cabang dan panjang tunas baru pada batang atas. Kata kunci: ZPT, batang bawah,  tunas trubus, sitokinin, sambung pucuk