Kireina Fernanda Utomo
Universitas Brawijaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Deskripsi Semantik: Analisis Kontrastif Onomatope Gijougo Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa Kireina Fernanda Utomo; Sri Endah Tabiati
Kode : Jurnal Bahasa Vol 12, No 3 (2023): Kode: Edisi September 2023
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/kjb.v12i3.48147

Abstract

Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda bunyi, dan sistem bahasa berfungsi sebagai lambang yang berwujud bunyi. Suatu bahasa memiliki kata-kata yang dilambangkan dengan bunyi atau suara yang diwakilinya. Bunyi yang dihasilkan oleh benda atau suara manusia dapat membentuk sebuah kata (Hastini, 2021). Mounin (2000) berpendapat bahwa onomatope adalah ekspresi bunyi yang mengacu pada bunyi yang terjadi di alam dan meniru bunyi yang didengar. Onomatope bahasa Jepang dan bahasa Jawa dapat berfungsi sebagai ekspresi perasaan (gijougo). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan dan persamaan penggunaan onomatope gijougo di bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Informasi dikumpulkan dari kuesioner sebanyak 20 responden mahasiswa sastra Jepang tahun 2018. Data ini dianalisis menggunakan teori Yoshiaki Kurosawa (2014) untuk menunjukkan analisis kontras antara onomatope bahasa Jepang dan bahasa Jawa. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesamaan pengulangan kata dalam onomatope bahasa Jepang dan bahasa Jawa, namun yang membedakan adalah penambahan afiks di awal dan di akhir kalimat. Selain itu, onomatope bahasa Jepang memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa, yaitu Tembung Rangkep Dwilingga Padha Swara dan Dwilingga Salin Swara.Kata Kunci: Analisis Kontrastif, Anomatope, Semantik
Linguistics Landscape in Mojokerto: Use of Language on the Majapahit Kingdom Site Kireina Fernanda Utomo; Nurenzia Yannuar
SUAR BETANG Vol 18, No 2 (2023): December 2023
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v18i2.13348

Abstract

This research examines the use of language in public spaces, especially at the Majapahit Kingdom heritage site, Mojokerto. The aim of this research is to describe how language is used at the Majapahit Kingdom heritage site, Mojokerto using linguistics landscape studies. This research data is a form of language use on posters, signboards, public signs and other signs in the research area that can reflect Mojokerto's designation as a historic city. The research results show that there are seven languages used, namely Indonesian, Javanese, English, Arabic, Hokkien, Mandarin and Pāli. These forms of language use are divided into three categories of language signs in public spaces, namely warning signs, information signs and place names. Factors that influence language signs in public spaces were also found to represent Mojokerto as a heritage site of the Majapahit Kingdom, namely as a place for research and visits for local and foreign tourists. These factors include government regulations, communication needs and marketing promotions for each location.  AbstrakPenelitian ini membahas penggunaan bahasa di ruang publik, khususnya di situs peninggalan Kerajaan Majapahit, Mojokerto. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan penggunaan bahasa di situs peninggalan Kerajaan Majapahit, Mojokerto menggunakan kajian lanskap linguistik. Data penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada poster, papan nama, tanda umum, dan tanda-tanda lain di kawasan penelitian yang dapat mencerminkan sebutan Mojokerto sebagai kota bersejarah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tujuh bahasa yang digunakan, yakni bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Hokkien, bahasa Mandarin, dan bahasa Pali. Bentuk-bentuk penggunaan bahasa tersebut terbagi dalam tiga kategori tanda bahasa di ruang publik, yakni pada kategori tanda peringatan, tanda informasi, dan nama tempat. Ditemukan pula faktor yang memengaruhi tanda bahasa di ruang publik yang merepresentasikan Mojokerto sebagai situs peninggalan Kerajaan Majapahit, yakni sebagai tempat penelitian atau kunjungan bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Faktor tersebut antara lain adanya regulasi pemerintah, kebutuhan komunikasi, dan promosi pemasaran tiap tempatnya.
Penggunaan Campur Kode Bahasa Jepang oleh Pekerja Indonesia di Hokkaido Kireina Fernanda Utomo; Ismatul Khasanah
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 10 No. 1 (2024)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v10i1.3233

Abstract

Bahasa memiliki peran yang penting dalam berkomunikasi. Bahasa juga dapat digunakan sebagai sarana informasi. Saat ini penggunaan lebih dari dua bahasa dalam berkomunikasi merupakan suatu hal yang wajar dan sudah umum digunakan di kalangan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada penggunaan campur kode bahasa oleh pekerja Indonesia di Hokkaido. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang digunakan oleh pekerja Indonesia di Hokkaido. Selain itu juga untuk mengetahui faktor yang memengaruhi penggunaan campur kode tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada 5 orang pekerja Indonesia di Jepang. Pekerja ini berasal dari alumni Sastra Jepang, Universitas Brawijaya yang saat ini bekerja di Hokkaido. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur melalui pesan WhatsApp dan DM Instagram.