Imam Walid Asrofuddin Ulil Huda
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Rasionalitas Epistemik dalam Pendidikan Islam dengan Perspektif Historis untuk Membangun Moderasi Beragama di Indonesia Aba Agil Aziz; Ah. Zakki Fuad; Ali Mas'ud; Imam Walid Asrofuddin Ulil Huda
Muslim Heritage Vol 8, No 1 (2023): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v8i1.5846

Abstract

AbstractThis study aims to describe the history of education in Islam to serve as the basis for its epistemic framework.  This study uses a literature study method with a qualitative approach.  The sources used are books, articles that are relevant to the history of Islamic religious education, besides that, literature on epistemic rationality and religious moderation is also collected.  How to obtain data in this study by reviewing the literature.  The data analysis uses the concept given by Miles and Huberman.  The results of this study are: 1) Historically the decline of Islamic education was due to the geopolitics of the destruction of the city of Baghdad so that the emergence of the western anti-colonial movement which resulted in radicalization to maintain power over religion.  2) Islamic education undergoes a transformation from the rationality of science through religious beliefs to the narrowing of knowledge and education in Islam for religious and political purposes.  3) Epistemic rationality is needed to revive Islamic education such as the golden age that uses rationality and empiricism in acquiring knowledge.  4) With an epistemic rationality approach based on the history of Islamic education, it can be used as an effort to form a moderate attitude in religion. AbstrakModerasi beragama kembali menjadi isu yang penting untuk dibahas, seiring dengan maraknya tindakan anarkis, radikalisme dan fanatisme mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh oknum tertentu di waktu akhir ini. Oleh karena itu, perlu menilik sejarah pendidikan Islam pada masa keemasan untuk dijadikan pijakan kerangka epistemiknya. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Sumber yang digunakan adalah buku, artikel yang relevan dengan sejarah pendidikan agama islam selain itu dikumpulkan juga literatur-literatur rasionalitas epistemik dan moderasi beragama. Cara memperoleh data pada penelitian ini dengan telaah literature. Adapun analisis data menggunakan konsep yang diberikan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini berupa : 1) Tercatat historis kemunduran pendidikan islam disebabkan geopolitik hancurnya kota baghdad sehingga munculnya gerakan anti kolonial barat yang dampaknya radikalisasi untuk mempertahankan kekuasaan dengan atas agama. 2) Pendidikan islam mengalami transformasi dari rasionalitas ilmu pengetahuan melalui keyakinan agama berubah menjadi mempersempitnya ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam Islam untuk tujuan agama dan politiknya. 3) Rasionalitas epistemik diperlukan untuk membangkitkan kembali pendidikan islam seperti masa keemasan yang menggunakan rasionalitas dan empirik dalam memperoleh pengetahuan. 4) Dengan pendekatan rasionalitas epistemik berdasar sejarah pendidikan islam bisa digunakan sebagai upaya pembentukan sikap moderat dalam beragama. 
Rasionalitas Epistemik dalam Pendidikan Islam dengan Perspektif Historis untuk Membangun Moderasi Beragama di Indonesia Aba Agil Aziz; Ah. Zakki Fuad; Ali Mas'ud; Imam Walid Asrofuddin Ulil Huda
Muslim Heritage Vol 8, No 1 (2023): Muslim Heritage: Jurnal Dialog Islam dengan Realitas
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/muslimheritage.v8i1.5846

Abstract

AbstractThis study aims to describe the history of education in Islam to serve as the basis for its epistemic framework.  This study uses a literature study method with a qualitative approach.  The sources used are books, articles that are relevant to the history of Islamic religious education, besides that, literature on epistemic rationality and religious moderation is also collected.  How to obtain data in this study by reviewing the literature.  The data analysis uses the concept given by Miles and Huberman.  The results of this study are: 1) Historically the decline of Islamic education was due to the geopolitics of the destruction of the city of Baghdad so that the emergence of the western anti-colonial movement which resulted in radicalization to maintain power over religion.  2) Islamic education undergoes a transformation from the rationality of science through religious beliefs to the narrowing of knowledge and education in Islam for religious and political purposes.  3) Epistemic rationality is needed to revive Islamic education such as the golden age that uses rationality and empiricism in acquiring knowledge.  4) With an epistemic rationality approach based on the history of Islamic education, it can be used as an effort to form a moderate attitude in religion. AbstrakModerasi beragama kembali menjadi isu yang penting untuk dibahas, seiring dengan maraknya tindakan anarkis, radikalisme dan fanatisme mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh oknum tertentu di waktu akhir ini. Oleh karena itu, perlu menilik sejarah pendidikan Islam pada masa keemasan untuk dijadikan pijakan kerangka epistemiknya. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Sumber yang digunakan adalah buku, artikel yang relevan dengan sejarah pendidikan agama islam selain itu dikumpulkan juga literatur-literatur rasionalitas epistemik dan moderasi beragama. Cara memperoleh data pada penelitian ini dengan telaah literature. Adapun analisis data menggunakan konsep yang diberikan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini berupa : 1) Tercatat historis kemunduran pendidikan islam disebabkan geopolitik hancurnya kota baghdad sehingga munculnya gerakan anti kolonial barat yang dampaknya radikalisasi untuk mempertahankan kekuasaan dengan atas agama. 2) Pendidikan islam mengalami transformasi dari rasionalitas ilmu pengetahuan melalui keyakinan agama berubah menjadi mempersempitnya ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam Islam untuk tujuan agama dan politiknya. 3) Rasionalitas epistemik diperlukan untuk membangkitkan kembali pendidikan islam seperti masa keemasan yang menggunakan rasionalitas dan empirik dalam memperoleh pengetahuan. 4) Dengan pendekatan rasionalitas epistemik berdasar sejarah pendidikan islam bisa digunakan sebagai upaya pembentukan sikap moderat dalam beragama. 
Cinta Rasul dalam Grebeg Tahu: Studi Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Desa Sumbermulyo, Kabupaten Jombang Imam Walid Asrofuddin Ulil Huda; Farikhah Farikhah
Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan Vol 18 No 2 (2023): Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/adabiya.v18i2.2461

Abstract

Mawlid Nabi is a tradition that has been maintained for decades which experienced developments and innovations by generations. Based on various economic, social, and cultural factors, there are new creations of this traditional ritual resulting from creativity to express love toward the Prophet Muhammad such as Grebeg Tahu as practiced by the people of Sumbermulyo Village, Jogoroto District, Jombang Regency, East Java Province of Indonesia. By inquiring what is the social, cultural, and economic background and how was the new tradition developed, also what is its impact, the authors used the phenomenological method and reinforced it with an anthropological approach. Besides, the Hobsbawm theory of traditional invention was also used as the analytical tool. This study is then indicative that the Sumbermulyo community has a socio-cultural background as Sunni, Nahdiliyin, followers who have had a long tradition of Maulid Nabi. Besides, as most of them are are MSE entrepreneurs in tofu industry, therefore it was what they used to develop the unique ritual of Grebeg Tahu. Finally, this new tradition has proven to have had various impacts on social, cultural, and economic aspects, as well as from a religious perspective