SNPHAR 2018 (Survey Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja) Kementerian PPA menyatakan 3 dari 4 pelaku kekerasan pada remaja adalah teman sebayanya. Data Riskesdas 2018 menunjukkan 6% penduduk DKI berusia15-24 tahun depresi dan 10% mengalami stres dan kecemasan. Survei WHO menemukan kehidupan remaja lekat dengan stresor yang kemudian memicu masalah emosional dan kejiwaan. Masa remaja merupakan masa transisi perubahan fisik, kognitif, sosial-emosional, tanggung jawab dan tuntutan sosial yang semakin besar. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama teman, mengembangkan otonomitas, konflik dengan orang tua, mulai tertarik dengan seksualitas dan terlibat dalam perilaku seksual. Remaja membutuhkan konseling dengan sebaya melalui PIK-R yang dapat berjejaring PPKS Universitas YARSI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjalankan fungsi PIK-R di setiap sekolah mitra, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Siswa SLTA dalam memahami dan mengenali gejala masalah kejiwaan pada remaja, mewujudkan sistem rujukan antara PIK-R dan Guru BK sebagai klinik satelit dan PPKS Universitas YARSI untuk meningkatkan jejaring layanan informasi, konseling dan pendampingan bagi siswa-siswa SLTA Jakarta Pusat. Metode yang digunakan adalah pelatihan tatap muka Peer Konselor siswa secara tatap muka dan pendampingan sekolah. Hasil menunjukkan Pelatihan Peer Konselor dianggap berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa, uji Wilcoxon p<0,005. Peserta pelatihan sudah mampu menjadi narasumber di webinar di sekolah masing-masing. Kegiatan pelatihan dan pendampingan secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dan meningkatkan jejaring PPKS universitas YARSI.