Puskesmas Senabing Kabupaten Lahat pada tahun 2022 menunjukkan persentase balita stunting tertinggi yakni 8,28%. Stunting dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan sistem motorik. Penurunan fungsi motorik pada anak stunting berkaitan dengan rendahnya kemampuan mekanik otot tricep surae sehingga terlambatnya maturasi fungsi otot tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perkembangan motorik anak stunting usia 6-24 bulan. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional. Penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Senabing Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat. Populasi adalah seluruh pasien stunting tahun 2021 hingga Maret 2023 berjumlah 395 orang, sedangkan sampel berjumlah 80 responden adalah anak stunting usia 6-24 bulan. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan usia (nilai p 0,000), jenis kelamin (nilai p 0,038), pekerjaan ibu (nilai p 0,026), pendapatan orang tua (nilai p 0,002), riwayat penyakit infeksi (nilai p 0,032), riwayat BBLR (nilai p 0,040), dan pemberian ASI eksklusif (nilai p 0,010) dengan perkembangan motorik anak stunting usia 6-24 bulan, namun tidak ada hubungan pendidikan ibu (nilai p 0,275), pendidikan ayah (nilai p 1,000), dan pekerjaan ayah (nilai p 0,658) dengan perkembangan motorik anak stunting usia 6-24 bulan. Simpulan penelitian adalah ada hubungan antara usia anak, jenis kelamin anak, pekerjaan ibu, pendapatan orang tua, riwayat penyakit infeksi, riwayat BBLR, dan pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik anak stunting usia 6-24 bulan, namun tidak ada hubungan antara pendidikan ibu, pendidikan dan pekerjaan ayah dengan perkembangan motorik anak stunting usia 6-24 bulan.