Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kerukunan Umat Beragama di SMP N 1 Kelurahan Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Abdi Syahrial Harahap; Hanipa Yansari; Aditya Dharma
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 10 (2023): Proceedings of Seminar Kebangkitan Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadi
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v10i.657

Abstract

Eksplorasi ini didorong oleh keragaman yang berbeda yang ada pada siswa dan siswa yang memiliki berbagai keyakinan di SMP N 1 Kota Kwala Begumit, Lokal Stabat, Aturan Langkat, Wilayah Sumatera Utara. Ada perbedaan perspektif dalam setiap pengikut yang ketat di SMP N 1 Kota Kwala Begumit, Lokal Stabat, Rezim Langkat, penting untuk mendorong sikap kesesuaian antara umat yang ketat dengan tujuan bahwa kesesuaian akan dibuat dalam kehidupan yang ketat dan rasa hormat, hormat, dan bantuan bersama untuk penganut yang ketat. Oleh karena itu, para ilmuwan tertarik untuk mengeksplorasi kesepakatan ketat di SMP N 1 Kota Kwala Begumit, Lokal Stabat, Rezim Langkat, Wilayah Sumatera Utara. Pemeriksaan ini bersifat eksplorasi subyektif, melibatkan metode bermacam-macam informasi seperti persepsi, pertemuan, dan dokumentasi. Penetapan saksi dilakukan dengan pemeriksaan secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kesesuaian yang ketat antara kelompok masyarakat Islam dan Kristen di SMP N 1 kota Kwala Begumit adalah jenis hubungan sosial yang meliputi: korespondensi yang hebat antara Muslim dan Kristen, memeriksa keberadaan sehari-hari atau percakapan tentang pekerjaan dan saling menyambut untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, secara konsisten sopan dan sadar saat berkomunikasi satu sama lain dan sering mengadakan hubungan kekerabatan dengan anggota keluarga terdekat-Nya untuk mempertahankan perasaan perlawanan terhadap penyembah yang ketat. Unsur-unsur yang mendukung terjadinya kesepakatan yang ketat antara kelompok masyarakat Muslim dan Kristen di SMP N 1 Kota Kwala Begumit adalah pemahaman daerah setempat bahwa kesesuaian tidak ada tanpa perhatian individu dari umat Islam dan Kristen di iklim Kwala Begumit. Kemudian ada bidang kekuatan utama bagi seorang dari daerah setempat dalam agama sehingga dalam berkolaborasi siswa tanpa henti saling menghormati, ada sikap perlawanan terhadap profesor yang ketat dalam melakukan cinta khusus mereka.
Klinik Santri: Siswa Aman, Anti Penindasan dan Berprestasi Hanipa Yansari
Proceedings Series on Social Sciences & Humanities Vol. 10 (2023): Proceedings of Seminar Kebangkitan Nasional dan Call for Paper Universitas Muhammadi
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pssh.v10i.670

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang dialami beberapa santri/siswa dalam proses pembelajaran Sosiologi di Madrasah Aliyah Tahfidzil Qur’an Medan. Terdapat 3 orang siswa memiliki permasalahan seperti permasalahan keluarga kurang harmonis, keluarga broken home dan ada juga keluarga yang memiliki pola asuh otoriter. Hal tersebut menjadi kasus khusus karena sama-sama kita ketahui bahwa permasalahan diatas sering sekali mengakibatkan siswa tidak berminat dalam belajar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa berlatarbelakang broken home, keluarga kurang harmonis, dan keluarga yang memiliki pola asuh otoriter sehingga membuat siswa tidak berminat dalam belajar. Maka penting ada suatu pemahaman mengenai latar belakang siswa dengan membangun suatu Klinik Santri yaitu siswa aman, anti penindasan dan berprestasi. Untuk memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang memiliki latar belakang berbeda. Pertama, memberikan pemahaman kepada siswa mengenai konsep diri yang baik. Kedua, memiliki ambisi dalam menggapai cita-cita, perencanaan masa depan yang jelas membuat siswa berlatarbelakang broken home memiliki minat dalam belajar karena tahu harus menggapai cita-cita yang direncanakan. Ketiga, menjadikan motivasi untuk membuktikan jati diri menyebabkan siswa berlatarbelakang broken home tidak ingin diremehkan oleh orang lain karena kondisi keluarganya.