Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang paling utama menyebabkan kematian pada balita di dunia. Di Indonesia angka kejadian ISPA dipengaruhi status gizi, ASI eksklusif, imunisasi, ekonomi, kependudukan dan geografi. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko kejadian ispa pada anak balita di wilayah kerja puskesmas poasia kota kendari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus kontrol. Sampel penelitian berjumlah 52 ibu yang mempunyai anak balita yang menderita ISPA dan 52 ibu yang mempunyai balita sehat (kontrol). Pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square serta regresi logistik. Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan sebaran karakteristik kelompok kasus maupun kelompok kontrol, kecuali pada tingkat pendidikan dimana presentasi responden yang berpendidikan tinggi (SMA dan sarjana) pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok kasus (94.2% vs 59.6%). Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat pengetahuan yang rendah (skor <13), kelembaban ruangan yang buruk (<40% atau >70%), ventilasi yang kurang (<10% luas lantai kamar) dan kepadatan hunian yang padat (< 8 m2 per 2 orang penghuni) merupakan faktor risiko kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Poasia, Kendari, Sulawesi Tenggara. Adapun peningkatan risiko penyakit ISPA pada anak balita untuk setiap variabel berturut-turut adalah sebesar 5.50, 5.13, 2.63, dan 2,44 kali. Variabel yang paling dominan menjadi faktor risiko kejadian ISPA adalah kelembaban ruangan dengan nilai OR sebesar 7,567 kali. Kesimpulan dari penelitian bahwa tingkat pengetahuan ibu, kelembaban ruangan, ventilasi dan kepadatan hunian merupakan faktor risiko terjadinya ISPA pada anak balita di Kecamatan Poasia, Kendari, Sulawesi Tenggara.