Sri Wahyuni
Staff Pengajar Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian, kampus Unand Limau manih, Padang, Indonesia 25166

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penguatan Kelembagaan Petani Terhadap Peningkatan Posisi Tawar Petani Gambir di Nagari Koto Lamo Kecamatan Kapur Ix Kabupaten 50 Kota Nela Novita; Yonariza yonariza; Sri Wahyuni
Journal of Socio-economics on Tropical Agriculture (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Tropis) (JOSETA) Vol 1, No 3 (2019): December
Publisher : UNIVERSITAS ANDALAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/joseta.v1i3.182

Abstract

Penelitian ini bertujuan : (1) Mendeskripsikan kondisi pemasaran gambir di Nagari Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota. (2) Menyusun upaya penguatan kelembagaan yang dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar petani gambir di Nagari Koto Lamo Kecamatan Kapur IX Kabupaten 50 Kota. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 05 Agustus sampai 05 September 2019. Metode yang digunakan adalah metode survei. Populasi dalam penelitian ini  berjumlah 107 petani. Jumlah petani sampel yang diambil adalah sebanyak 30 orang yang ditentukan dengan metode proporsional random sampling. Cara pengambilan sampel dengan metode simple random sampling. Sedangkan untuk pengambilan sampel pedagang dengan metode snowball sampling. Analisis data yang digunakan ialah analisi deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani di Nagari Koto Lamo mayoritas menjual gambir ke pedagang pengumpul yang ada hubungan keluarga dengannya, fungsi pemasaran yang membedakan petani dan pedagang pengumpul adalah fungsi informasi pasar, hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul sehingga harga gambir dikendalikan oleh pedagang pengumpul. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul kepada petani adalah secara tunai. Marjin pemasaran antara petani dengan pedagang pengumpul sebesar Rp 4.000/Kg. Upaya penguatan kelembagaan petani melalui pemberdayaan tidak mengikat petani dan pedagang pengumpul. Aturan dalam pemasaran gambir juga tidak ada yang menguntungkan petani.Kata Kunci: Penguatan Kelembagaan Petani, Petani Gambir, Pemasaran gambir, Posisi Tawar PetaniThis study aims : (1) To describe the condition of gambier marketing di Nagari Koto Lamo Lamo, Kapur IX Sub District, 50 Cities District (2) Develop institutional strengthening efforts undertaken to improve the bargaining position of gambier farmers in Nagari Koto Lamo, Kapur IX Sub District, 50 Cities District. This research was conducted on August 5 to September 5 2019. The method used was a survey method. The population in this study amounted 107 farmers. The number of sample farmers taken was 30 people determined by the proportional random sampling ethod. How to take samples by simple random sampling method. Where as for sampling tradesr with snowball sampling method. Analysis of the data used is qualitative and quantitative descriptive analysis. The results showed that the majority of farmers in Nagari Koto Lamo sell gambier to collectors who are related family, the marketing function that distinguishes farmers and collectors is the market information function, only carried out by collecting traders so that the price of gambier is controlled by the collecting traders. The payment system for collectors to farmers is in cash. Marketing margin between farmers and collectors is Rp 4.000/Kg. Efforts to strengthen farmer institutions through empowerment do not bind farmers and collectors. There are no rules for gambier marketing that benefit farmers. Keywords : Strengthening Farmer’s Institutions, Gambier’s Farmer, Gambier marketing, and Farmers Bargaining Positions
Sektor Pertanian dan Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah di Provinsi Sumatera Barat Harvi Hamdika; Osmet Osmet; Sri Wahyuni
Journal of Socio-economics on Tropical Agriculture (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Tropis) (JOSETA) Vol 1, No 1 (2019): April
Publisher : UNIVERSITAS ANDALAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/joseta.v1i1.5

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menghitung perbedaan pendapatan daerah di provinsi Sumatera Barat dan tren 20 tahun antara 1995 hingga 2014; dan (2) menganalisis peran sektor pertanian dalam perbedaan pendapatan daerah di provinsi tersebut. Indeks Williamson digunakan untuk menghitung disparitas pendapatan daerah berdasarkan data Produk Domestik Bruto Regional (RGDP) tahunan 12 kabupaten dan 7 kota di provinsi Sumatera Barat. Untuk melihat peran sektor pertanian dalam memengaruhi kesenjangan pendapatan daerah, perbandingan dibuat antara nilai-nilai indeks Williamson yang dihitung dengan dan tanpa kontribusi sektor pertanian dalam RGDP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) disparitas pendapatan daerah di Sumatera Barat berfluktuasi antara 1995 dan 2014 tetapi trend keseluruhan cenderung menurun. Indeks Williamson tertinggi adalah pada tahun 2002 sebesar 0,98 sedangkan yang terendah terjadi pada 2014 sebesar 0,26, (2) Sektor pertanian memiliki peran yang cukup signifikan dalam mengurangi kesenjangan pendapatan daerah di Sumatera Barat. Analisis uji dua sampel menunjukkan Indeks Williamson yang dihitung tanpa kontribusi sektor pertanian dalam RGDP jauh lebih rendah daripada indeks yang dihitung dengan kontribusi pertanian. Pada analisis Kendall's Tau juga menunjukkan ada hubungan antara kontribusi sektor pertanian dalam RGDP dan nilai indeks Williamson. Secara keseluruhan, tren penurunan kesenjangan pendapatan daerah di Sumatera Barat seiring dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian dalam RGDPKata kunci : Disparitas, index williamson, PDRB.The objectives of this study are to (1) calculate the regional income disparity in the province of West Sumatra and its20 years trend between 1995 to 2014; and (2) analyze the role of agriculture sector in regional income disparity in the province.  Williamson index is used to calculate regional income disparity based on data on yearly Regional Gross Domestic Product (RGDP) of 12 districts and 7 municipalities within the province of West Sumatra. To see the role of agricultural sector in influencing regional income disparity, comparison is made between the values of Williamson index calculated with and without agricultural sector’s contribution in RGDP. The results show that (1) regional income disparity in West Sumatera has beenfluctuating between 1995 and 2014 but overall trend has been declining. The highest Williamson Index is in 2002 at 0.98 while the lowest occurred in 2014 at 0.26, (2) Agricultural sector has quite a significant role in reducing regional income disparity in West Sumatera. Further analysis using two related samples test confirms that Williamson Index calculated without agricultural sector contribution in RGDP is significantly lower than index calculated with agricultural contribution. Analysis employing Kendall’s Tau also confirms the association betweenthe contribution of agricultural sector in RGDP and the value of Williamson index. Over all, the declining trend of regional income disparity in West Sumatra coincides with the increasing contribution of agricultural sector in the RGDP. Keywords: Inequality of Income (Disparity), Williamson Index, RGDP, Role of Agriculture Sector
Analisis Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani Minapadi dengan Padi Konvensional di Nagari Talang Maur Kecamatan Mungka Kabupaten Lima Puluh Kota Milani Kurnia Ilahi; Sri Wahyuni; Yusri Usman
Journal of Socio-economics on Tropical Agriculture (Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Tropis) (JOSETA) Vol 1, No 1 (2019): April
Publisher : UNIVERSITAS ANDALAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/joseta.v1i1.6

Abstract

Penurunan  produktiftas lahan sawah terjadi karena terjadi pergeseran fungsi lahan menjadi fungsi non pertanian. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani adalah dengan mengubah strategi usaha tani yang dilakukan dari pertanian padi conventional ke pertanian minapadi. Tujuan penelitian ini  untuk melihat teknik budidaya dan untuk menganalisis perbandingan pendapatan dan keuntungan dari sistem pertanian minapadi dengan pertanian padi konvensional. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa teknik minapadi dengan padi konvensional memiliki persamaan dan perbedaan. Secara umum teknik penanaman minapadi sesuai dengan rekomendasi FAO walaupun masih ada beberapa perberdaan karena kesesuaian lokasi. Sementara teknik penanaman padi konvensional belum dilakukan secara optimal karena petani masih menerapkan kebiasaan yang turun temurun. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani minapadi dengan usaha tani konvensional dan tidak ada perbedaan signifikan antara keuntungan minapadi dengan usaha tani konvensional.Kata kunci : usahatani minapadi, usahatani padi konvesional, pendapatan, keuntunganRice fields as rice production resources are decreasing due to the shifting of land functions to non-agricultural functions. One way that can improve farmers' income is to change the agricultural strategy from conventional rice farming to minapadi farming. The purpose of this study is to see the cultivation technique and to analyze the comparison of income and profit of minapadi farming system with conventional rice farming. Data were analyzed descriptively qualitative and quantitative descriptive by using t test. The result of the analysis shows that minapadi farming techniques with conventional rice have similarities and differences. In general, minapadi cultivation techniques are in accordance with FAO recommendations although there are still some differences due to the suitability of the location. While conventional rice cultivation techniques have not been done optimally because farmers are still applying in accordance with the habits and hereditary. From result of t test, there is significant difference of earnings between minapadi farming with conventional rice farming and there is no significant difference of profit between minapadi farming with conventional rice farming. Keywords: Minapadi Farming, Covensional rice farming, Income and Profits