Pekerjaan konstruksi PT X bervariasi karena faktor-faktor seperti jenis pekerjaan, metode yang digunakan, nilai kontrak, lokasi pekerjaan, dan leadership, pemimpin proyek, sehingga menghasilkan sistem manajemen ketahanan dan kesehatan yang terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan dan variasi penerapannya pada Proyek Gedung dan Bendungan PT X. Pengumpulan data dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) kualitatif, observasi, dan wawancara mendalam. Kemudian dianalisis menggunakan metodologi kuantitatif dan dilakukan analisis terperinci. Sampel dipilih dengan cara stratified random sampling, yaitu berdasarkan keterwakilan dalam populasi. Hasil pada Proyek Gedung nilai pelatihan dan kompetensi dinilai paling rendah hal ini diartikan bahwa pelaksanaan training K3 dinilai masih kurang optimal sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Kebutuhan pelatihan K3 yang tepat dibutuhkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan kompetensi K3 yang diharapkan. Sedangkan pada Proyek Bendungan untuk nilai prosedur objective rerata terendah elemen ini sangat penting yang berkaitan dengan membangun pemenuhan prosedur dan standar dalam operasional PT X. Dari hasil wawancara dan observasi terlihat bahwa perusahaan berusaha untuk selalu memenuhi syarat-syarat K3 yang berlaku baik pemerintah maupun internal perusahaan. Kesimpulan gambaran tingkat kematangan budaya K3 di PT X pada proyek Gedung sebesar 4,28 sedangkan di Proyek Bendungan sebesar 4,32 artinya perusahaan sudah memiliki tingkat kematangan budaya K3 dengan kategori proaktif, yaitu K3 telah menjadi bagian dari fungsi lini di perusahaan serta memiliki kesiapan baik engineering dan sistem untuk menjadikan K3 sebagai budaya perusahaan.