M.A. Syamsul Arif
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot utilissima) Yetti Komala Sari; Ainin Niswati; M.A. Syamsul Arif; Sri Yusnaini
Jurnal Agrotek Tropika Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.251 KB) | DOI: 10.23960/jat.v3i3.1980

Abstract

Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Provinsi Lampung. Mayoritas petani ubi kayu menerapkan sistem olah tanah intensif beserta aplikasi herbisida kimia dengan anggapan lebih efisien waktu, tenaga, dan biaya namun melupakan dampak negatifnya terhadap kesuburan lahan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap populasi dan biomassa cacing tanah pada pertanaman ubi kayu (Manihot utilissima) diLahan Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Percobaan dirancang menggunakan RAK dengan dua faktor yaitu sistem olah tanah (T) dan aplikasi herbisida (H). Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah intensif (T 1 ) dan olah tanah minimum (T 2 ), sedangkan aplikasi herbisida terdiri dari tanpa aplikasi herbisida (H 0 ) dan aplikasi herbisida (H 1 ). Herbisida yang digunakan yaitu herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat + isopropilamina 2,4 D dengan dosis yang digunakan yaitu 160 ml/1 tangki (1 tangki=16 liter air). Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap populasi dan biomassa cacing tanah, namun perlakuan herbisida berpengaruh terhadap populasi cacing tanah pada pengamatan 0 BST (sebelum tanam), dan uji BNT menunjukkan bahwa populasi cacing tanah lebih tinggi pada lahan yang tidak diaplikasikan herbisida. Populasi danbiomassa cacing tanah ditemukan lebih tinggi pada lapisan tanah 0 – 10 cm dan identifikasi cacing tanah di laboratorium menunjukkan bahwa cacing tanah yang ditemukan yaitu dari famili Megascolecidae genus Pheretima. Uji korelasi menunjukkan bahwa kadar air tanah berpengaruh terhadap populasi maupun biomassa cacing tanah.
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EMISI GAS CO 2 TANAH BEKAS LAHAN ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) YANG DITANAMI KEDELAI (Glycine max L) PADA MUSIM KEDUA Shela Tiara Putri; Henrie Buchari; M.A. Syamsul Arif; Dermiyati Dermiyati
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.215 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2080

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah pada lahan alang-alang (Imperata cylidrica) terhadap emisi CO 2 tanah yang ditanami kedelai (Glycine max L) pada musim ke dua.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan 3 sistem olah tanah, TOT = Tanpa Olah Tanah, OTM = Olah Tanah Minimum, OTI = Olah Tanah Intensif, dengan 6 kali ulangan.Tanaman kedelai digunakan sebagai indikator respon perlakuan yang diterapkan. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya, dengan uji Bartlett dan aditifitas diuji dengan uji Tukey. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji BNT 5%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengamatan hari ke-1, hari ke- 21, dan hari ke-47 tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap emisi CO 2 tanah. Namun pengamatan hari ke-78, sistem olah tanah memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap emisi CO 2 tanah, dan berpengaruh nyata pada hari ke-114 setelah pengolahan tanah. Berdasarkan hasil uji BNT 5% emisi gas CO 2 tanah pada sistem TOT lebih rendah dibandingkan dengan sistem OTM dan sistem OTI serta terdapat korelasi antara emisi gas CO 2 tanah dengan kapasitas tukar kation (KTK).