Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISA SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DI REST AREA CABANG TERBANGGI BESAR PEMATANG KAYU AGUNG (STUDI KASUS SEKITAR JALAN TOL TRANS SUMATRA PT. HUTAMA KARYA) Veronika Kartika Sari; Bernard Hasibuan; Tatan Sukwika
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 3 (2023): SEPTEMBER 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i3.17030

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengelolaan limbah cair di rest area cabang Terbanggi Besar Pematang Kayu Agung atau jalan tol trans Sumatra PT. Hutama Karya. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui strategi pengolahan limbah cair di TBPPKA serta untuk mengetahui kualitas air limbah domestic di TBPPKA. Penelitian ini dilaksanakan di rest area cabang Terbanggi Besar Pematang Kayu Agung pada Agustus tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh limbah cair di rest area cabang Terbanggi Besar Pematang Kayu Agung atau jalan tol trans Sumatra PT. Hutama Karya, sedangkan sampel dalam penelitian ini ialah AHP yaitu 1 kesehatan keselamatan lingkungan, 1 pengawas dan 1 ahli lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif untuk tujuan tertentu, lebih tepatnya Interpretable Structure Modelling (ISM) digunakan sebagai analisis statistik deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah menggunakan grab samping dan wawancara. Analisis statistic yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitin ini yaitu menunjukkan bahwa padatan, minyak dan lemak, dan amonia masih relatif rendah. nilai Total Coliform adalah 8000 dimana keberadaan bakteri ini cukup tinggi dan jumlah total bakteri coliform melebihi batas maksimum baku mutu limbah domestik. Oleh karena itu, sangat penting untuk membersihkan dan mengontrol kualitas limbah di tempat ini serta Pengolahan hasil Process Hierarchy Analysis (AHP) secara keseluruhan menyimpulkan bahwa diantara ketiga kriteria alternatif berdasarkan evaluasi dari ketiga responden, biofiltrasi merupakan pilihan yang paling berbobot. Nilai koefisien fakta sebesar 0,04 yang berarti hasil analisis proses hirarki (AHP) dapat diterima karena nilai fakta ? 0,10.
ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KEMATANGAN BUDAYA KESELAMATAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DAN BENDUNGAN PT X Diana Aulya; Bernard Hasibuan; Sugiarto Sugiarto
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol. 8 No. 2 (2024): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v8i2.11745

Abstract

Pekerjaan konstruksi PT X bervariasi karena faktor-faktor seperti jenis pekerjaan, metode yang digunakan, nilai kontrak, lokasi pekerjaan, dan leadership, pemimpin proyek, sehingga menghasilkan sistem manajemen ketahanan dan kesehatan yang terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan dan variasi penerapannya pada Proyek Gedung dan Bendungan PT X. Pengumpulan data dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) kualitatif, observasi, dan wawancara mendalam. Kemudian dianalisis menggunakan metodologi kuantitatif dan dilakukan analisis terperinci. Sampel dipilih dengan cara stratified random sampling, yaitu berdasarkan keterwakilan dalam populasi. Hasil pada Proyek Gedung nilai pelatihan dan kompetensi dinilai paling rendah hal ini diartikan bahwa pelaksanaan training K3 dinilai masih kurang optimal sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Kebutuhan pelatihan K3 yang tepat dibutuhkan agar dalam pelaksanaan pekerjaan dapat dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan kompetensi K3 yang diharapkan. Sedangkan pada Proyek Bendungan untuk nilai prosedur objective rerata terendah elemen ini sangat penting yang berkaitan dengan membangun pemenuhan prosedur dan standar dalam operasional PT X. Dari hasil wawancara dan observasi terlihat bahwa perusahaan berusaha untuk selalu memenuhi syarat-syarat K3 yang berlaku baik pemerintah maupun internal perusahaan. Kesimpulan gambaran tingkat kematangan budaya K3 di PT X pada proyek Gedung sebesar 4,28 sedangkan di Proyek Bendungan sebesar 4,32 artinya perusahaan sudah memiliki tingkat kematangan budaya K3 dengan kategori proaktif, yaitu K3 telah menjadi bagian dari fungsi lini di perusahaan serta memiliki kesiapan baik engineering dan sistem untuk menjadikan K3 sebagai budaya perusahaan.