Keterbatasan fisik pada perempuan penyandang disabilitas tuna daksa berdampak pada tingkat psychological well-being. Padahal psychological well-being yang baik sangat diperlukan oleh seorang individu untuk menjalani hidupnya. Masalahnya adalah kurangnya penjelasan psychological well-being yang memadai pada perempuan penyandang disabilitas tuna daksa. Untuk mengukur psychological well being digunakan aspek-aspek penerimaan diri (self-acceptance), perkembangan pribadi (personal growth), tujuan hidup (purpose in life), hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), penguasaan terhadap lingkungan (environmental mastery), dan kemandirian (autonomy). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan psychological well-being pada perempuan penyandang disabilitas tuna daksa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara. Secara lebih spesifik, desain penelitian ini menggunakan studi fenomenologi, dengan pemilihan partisipan dengan teknik purposive sampling yang karakteristiknya disesuaikan dengan tujuan penelitian. Partisipan penelitian berjumlah 3 orang dengan inisial IK, SS, dan FR. Teknik analisis data yang dipakai berupa reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing/verification. Dari data yang diperoleh dari partisipan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa psychological well-being pada perempuan penyandang disabilitas tuna daksa IK, SS, dan FR menengah cenderung tinggi. Peran usia, dukungan sosial, ekonomi, kepribadian, dan religiusitas memiliki kontribusi yang besar terhadap psychological well-being yang dimiliki oleh IK, SS, dan FR sehingga IK, SS, dan FR dapat menjalani hidupnya dengan baik meskipun IK, SS, dan FR memiliki keterbatasan fisik.