Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KEBERADAAN AKSARA WRÉSASTRA DALAM AKSARA BALI Duija, I Nengah
Aksara Vol 29, No 1 (2017): Aksara, Edisi Juni 2017
Publisher : Balai Bahasa Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1827.699 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v29i1.98.19-32

Abstract

Aksara Bali yang disebut Wrésastra merupakan aspek penting yang mengemas kebudayaan Bali dari zaman ke zaman yang terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi. Atas dasar pemikiran itu, kajian difokuskan untuk menjawab dua masalah, yaitu bagaimana bentuk aksara itu di dalam inskripsi, tinggalan lainnya, dan perkembangannya sehingga menjadi aksara Bali sekarang dan bagaimana nilai-nilai filosofis aksara itu dalam berbagai inskripsi yang memiliki fungsi religius dalam masyarakat Bali. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengungkap bentuk aksara Wrésastra di dalam inskripsi dan tinggalan lainnya sehungga menjadi akasara Bali seperti sekarang ini dan mengungkap nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Teori yang digunakan membedah masalah adalah teori simbol dan teori religi. Teori dipilih dilandasi oleh pertimbangan bahwa manusia menerjemahkan kehidupannya melalui simbol dan bahkan juga menciptakan simbol serta simbol itu diyakini memberikan andil dalam kelestarian hidupnya yang dijiwai oleh  konsep religi sehingga dapat memperkuat keyakinannya kepada Tuhan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.  Hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa aksara Wrésastra merupakan salah satu jenis aksara Bali yang dipakai untuk menuliskan bahasa Bali. Dintinjau dari inskripsi, akasara ini diketahui memiliki bentuk yang beragam dan dituliskan dari berbagai bahan, seperti batu, tembaga, dan lontar. Aksara ini mengalami perkembangan dari aksara Brahmi dan Pallawa menjadi aksara Jawa Kuno, Bali Kuno, Kadiri Kuadrat, dan aksara Bali yang sekarang. Aksara ini juga memiliki nilai religius yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali, seperti dalam kaitannya dengan pengaturan batas wilayah, pajak, dan denda.  
Tradisi lisan, naskah, dan sejarah; Sebuah catatan politik kebudayaan Duija, I Nengah
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia Vol. 7, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tradition can be seen from two different perspectives, those of literacy (writing system) and of oral tradition. Recently, some intellectuals have shown interest in oral tradition as academic study in some universities. Oral tradition is not supposed to be seen merely as part of the past and a cultural entity of no importance. This paper describes the two traditions of oral literature and manuscript writing as a basis for local historical knowledge and records of cultural politics. The discussion will be more about the content of tradition that is related to the history of cultural politics than a historical observation.
POLA MODERASI BERAGAMA DALAM RELASI HINDU–KATOLIK DI BANJAR TUKA DESA DALUNG KABUPATEN BADUNG Watuoto, Sebastian Begobli; Duija, I Nengah; Sena, I Gusti Made Widya
Pangkaja: Jurnal Agama Hindu Vol 27 No 2 (2024)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/pjah.v27i2.3651

Abstract

Relations between religious communities have given rise to patterns of religious moderation which have become part of the daily lives of people in various parts of the country. Living in harmony, peace and mutual respect between friends and  neighbors, between villages and regions as well as between ethnic groups with different religious beliefs has become a culture and has even become part of local wisdom for centuries. The traditions of harmony, peace, mutual respect, tolerance and mutual cooperation have become the basis for patterns of religious moderation and have an important role in building religious harmony, as is the case in Banjar Tuka, Dalung Village. Patterns of religious moderation have been embedded in the construction of beliefs at personal and social levels, preserved through traditions and noble teachings, displayed in cultural works as markers of the presence of patterns of religious moderation in society. Starting from several cases of religious intolerance and social conflict based on religion, the Indonesian state needs to promote religious moderation. Because, with a moderate attitude in religion, harmony between religious communities can be achieved. The pattern of religious moderation needs to be implemented continuously and in a balanced manner to be able to establish community unity and unity towards a safe, peaceful, prosperous and harmonious society.
ENKULTURASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEARIFAN LOKAL HINDU BALI Duija, I Nengah
Jurnal Pembumian Pancasila Vol 1 No 2 (2021): Urgensi Pembumian Nilai-Nilai Luhur Pancasila Menjadi Roh Pembangunan Bangsa
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan menggali esensi Pancasila dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali, tidak hanya tataran ideologis, namun telah terinternalisasi dalam kesadaran kolektif masyarakat Bali. Fenomena intoleransi akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan di tanah air, seakan Pancasila mulai di”gugat” eksistensinya karena ketidakmampuanya menjadi wasit resolusi konflik itu sendiri. Pemerintahpun merasa perlu untuk membentuk kembali pranata-pranata sosial untuk mengembalikan kekuatan roh Pancasila sebagai penengah dalam berbagai konflik di tanah air. Namun, dibalik semua hiruk-pikuk benturan nilai ideologi tersebut, masyarakat di berbagai pelosok tanah air telah “membatinkan” nilai-nilai Pancasila dalam kearifan lokalnya. Salah satunya adalah masyarakat Hindu di Bali, dimana Pancasila telah bersenyawa dalam berbagai bentuk kearifan lokal. Berpedoman pada epistemologi bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan segala perangkatnya dan juga kerangka teoretik modal sosial, maka penelitian ini menghasilkan analisis bahwa nilai-nilai Pancasila dapat bersenyawa dengan berbagai bentuk kearifan lokal Bali, sehingga dapat dijadikan pola-pola perilaku yang menuju pada kehidupan harmonis sesuai dengan roh Pancasila itu sendiri. Butir-butir Pancasila dapat disimak dalam kearifan lokal itu, yang telah menjadi kesadaran kolektif masyarakat Bali.