Sumadi -
FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50299 Telp./Fax. (024) 8508033

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

OPTIMASI STERILISASI PERMUKAAN DAUN DAN ELIMINASI ENDOFIT PADA BURAHOL Noor Aini Habibah; Sumadi -; Sri Ambar
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 5, No 2 (2013): September 2013
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v5i2.2748

Abstract

AbstrakBurahol termasuk tanaman yang buahnya dapat dimakan, dan mempunyai zat-zat aktif yang berpotensi sebagai obat dan deodoran alami. Kultur in vitro merupakan salah satu cara dalam produksi metabolit sekunder. Tingginya kontaminasi merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam kultur  in vitro. Salah satu sumber kontaminan adalah eksplan yang digunakan dalam kultur in vitro. Optimasi sterilisasi permukaan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pengembangan kultur in vitro. Penelitian ini bertujuan mendapatkan prosedur optimasi sterilisasi permukaan eksplan daun burahol dan juga melakukan deteksi dan eliminasi edofit pada daun burahol. Optimasi sterilisasi permukaan dilakukan dengan perlakuan variasi konsentrasi klorox dan waktu perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun burahol mengandung jamur endofit. Eliminasi jamur endofit dapat dilakukan dengan penyiraman tanaman dengan fungisida. Sterilisasi permukaan eksplan yang paling optimal adalah dengan fungisida selama 24 jam, dilanjutkan dengan perendaman bakterisida dan fungisida selama 30 menit, perendaman pada alcohol 70% selama 1 menit, dilanjutkan dengan klorox 15% 10 menit, dan klorox 10% 10 menit berturut-turut. AbstractBurahol has active substances with potential as a drug and natural deodorant. In vitro culture is one way to production of secondary metabolites. High contamination is one of the things that become obstacles in in vitro culture . One of the contaminant source is explant that used in in vitro culture. Optimization of surface sterilization is a very important first step in the development of in vitro culture. This study aims to get the optimization procedure surface sterilization of burahol leaf explant and also perform detection and elimination endophyte on burahol leaves. Optimization surface sterilization is done by treatment by variations clorox concentration and immersion time. The results showed that the burahol leaves contain fungal endophytes. Endophytic fungus elimination can be done by sprinkling the plants with fungicides. Explant surface sterilization is the most optimal with fungicide for 24 hours, followed by immersion bactericide and fungicide for 30 minutes, immersion in 70 % alcohol for 1 min, followed by 10 minutes clorox 15 %, and 10 % clorox 10 minutes.
Optimasi Jenis dan Konsentrasi ZPT dalam Induksi Kalus Embriogenik dan Regenerasi menjadi Planlet pada Carica pubescens (Lenne & K.Koch) Nika Sari; Enni Suwarsi R; Sumadi -
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 6, No 1 (2014): March 2014
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v6i1.3785

Abstract

Carica pubescens (Lenne K. Koch) Badillo atau Vasconcellea pubescens, di Indonesia hanya ditemukan di daerah pegunungan Dieng dan Bali. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan yang efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh jenis dan konsentrasi ZPT terhadap induksi kalus embriogenik pada media ½ MS pada C. Pubescens. Penelitian pertama (induksi) merupakan percobaan 2 faktor yang disusun menggunakan rancangan acak petak tersarang (Split block Design) dengan 4 ulangan. Penelitian kedua (regenerasi kalus) merupakan percobaan satu arah yang disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Analisis menggunakan ANAVA dan uji lanjut BNT dengan taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi kalus embriogenik dari eksplan jaringan daun paling tinggi didapatkan pada perlakuan ZPT 2,4-D 3 mg/l + TDZ 1 mg/l yang ditambahkan pada media ½ MS, menghasilkan persentase kalus dan berat kalus yang paling tinggi. Untuk regenerasi jenis ZPT BAP dengan konsentrasi 4 mg/l dalam media MS arang aktif yang mengandung NAA 0,2 mg/l, menghasilkan persentase pembentukan kalus menjadi tunas dan jumlah kalus yang membentuk tunas dengan hasil yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menginduksi kalus embriogenik menggunakan kombinasi ZPT 2,4-D dan thidiazuron, sedangkan untuk regenerasinya menggunakan ZPT BAP dan NAA.In Indonesia, Carica pubescens (Lenne K. Koch) Badillo and Vasconcellea pubescens only found in mountainous areas in Dieng and Bali. Tissue culture is an efficient propagation technique. The aim of this research was to assess the effect of the type and concentration of plant growth regulator on embryogenic callus induction on ½ MS medium in C. Pubescens. The first study (induction) was a two factor experiment were prepared using a nested plot randomized complete block design (Split block design) with 4 replications. The second study (callus regeneration) is a one-way experiment which prepared using a completely randomized design (CRD) with four replications. Data were analyzed using ANAVA and LSD to further test error level of 5%. The results showed that the induction of embryogenic callus from leaf tissue explants obtained at the highest 2,4-D treatment PGR 3 mg/l+TDZ 1 mg/l were added to the media ½ MS, produce weight percentage of callus and callus highest. For regeneration of PGR BAP with a concentration of 4 mg/l in MS medium containing activated charcoal NAA 0.2 mg/l, a greater percentage of callus formation into buds and the number of callus forming buds with optimal results. Based on the research results, it suggested to induce embryogenic callus using PGR combination with 2,4-D and thidiazuron, while for regeneration was suggested to use PGR BAP and NAA.