Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PREFERENSI WARGA TERHADAP PENGEMBANGAN KAWASAN PECINAN SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI KOTA MAGELANG Sidhi Pramudito; Riyan Dwi Jayanti; Brigita Murti Utaminingtyas
NALARs Vol 22, No 2 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.22.2.81-92

Abstract

ABSTRAK. Kawasan Pecinan di Indonesia muncul akibat adanya hubungan perdagangan antara warga lokal dengan orang Cina pada masa lalu. Para pendatang dari Cina yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang kemudian menetap dan mendirikan pemukiman sendiri. Dari berbagai bentuk interaksi kemudian terjadi akulturasi, diwujudkan dalam produk-produk kebudayaan antara lain seni, bahasa, perabot rumah tangga, makanan hingga pakaian. Penelitian ini menggunakan studi kasus Kawasan Pecinan Magelang. Kawasan ini dipilih karena terletak strategis di tengah kota sehingga menjadi salah satu tujuan wisata baik bagi masyarakat yang berasal dari dalam maupun luar Magelang. Data dikumpulkan secara daring dengan menyebar kuesioner terbuka, yang terdiri dari pertanyaan utama mengenai kondisi Kawasan Pecinan saat ini dan preferensi masyarakat mengenai tempat wisata di kota Magelang. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengen metode analisis isi melalui tahap yaitu open-coding, axial-coding, dan selective-coding. Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa preferensi masyarakat terhadap tempat rekreasi terdiri dari dua aspek, yaitu aspek fisik dan non fisik. Terdapat faktor 4 dominan pada aspek fisik yakni desain, sarana, prasarana, serta aksesibilitas, sedangkan faktor dominan yang terdapat pada aspek non fisik yaitu kenyamanan lingkungan yang terdiri dari nuansa alam, kemudian keamanan, dan kenyamanan pengunjung.Kata kunci: Preferensi, Tempat rekreasi, Pecinan, MagelangABSTRACT. The Chinatown area in Indonesia emerged due to past trade relations between residents and the Chinese. The immigrants from China who initially had the purpose of trading then settled and established their settlements. Various interactions occur, leading to cultural acculturation, manifested in cultural products, including art, language, household furniture, food, and clothing. This research uses a case study of the Chinatown area of Magelang. This area was chosen because it is strategically located downtown, so it has become a tourist destination for people from within and outside Magelang. Data was collected online by distributing an open questionnaire, which consisted of the main questions regarding the current condition of the Chinatown area and people's preferences regarding tourist attractions in the city of Magelang. Data were analyzed using the content analysis method through 3 stages: open, axial, and selective coding. Based on the analysis and discussion, it can be concluded that people's preferences for recreational areas consist of two aspects, namely physical and non-physical aspects. There are four dominant physical factors: design, facilities, infrastructure, and accessibility. While the dominant factors contained in the non-physical aspects are environmental comfort which consists of natural nuances, then security, and visitor comfortKeywords: Preference, Recreation area, Chinatown, Magelang
PERANCANGAN YANG KONTEKSTUAL: BELAJAR DARI THOMAS KARSTEN Pramudito, Sidhi; Fabiola Chrisma Kirana Analisa; Trias Mahendarto; Atmadji; Brigita Murti Utaminingtyas
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 9 No 2 (2022): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v9i2a5

Abstract

Abstrak_ Keberagaman gaya bangunan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh masuknya Belanda ke Indonesia. Arsitektur Hindia Belanda masuk ke Indonesia sebelum Perang Dunia II dan dipelopori terutama oleh Thomas Karsten dan Henri Mecalien Pont. Dalam karyanya, Thomas Karsten selalu memperhatikan budaya lokal dan iklim setempat, hal ini sejalan dengan prinsip arsitektur kontekstual. Arsitektur kontekstual berusaha untuk menjadi arsitektur yang berkontribusi kepada sekitarnya dengan menyelaraskan bangunan baru, dengan tidak melupakan konteks lingkungan di mana bangunan tersebut dibangun, salah satunya dengan memperhatikan nilai lokalitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karya Thomas Karsten mengenai rancangan kontekstual yang menjunjung nilai-nilai lokal dan diharapkan dapat diterapkan secara nyata pada masa kini maupun mendatang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan tinjauan pustaka untuk mencari kata kunci yang akan dianalisis mengenai arsitektur kontekstual. Objek yang dianalisis adalah karya Thomas Karsten, yaitu Gedung Teater Rakyat Sobokartti, Pasar Gede Solo, dan Bangunan Jiwasraya Semarang. Aspek yang dianalisis adalah, hubungan bangunan dengan sekitar, aspek fisik, aspek non-fisik, dan sifat kontras/ harmonis. Dari ketiga bangunan, ditemukan persamaan dari rancangan yang kontekstual yaitu, (1) bangunan merupakan campuran dari arsitektur Belanda dan Jawa, (2) ada nilai budaya setempat yang diterapkan, (3) sifat harmonis yang dominan, dan (4) penyesuaian bangunan dengan iklim setempat. Kata kunci : Arsitektur Kontekstual; Thomas Karsten. Abstract_ The arrival of the Dutch to Indonesia was one of the factors that influence the diversity of Indonesian building styles. Dutch East Indies architecture entered Indonesia before World War II and was pioneered especially by Thomas Karsten and Henri Mecalien Pont. Thomas Karsten always pays attention to local culture and climate, the principles of contextual architecture. Contextual architecture strives to contribute to its surroundings by aligning the new building, by not forgetting the environment context where the building is built, especially the locality value. This study aims to learn Thomas Karsten's work on contextual design and is expected to be applied in real terms. Qualitative research method is used by doing a literature review to find keywords to be analyzed regarding contextual architecture. The objects analyzed are Thomas Karsten’s work, Sobokartti People's Theater Building, Gede Market Solo, and Jiwasraya Building Semarang. The analyzed aspects are the relationship of the building with the surroundings, the physical aspect, the non-physical aspect, and the contrast/harmonious trait. From the three buildings, there are similarities from the contextual design: (1) the mixture of Dutch and Javanese architecture, (2) local cultural values ​​that are applied, (3) harmonious traits, and (4) building adjustments to local climate. Keywords : Contextual Architecture; Thomas Karsten.