Penelitian ini bertujuan menganalisis konstruksi wacana kekuasaan dan hegemoni dalam pemberitaan Metro TV pasca debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 di Indonesia. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Critical Discourse Analysis (CDA) berdasarkan kerangka Teun A. van Dijk, penelitian ini mengungkap bagaimana media memproduksi narasi yang merefleksikan ketidakberimbangan dan keberpihakan politik. Data diperoleh dari 12 program siaran analisis pasca-debat yang ditayangkan Metro TV pada periode Januari-Maret 2019, dengan kriteria sampel purposif yang mencakup keberagaman narasumber dan kedalaman konten. Analisis difokuskan pada tiga dimensi struktur teks: makro (tematik), superstruktur (skematik), dan mikro (kognisi sosial dan konteks), untuk mengidentifikasi bias linguistik, penekanan naratif, dan pelanggaran terhadap Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan Metro TV cenderung memperkuat hegemoni melalui pemilihan tema dominan, alur penyajian yang menguntungkan salah satu pasangan calon, serta penggunaan strategi retorika dan stilistika yang mengarah pada ketidaknetralan. Penelitian ini juga menemukan bahwa media berperan aktif dalam membangun realitas politik melalui seleksi informasi dan framing yang tidak seimbang, sehingga berpotensi memengaruhi persepsi publik. Implikasi penelitian menekankan pentingnya kritisisme media dan kepatuhan terhadap prinsip jurnalisme independen dalam kontestasi politik. Dengan menggabungkan analisis teks dan konteks sosial, penelitian ini berkontribusi pada kajian wacana media di Indonesia serta relevansinya dengan dinamika demokrasi dan regulasi penyiaran