Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS POLA TATA RUANG TERBUKA TEPIAN SUNGAI WINONGO DI KAMPUNG BUDAYA BANGUNREJO Pramudito, Sidhi
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 4 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1331.505 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i4.1088

Abstract

Abstract: Open space is one of a supporting lives the city. Its presence has an important role for the people living surrounding it. Along with development process, the quality and quantity of  open space can be degraded especially when its located  in kampong. It happens because of an uncontrollable spatial layout. Yogyakarta is a city that also has a kampong, one of them is kampong Bangunrejo which crossed by Winongo River. The character and local potentials of this riverbank kampong makes the government of Yogyakarta and Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) to plan a open space revitalization. It aims to improve the image a kampong through open space that located on riverbank. The aim of this research is to get a spatial layout of open spaces in kampong Bangunrejo. This spatial layout is expected to give an idea of how the open space works. The results are expected to guide open space design recommendations, corresponds to its performance. The analysis process utilised a quantitative technique using Depthmap program. By using this method, which focused on spatial layout of open spaces, would strengthen its qualitative analysis to be more real. Public open spaces were selected to represents different typologies of open space, Bangunrejo. The result of the discussion found that in general there is a relationship between the active space used as a public open space and a performance space. Performance space is influenced by aspects of connectivity (global and local integration), visual quality (visual integration), and movement patterns of people. Moreover, in a system of kampong, diversity of open space variations also affect the performance of the space.Keyword: spatial layout, public open space, space performanceAbstrak: Ruang terbuka merupakan salah satu pendukung kehidupan dalam kawasan. Keberadaan ruang terbuka memiliki peran dan fungsi penting bagi masyarakat di sekitarnya. Seiring dengan perkembangan kota, kualitas dan kuantitas ruang terbuka dapat  menurun, khususnya pada kawasan kampung kota. Hal ini terjadi karena pola tata ruang yang tidak terkontrol. Di Yogyakarta juga terdapat kawasan kampung kota salah satunya kampung Bangunrejo yang dilalui oleh Sungai Winongo. Karakter kampung kota dan potensi lokal yang dimiliki kampung Bangunrejo membuat pemerintah kota Yogyakarta bersama Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) melakukan revitalisasi ruang terbuka tepian sungai. Program ini bertujuan untuk meningkatkan citra sebuah kampung kota melalui ruang terbuka tepian sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola tata ruang terbuka di kampung Bangunrejo yang dapat memberi gambaran bagaimana ruang terbuka tersebut bekerja. Hasilnya diharapkan dapat menjadi arahan rekomendasi desain ruang terbuka yang sesuai. Proses analisis dibantu dengan teknik kuantitatif menggunakan program Depthmap. Dengan metode deskriptif kuantitatif yang memfokuskan pada pola tata ruang terbuka akan memperkuat analisis kualitatif secara lebih nyata. Dalam proses analisis dipilih beberapa ruang terbuka publik yang dapat mewakili tipologi yang berbeda pada lokus terpilih di kampung Bangunrejo. Hasil pembahasan, secara umum menjelaskan bahwa ada hubungan antara ruang yang aktif dimanfaatkan sebagai ruang terbuka publik dengan kinerja ruang. Kinerja ruang tersebut dipengaruhi oleh aspek konektivitas (integrasiglobal danlokal), kualitas visual (integrasi visual), dan pola pergerakan. Selain itu, dalam sebuah sistem ruang kampung variasi keragaman bentuk ruang terbuka mempengaruhi kinerja ruang tersebut.Kata kunci: pola tata ruang, ruang terbuka publik, kinerja ruang
MENGELOLA KAMPUNG DENGAN KEARIFAN LOKAL; Belajar dari Kampung Gampingan di Yogyakarta Pramudito, Sidhi
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.942 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1291

Abstract

Abstract: In recent years many new and modern buildings have emerged in Yogyakarta, on the other hand the existence of kampongs and the natural environment continues to decline, including local wisdom in managing the environment is increasingly abandoned. Kampung Gampingan as a "kampung kota" in the city of Yogyakarta, located on the riverside of the Winongo River. Kampong administrators and it’s citizen Gampingan cooperate to manage and maintain the quality of the kampong environment. For them, the aspect of environmental conservation is very important and considered because it aims to maintain harmonious relationships between humans and the natural environment. The purpose of this paper is to explore information about environmental management in kampong Gampingan, which involves citizens and consider the impact on the natural environment. The results show that community participation, partnerships with various parties (other communities, universities, government and private), and the role of facilitators are very important in the management of kampong based on local wisdom. Community participation is the key to the success or failure of kampong management based on local wisdom.Keywords: kampong management, community participation, local wisdomAbstrak: Dalam beberapa tahun akhir-akhir ini banyak bangunan baru dan modern muncul di Yogyakarta, pada sisi lain keberadaan kampung dan lingkungan alamiah terus berkurang, termasuk kearifan lokal dalam mengelola lingkungan semakin ditinggalkan. Kampung Gampingan termasuk “kampung kota” di kota Yogyakarta, terletak di tepi Sungai Winongo. Pengurus kampung dan warga kampung Gampingan bergotong-royong mengelola dan menjaga kualitas lingkungan kampung. Bagi mereka, aspek pelestarian lingkungan sangat penting dan diperhatikan sebab bertujuan menjaga hubungan harmonis manusia dan lingkungan alam. Tujuan tulisan ini adalah menggali informasi tentang pengelolaan lingkungan di kampung Gampingan, yang melibatkan warga dan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan alam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat, kemitraan dengan berbagai pihak (komunitas lain, perguruan tinggi, pemerintah dan swasta), dan peran fasilitator sangat penting dalam pengelolaan kampung yang berbasis kearifan lokal. Peranserta masyarakat menjadi kunci keberhasilan atau kegagalan pengelolaan kampung berbasis kearifan lokal.Kata kunci: mengelola kampung, partisipasi warga, kearifan lokal
Identification of Architectural Ornaments of Santo Albertus Jetis Church Yogyakarta Pramudito, Sidhi; Cahyandari, Gerarda Orbita Ida; Arifin, Muhammad Ikhsan
Local Wisdom Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol. 11 No. 2 (2019): July 2019
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v11i2.2930

Abstract

Renovation activities can improve quality or even reduce the quality of a building due to the loss of special elements in the building. One of the element in a building that can give special features to an architectural work is ornament. The aim of this study was to identify ornamental design principles that can be found in several works of Mangunwijaya and their application to the buildings of the Santo Albertus Church in Jetis Yogyakarta. This research using descriptive methods through case studies in the field with analysis through qualitative methods. The methods of retrieving data through direct observation and documentation and supported by literature studies. The results of this study indicate that the ornaments on the Santo Albertus Church has flora and fauna motifs that are made in a combination style and have a style of contemporary ornaments, and the ornaments that are made have a propensity to affect the spirit of the space. Based on these results, it is expected to be a suggestion and consideration for the renovation activities that are currently being carried out, especially in understanding the use and meaning of the ornament, so the building of the Church of Santo Albertus Jetis did not lose the identity. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v11i2.2930
IDENTIFIKASI POLA AKTIVITAS PADA RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAMPUNG GAMPINGAN KOTA YOGYAKARTA Pramudito, Sidhi; Kurnial, Bezaliel Tera
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 7 No 2 (2020): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v7i2a6

Abstract

Abstrak_ Kampung Gampingan merupakan salah satu pemukiman padat di kota Yogyakarta. Namun dalam kondisi tersebut, masih dapat ditemukan keberadaan ruang terbuka publik berupa plaza. Ruang terbuka publik itu adalah lapangan multifungsi yang dimanfaatkan warga untuk beraktivitas baik individu maupun kelompok. Hal ini yang menjadi perhatian bagi penulis untuk dapat mengidentifikasi pola aktivitas warga dalam memanfaatkan ruang tersebut sebagai satu-satunya ruang terbuka publik dengan tipologi plaza di kampung ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan teori behavioral setting. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei lokasi, wawancara, dan mendokumentasikan kegiatan masyarakat kampung pada saat pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari pada di hari kerja (Senin s.d Jumat) serta hari libur (Sabtu s.d Minggu) dengan pembagian area menjadi 5 macam ruang aktivitas. Temuan data dianalisis dengan metode place centered mapping. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa pola aktivitas warga pada ruang terbuka publik ini adalah terklaster berdasarkan tujuan yang ditentukan oleh ragam atribut ruang, material, ukuran ruang, dan hubungan ruang dengan sekitarnya. Pada ruang ini teridentifikasi kecenderungan pola aktivitas warga yang terkonsentrasi pada area tertentu yang dipengaruhi oleh ragam atribut ruang.Sisi selatan, timur, barat, dan area tengah menjadi area yang cukup dominan dimanfaatkan warga untuk berbagai aktivitas interaksi warga. Berbeda dengan sisi utara yang minim aktivitas interaksi. Hal yang menjadi faktor penentu adanya aktivitas interaksi adalah keragaman atribut ruang serta dimensi ruang. Sebagai rekomendasi, penambahan jumlah dan kualitas atribut ruang dapat menjadi salah satu usulan yang harapannya dapat meratakan aktivitas di ruang terbuka publik dengan tipologi plaza ini.Kata kunci: Pola Aktivitas; Ruang Terbuka Publik; Kampung Gampingan; Yogyakarta. Abstract_ Kampung Gampingan is one of the densest settlements in the city of Yogyakarta. However, the existence of public open spaces such as plazas can still be found. The public open space is a multifunctional field that is used by residents to do activities for both individuals and groups. This is of concern to the writer to be able to identify the pattern of community activities in utilizing the space as the only public open space with plaza typology in this village. This study uses a descriptive-qualitative method with a behavioral setting theory approach. Data collection is done by location survey, interview, and documenting community activities in the morning, afternoon, evening, and evening on weekdays (Monday-Friday) and holidays (Saturday-Sunday) with the division of the area into 5 types of activity space. Data findings were analyzed by the place centered mapping method. The results of this study found that the pattern of citizen activity in this public open space is clustered based on objectives determined by the variety of attributes of space, material, size of space, and the relationship of space with its surroundings. In this space, a trend of residents' activity patterns that are concentrated in certain areas is identified which is influenced by various spatial attributes. The south, east, west, and central areas are areas that are quite dominant for residents to use for various citizen interaction activities. In contrast to the north side which has minimal interaction activity. The thing that determines the existence of interaction activities is the diversity of spatial attributes and spatial dimensions. As a recommendation, increasing the number and quality of space attributes can be one of the proposals which hopefully can even out activities in public open spaces with this plaza typology.Keyword: Pattern of Activities, Public Open Space; Kampung Gampingan; Yogyakarta.
PREFERENSI RUMAH PENGRAJIN GERABAH DI DESA WISATA PANJANGREJO, KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA Pramudito, Sidhi
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 9 No 2 (2022): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v9i2a2

Abstract

Abstrak_ Rumah merupakan sebuah bangunan yang terus bertumbuh secar dinamis seiring dengan kebutuhan setiap penghuni yang selalu berkembang sesuai dengan putaran waktu. Preferensi pengguna hadir sebagai sebuah perangkat mental menyangkut perasaan, harapan, atau pilihan seseorang yang mengarahkan pada kecenderungan pilihan. Pemahaman mengenai preferensi pengguna sangat penting dalam sebuah proses perancangan arsitektur karena dapat digunakan sebagai masukan sehingga tercipta hasil rancangan yang cocok dengan kondisi penggunanya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu faktor dari preferensi rumah tinggal dan produksi gerabah bagi pengrajin gerabah yang ideal di Desa Wisata Panjangrejo, Kabupaten Bantul. Penelitian bersifat eksploratif dan analisis dilakukan secara kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara kepada pengrajin gerabah menggunakan kuesioner terbuka mengenai rumah tinggal dan produksi gerabah yang ideal. Tahapan yang dilakukan dalam analisis data yaitu open coding, axial coding, dan selective coding yang menggunakan metode analisis isi. Berdasarkan analisis, 5 faktor utama menjadi preferensi rumah tinggal dan produksi gerabah yang ideal. Kelima faktor tersebut yaitu rancangan rumah yang memiliki: (1) kebutuhan dan hubungan ruang jelas; (2) pertimbangan dalam kesehatan lingkungannya; (3) finishing desain yang baik; (4) konstruksi bangunan yang kuat; dan (5) ukuran ruang yang luas. Kata kunci: Preferensi; Rumah Pengrajin Gerabah; Ideal Abstract_ The house is a building that continues to grow dynamically in line with the needs of each occupant who always develops according to the cycle of time. User preferences exist as a mental set of feelings, expectations, or choices of a person that leads to a preference for choice. Understanding user preferences is very important in the design process because it can be used as an input to create a design that matches the user’s conditions. This study aims to find out the factors of ideal residence preferences and pottery production for pottery craftsmen in Panjangrejo Tourism Village, Bantul Regency. The research is exploratory, and the analysis is done qualitatively. Data were collected through interviews with pottery craftsmen using questionnaires regarding the ideal residence and pottery production. The steps taken in data analysis are open coding, axial coding, and selective coding, which using the method of content analysis. From the analysis, 5 dominant factors that become the preference for pottery craftsmen regarding the ideal housing and pottery production are house that have: (1) clear spatial needs and relationships; (2) considerations in environmental health; (3) good design finishing; (4) strong building construction; and (5) the size of the spacious room. Keywords : Preference; Craftsman's House; Ideal
PERANCANGAN YANG KONTEKSTUAL: BELAJAR DARI THOMAS KARSTEN Pramudito, Sidhi; Fabiola Chrisma Kirana Analisa; Trias Mahendarto; Atmadji; Brigita Murti Utaminingtyas
Nature : National Academic Journal of Architecture Vol 9 No 2 (2022): December
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Science and Technology, Alauddin State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/nature.v9i2a5

Abstract

Abstrak_ Keberagaman gaya bangunan di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh masuknya Belanda ke Indonesia. Arsitektur Hindia Belanda masuk ke Indonesia sebelum Perang Dunia II dan dipelopori terutama oleh Thomas Karsten dan Henri Mecalien Pont. Dalam karyanya, Thomas Karsten selalu memperhatikan budaya lokal dan iklim setempat, hal ini sejalan dengan prinsip arsitektur kontekstual. Arsitektur kontekstual berusaha untuk menjadi arsitektur yang berkontribusi kepada sekitarnya dengan menyelaraskan bangunan baru, dengan tidak melupakan konteks lingkungan di mana bangunan tersebut dibangun, salah satunya dengan memperhatikan nilai lokalitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karya Thomas Karsten mengenai rancangan kontekstual yang menjunjung nilai-nilai lokal dan diharapkan dapat diterapkan secara nyata pada masa kini maupun mendatang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan tinjauan pustaka untuk mencari kata kunci yang akan dianalisis mengenai arsitektur kontekstual. Objek yang dianalisis adalah karya Thomas Karsten, yaitu Gedung Teater Rakyat Sobokartti, Pasar Gede Solo, dan Bangunan Jiwasraya Semarang. Aspek yang dianalisis adalah, hubungan bangunan dengan sekitar, aspek fisik, aspek non-fisik, dan sifat kontras/ harmonis. Dari ketiga bangunan, ditemukan persamaan dari rancangan yang kontekstual yaitu, (1) bangunan merupakan campuran dari arsitektur Belanda dan Jawa, (2) ada nilai budaya setempat yang diterapkan, (3) sifat harmonis yang dominan, dan (4) penyesuaian bangunan dengan iklim setempat. Kata kunci : Arsitektur Kontekstual; Thomas Karsten. Abstract_ The arrival of the Dutch to Indonesia was one of the factors that influence the diversity of Indonesian building styles. Dutch East Indies architecture entered Indonesia before World War II and was pioneered especially by Thomas Karsten and Henri Mecalien Pont. Thomas Karsten always pays attention to local culture and climate, the principles of contextual architecture. Contextual architecture strives to contribute to its surroundings by aligning the new building, by not forgetting the environment context where the building is built, especially the locality value. This study aims to learn Thomas Karsten's work on contextual design and is expected to be applied in real terms. Qualitative research method is used by doing a literature review to find keywords to be analyzed regarding contextual architecture. The objects analyzed are Thomas Karsten’s work, Sobokartti People's Theater Building, Gede Market Solo, and Jiwasraya Building Semarang. The analyzed aspects are the relationship of the building with the surroundings, the physical aspect, the non-physical aspect, and the contrast/harmonious trait. From the three buildings, there are similarities from the contextual design: (1) the mixture of Dutch and Javanese architecture, (2) local cultural values ​​that are applied, (3) harmonious traits, and (4) building adjustments to local climate. Keywords : Contextual Architecture; Thomas Karsten.
IDENTIFIKASI ASPEK KENYAMANAN WARGA TERHADAP KEBERADAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAMPUNG GAMPINGAN KOTA YOGYAKARTA Wirastri, Maria Vika; Pramudito, Sidhi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3 No 3 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Public open spaces are spaces that can be accessed for free and can accommodate a variety of peoples and activities. Therefore, both if in each residential area or at a certain radius there is at least one public open space, no exception in urban villages with a characteristic population density that has become the root of settlement culture in Indonesia. This research then took a case study in one of the villages in the city of Yogyakarta, namely Kampung Gampingan, which despite entering into a slum arrangement according to Mayor Decree Number 216 Year 2016, but still has one existing public open space that still exists utilized by residents around every day, both by children until adults. Related to these findings, this study was conducted as a basic study whose results can be used as a foundation for the arrangement of slums in the future. In its design, public open space must also pay attention to the times and various aspects and needs for the convenience of its users. Although comfort is very difficult to define, at least comfort can be assessed through people's preferences through the responsiveness of each individual. For this reason, through a qualitative-exploratory method using a questionnaire filled out by users of public open spaces in Kampung Gampingan, this study aims to find citizens' preferences for aspects of the comfort of public open spaces based on comfort theory; what matters that must be prioritized or must be avoided in the design for the creation of the convenience of citizens. From this study it was found that in order to achieve the comfort of a public open space, aspects of governance needed include cleanliness, safety, circulation, shape / dimension, noise, lighting, smell, natural/ climate power, and supporting facilities such as the free internet access, parks, CCTV, drink water, trash cans, streetlights, children's games, and furniture. Keyword: Comfort, Public Open Space, Residents, Kampung Gampingan, Yogyakarta City Abstrak: Ruang terbuka publik adalah ruang yang dapat diakses secara gratis dan mampu menampung berbagai pelaku maupun aktivitas. Oleh karenanya, baik apabila dalam setiap wilayah permukiman warga atau pada radius tertentu terdapat minimal satu buah ruang terbuka publik, tidak terkecuali di kampung kota dengan ciri khas kepadatan penduduknya yang sudah menjadi akar budaya permukiman di Indonesia. Penelitian ini kemudian mengambil studi kasus di salah satu kampung di Kota Yogyakarta yakni Kampung Gampingan, yang meskipun masuk ke dalam penataan kawasan kumuh menurut Surat Keputusan Walikota Nomor 216 Tahun 2016, namun masih memiliki satu buah ruang terbuka publik eksisting yang masih eksis dimanfaatkan warga sekitar setiap harinya, baik oleh anak-anak hingga orang dewasa.Terkait temuan tersebut, maka dilakukan penelitian ini sebagai kajian dasar yang hasilnya dapat digunakan untuk landasan penataan kampung kumuh di masa depan.Dalam perancangannya, ruang terbuka publik juga harus memperhatikan perkembangan zaman serta berbagai aspek maupun kebutuhan demi kenyamanan penggunanya. Meskipun kenyamanan sangat sulit didefinisikan, setidaknya kenyamanan dapat dinilai melalui preferensi warga lewat penilaian responsif setiap individunya. Untuk itu, melalui metode kualitatif-eksploratif dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh pengguna ruang terbuka publik di Kampung Gampingan, penelitian ini bertujuan untuk menemukan preferensi warga terhadap aspek kenyamanan ruang terbuka publik yang didasarkan pada teori kenyamanan; hal-hal apa saja yang harus diutamakan maupun harus dihindarkan dalam desain perancangan demi terciptanya kenyamanan warga. Dari penelitian ini ditemukan bahwa ternyata untuk mencapai kenyamanan suatu ruang terbuka publik, diperlukan aspek-aspek penataan yang meliputi kebersihan, keamanan, sirkulasi, bentuk/dimensi, kebisingan, penerangan, aroma, daya alam/iklim, dan fasilitas penunjang seperti adanya internet gratis, taman, CCTV, air siap minum, tempat sampah, lampu jalan, permainan anak, serta furnitur.Kata Kunci: Kenyamanan, Ruang Terbuka Publik, Warga, Kampung Gampingan, Kota Yogyakarta
IDENTIFIKASI ASPEK SENSE OF PLACE KAWASAN BERSEJARAH BERDASARKAN PREFERENSI PENGUNJUNG (Studi Kasus: Kawasan Sagan, Yogyakarta) Pramudito, Sidhi; Kristiawan, Yanuarius Benny; Wismarani, Yustina Banon; Analisa, Fabiola Chrisma Kirana
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4 No 3 (2020): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sagan area is one of the historical regions in Yogyakarta. This area has a characteristic of the Dutch colonial heritage that visitors can still feel when they are there. These characteristics then become the region's identity that can give a particular feeling or impression to visitors, or can be called a sense of place. A sense of place is an essential aspect of architecture so that a design is maintained. A sense of place is defined as the bond between place and humans, which can be obtained from a combination of physical settings, activities, and meaning. This study aims to identify aspects of the sense of place, as seen from visitor preferences. The thing observed is related to the activity, physical settings, and what is felt by visitors. By knowing the preferences of visitors, it is hoped that it can be used to create a sense of place that suits the demands of today's needs. This research was conducted qualitatively and exploratively using a grounded theory approach. Data is collected through open-ended questionnaires about what respondents experienced. The data is then processed qualitatively by the method of open coding, axial coding, and selective coding. The results showed that aspects of the Sagan region's physical setting, which are still preserved in the form of simple indische architectural features and tropical architecture, are the dominant factors that can create a sense of place. But based on an analysis of visitor preferences, changes in building functions are also needed to strengthen the sense of place of the Sagan region. Building functions that fit the character of today's visitors help visitors to feel the physical setting typical of the Sagan region. Thus it can be concluded that the sense of place can not only be formed by preserving its physical settings but also needs to be conducted a review of human preferences as actors who play a role in it.
IDENTIFIKASI LOGIKA-LOGIKA ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DALAM PENELITIAN DAN PRAKTEK BERARSITEKTUR Kristiawan, Yanuarius Benny; Pramudito, Sidhi
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: Architecture is part of the overall process of the building and construction industry. The latest report by the World Green Building Council (WGBC) in 2019 states that buildings and construction are responsible for 39% of carbon emissions in the world. Therefore, the vision for 2050 needs to be supported by various research actions and their application in sustainability-related architecture. Simon Guy's writings about the practice of sustainable architecture that cannot be seen as a mere technological solution become the basis for inspiration on what types of research have been carried out. Architectural works analysis needs a more pluralistic view. Based on Simon Guy's research, a literature study using a rationalistic research paradigm with a quantitative deductive method was carried out. It is hoped that opportunities for design theme activities, research, and other activities with the theme of sustainable architecture can be identified. Based on the analysis of the six logics of sustainable architecture themes, there are still opportunities for studies in the eco-centric and eco-aesthetic fields. There is a finding that critical regional dimensions in sustainable architectural practice need to be clearly stated. At a more strategic level, the procurement of locally available materials and local development practices would be more profitable when considering the workforce's skills to reduce the negative impact of the ecological footprint on construction projects. The Socio-Cultural theme approach in solving energy problems and sustainable architecture is an essential issue in managing the future.Abstrak: Laporan terbaru World Green Building Council (WGBC) tahun 2019 menyebutkan bahwa bangunan dan konstruksi bertanggungjawab terhadap 39% emisi karbon di dunia. Visi untuk tahun 2050 perlu didukung dengan berbagai tindakan penelitian dan penerapannya dalam bidang arsitektur yang terkait dengan keberlanjutan. Tulisan Simon Guy tentang praktek arsitektur berkelanjutan yang tidak bisa dipandang sebagai pemecahan teknologi semata menjadi pijakan untuk menjadi inspirasi tentang jenis riset apa saja yang telah dilakukan. Pandangan yang lebih pluralistik dibutuhkan dalam menganalisis karya arsitektur. Penelitian studi pustaka ini berdasarkan tulisan Simon Guy yang menggunakan paradigma penelitian rasionalistik dengan metode deduktif kuantitatif. Diharapkan teridentifikasi peluang kegiatan bertema desain, penelitian dan kegiatan lain yang bertemakan arsitektur berkelanjutan. Berdasar analisis enam logika-logika tema arsitektur berkelanjutan, terbuka peluang yang lebih luas pada kajian-kajian bidang eco-centric dan eco aesthetic. Terdapat temuan bahwa dimensi regional yang penting dalam praktek arsitektur berkelanjutan harus dinyatakan dengan jelas. Pada tingkat yang lebih strategis pengadaaan bahan lokal yang tersedia dan praktek pembangunan daerah akan lebih menguntungkan apabila mempertimbangkan keterampilan tenaga kerja untuk mengurangi dampak negatif dari sisi jejak ekologis pada proyek konstruksi. Pendekatan tema Sosio-Kultural dalam menyelesaikan permasalahan energi dan arsitektur berkelanjutan menjadi isu penting dalam menata masa depan.
EVALUASI DESAIN KANTIN BERDASARKAN PREFERENSI MAHASISWA: SEBUAH ANALISIS ISI Pramudito, Sidhi; Budihardjo, Rachmat
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6 No 1 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: In a design process cycle, evaluation activities are important things to do. Design evaluation or also known as post-occupancy evaluation is a testing activity of a building, to see whether the design of the building is effective enough and in accordance with the needs of the user. In this study, researchers wanted to evaluate the condition of the canteen at Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). The canteen with all its dynamics, is an important building in the campus life. The variety of activities and users causes the canteen to have a flexible and adaptive design. In this case, the design evaluation was carried out based on the student's preferences, the results of which are expected to be used as a recommendation if a redesign will be carried out in the future. This research is a qualitative research with a grounded theory approach. Data was collected by non-random sampling method with accidental sampling technique using online questionnaires. The data obtained were then analyzed using content analysis methods, namely open coding, axial coding, and selective coding to find the tendency of student preferences as the design evaluation stage. From the results of the analysis, it was found that the open canteen design is an advantage that is of interest to students because it can create good air circulation. But on the other hand, the open design turned out to also have an unfavorable impact because the heat and pollution were also felt by students when they were in the canteen. Based on this, it can be concluded that there is a need for design consolidation so that the dominant factors related to the advantages and disadvantages of canteen design at UAJY can synergize with each other to achieve an ideal canteen design in the future.Abstrak: Dalam sebuah siklus proses perancangan, kegiatan evaluasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Evaluasi desain atau juga dikenal dengan istilah evaluasi purna huni merupakan kegiatan pengujian suatu bangunan, untuk melihat apakah desain bangunan tersebut sudah cukup efektif dan sesuai dengan kebutuhan pemakai. Dalam penelitian ini, peneliti hendak melakukan evaluasi terhadap kondisi kantin kantin di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Kantin dengan segala dinamikanya, merupakan bangunan yang cukup penting di lingkungan kampus. Beragamnya aktivitas dan pelaku, menyebabkan kantin harus memiliki desain yang fleksibel dan adaptif. Pada kasus ini, evaluasi desain dilakukan berdasarkan preferensi mahasiswa yang kemudian hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi apabila akan dilakukan perancangan ulang di masa yang akan datang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Pengumpulan data dilakukan dengan metode non-random sampling dengan teknik accidental sampling menggunakan kuisioner online. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis isi yaitu open coding, axial coding, dan selective coding untuk menemukan kecenderungan preferensi mahasiswa sebagai tahap evaluasi desain. Dari hasil analisis ditemukan bahwa desain kantin yang terbuka merupakan keunggulan yang diminati oleh mahasiswa karena dapat menciptakan sirkulasi udara yang baik. Namun di sisi lain, desain terbuka ternyata juga memberi dampak yang kurang baik karena hawa panas dan polusi juga dirasakan oleh mahasiswa ketika berada di dalam kantin. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya konsolidasi desain agar faktor dominan terkait keunggulan dan kekurangan desain kantin di UAJY dapat saling bersinergi untuk mencapai desain kantin yang ideal di masa yang akan datang.