Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Eksistensi Perempuan dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus Nadia Hastuti; Ulfah Julianti
PIKTORIAL : Journal of Humanities Vol 5, No 1 (2023): Volume 5 Number 1 2023
Publisher : Prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/piktorial.v5i1.28356

Abstract

Penelitian ini bertujuan: 1) Mendeskripsikan bentuk eksistensi tokoh perempuan dalam novel aku lupa bahwa aku perempuan karya Ihsan Abdul Quddus, 2) Mendeskirpsikan faktor munculnya eksistensi dalam novel aku lupa bahwa aku perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. Metode penelitian yang akan diambil merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan teknik Deskriptif maka laporan akan berisis kutipan-kutipan data dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan. sumber data diperoleh dari novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus yang diterbitkan oleh PT Pustaka Alvabet, pada tahun 2020 dengan banyak halaman 228 halaman Hasil penelitian ini menunjukkan 57 data, terbagi menjadi: 41 data bentuk eksistensi tokoh perempuan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus, dan 16 data faktor munculnya eksistensi tokoh perempuan dalam novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan karya Ihsan Abdul Quddus. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa: Pertama, bentuk eksistensi tokoh perempuan muncul paling banyak dalam bentuk usaha menunjukkan kemampuan perempuan yang setara dengan laki-laki dan perempuan mampu memimpin kelompok yang bahkan juga diisi oleh laki-laki. Bentuk eksistensi tokoh perempuan juga muncul dalam bentuk representasi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan untuk bekerja. Kedua, faktor munculnya bentuk eksistensi tokoh perempuan didominasi oleh stigma masyarakat atas perempuan yang memiliki tugas yang berbeda dengan laki-laki. Perempuan dalam stigma masyarakat digambarkan sebagai manusia yang hanya mengemban tugas untuk mengurus rumah tangga dan membesarkan anaknya saja, sehingga muncullah bentuk eksistensialisme untuk menolak dan melawan stigma tersebut.