Edial Rusli
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Citra dan Tanda Malioboro dalam Konstruksi Fotografi Edial Rusli
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 14, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v14i1.2133

Abstract

Perkembangan zaman akan mengubah citra dan simbol Malioboro. Citra kawasan yang dulunya asri dan nyaman itu sekarang berubah menjadi semrawut dan tidak nyaman lagi. Keadaan ini menstimulasi ide penciptaan karya bahwa ruang publik Malioboro yang semrawut dan tidak nyaman itu dipersonifikasikan sebagai rumah besar yang ruang-ruangnya telah disekat-sekat layaknya kamar pribadi yang nyaman dengan kamar yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Konsep penciptaan dan perwujudan ini merupakan kumpulan objek imaji visual fotografi yang realistis untuk dikonstruksikan kembali dengan tujuan menghasilkan realitas imajiner. Pendekatan teori penciptaan ini adalah citra, konstruksi fotografi, dan makna. Proses eksperimentasi dan pembentukan karya diawali dari imaji-imaji visual fotografi yang dikumpulkan, diseleksi, dan direpresentasikan dengan citra objek kaum urban yang berjuang untuk hidup dan ruang cagar budaya yang terpinggirkan oleh bangunan modern di Malioboro melalui imaji visual fotografi. Imaji-imaji visual fotografi dari suatu realitas imaji masa lalu tersebut diimajinasikan ke masa yang akan datang untuk dikonstruksi kembali menjadi kesatuan dengan menggunakan teknik montase dan kolase digital imaging ke bentuk imajinasi visual fotografi yang imajinatif dan bernilai kreatif estetis untuk dimaknai kembali pada keadaan sekarang. Penciptaan karya ini tidak lagi berbicara tentang tataran teknis saja, namun juga berbicara tentang estetika, citra, tanda-tanda dan makna baru di dalamnya. Melalui penciptaan karya ini, masyarakat diharapkan dapat mengetahui citra, proses konstruksi, penyajian penciptaan karya, dan makna yang dihadirkan kembali dari perwujudan imaji ke bentuk karya imajinasi visual fotografi yang bernilai kreatif estetis. Karya imajinasi visual fotografi ini diharapkan menjadi media untuk mengungkapkan perasaan atau ekspresi dan emosi estetis pencipta dalam bentuk parodi visual. Penciptaan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah citra/imaji/makna baru dan untuk membangun rasa memiliki serta kesadaran akan permasalahan tata kehidupan dan tata ruang Malioboro sekarang ini.AbstractImage and Symbols of Malioboro in the Construction of Photography. Change of time will change the image and symbol of Malioboro. The image of this area that once was beautiful and comfortable now has changed into a chaotic and an uncomfortable one. This situation has stimulated an idea of creating artworks that the public space of Malioboro which is chaotic and uncomfortable is personified as a big house with separated rooms as in private bedrooms with their own uniqueness. The concept of the creation and the embodiment is a compilation of objects from photography visual images, which are realistic to be reconstructed with the aim of generating an imaginary reality. The approach for this creation is a photography construction’s image and its meaning. The processes of experimentation and the formation of the works were started with the visual images of photography which were collected, selected, and represented with the images of urban people who struggle to live there and the cultural heritage which is marginalized by modern buildings in Malioboro through visual images of photography. Visual images of photography from the past reality of those images were imagined into the future time to be reconstructed as a unity by using techniques of montage and collage in digital imaging which would transform them into creative and aesthetic photography visual imagination to be reinterpreted in recent time. This creation does not only articulate the technique itself, but also to articulate the aesthetics, images, signs and new meanings in them. Through this creation, society is expected to know the images, the construction process, the presentation, and the meaning which are brought back from the visualization of images to the form of creative and aesthetic photography visual imagination. It is expected to be a media to express the artist’s aesthetic feeling and emotion in the form of visual parody. This creation is expected to be beneficial in enriching the corpus of new images/meanings and to raise the sense of belonging as well as awareness of the problem of life order and the spatial layout of current Malioboro.
Respons Khalayak terhadap Vandyke Brown Print Irwandi And Edial Rusli
Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Rekam 6
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v0i0.367

Abstract

This article discusses the forms of old print socialization to the community through the implementation of promotional mix method. The efforts were made to encourage the demand for old print products effectively to potential target audiences as well as looking for markets that form the foundation needs to be prepared. Print method that socialized is vandyke brown print. This method, based on the SWOT analysis is potentially the largest to be marketed to the public. The activites of promotional mix in this research are socialization, recruitment, workshop for potential stakeholders, such as photography business, Student Activity Unit, photography community, and high school students / vocational and promotion in various media. The result of socialization through the promotional mix shows that the target audience wants utilize old photographic print in their activities. They want to be able to do their own old printing process the print, the constraint is plagued with expensive materials. It cannot be purchased in retail. Audience response in this study should be followed by opening a new market space for the old print in Indonesia. One of the the new market here is old print service print services print and sales of chemical and materials to print with the old method of print.
Imajinasi Ke Imajinasi Visual Fotografi Edial Rusli
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 12, No 2 (2016): Oktober 2016
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v12i2.1426

Abstract

AbstrakImaji visual fotografi merupakan media rekam visual yang objektif dan representatifkebenarannya dalam merekam suatu realitas. Revolusi teknologi menyebabkan perubahandari teknologi fotografi analog sebagai salah satu media yang menyatakan kebenaran ataubukti dan sebagai media yang representatif kebenarannya ke teknologi digital yang dapatmemungkinkan untuk merekayasa gambar digital melalui perangkat lunak. Teknologi digitaltelah menjadikan kebenaran dalam sebuah foto tidak lagi absolut. Akhirnya fotografi sebagaialat perekam imaji yang representatif kebenarannya semakin diragukan. Karena semakin sulituntuk membedakan foto asli atau palsu, bahkan sebuah foto asli bisa saja dikatakan sebagaihasil manipulasi. Penciptaan imajinasi visual fotografi ini dihasilkan dari suatu olah daya pikirmanusia. Dalam proses tersebut dibutuhkan suatu kreativitas dari penggabungan imaji-imajisebelumnya atau sekarang ini untuk diimajinasikan. Pemaknaan akan bergeser dari imaji visualfotografi menjadi imaji visual fotografi yang baru. Proses artistik imajinasi visual ini diciptakandengan didasarkan pada artistik yang berdasarkan imajinasi, artistik berdasarkan imajinasi danartistik didasarkan pada kombinasi antara kenyataan dan imajinasi. Penciptaan Imajinasi visualfotografi merupakan daya untuk mengonstruksi ataau menggabungkan kembali dari berbagaiimaji-imaji atau foto- secara imajinatif dan kreatif dengan persepsi yang menyertainya untukmenjadi imaji baru yang utuh, logis, dan mungkin terjadi dengan menggunakan teknik danefek fotografi. Proses mengonstruksi membutuhkan suatu kemampuan berimajinasi untukmenggabungkan dan menyatukannya untuk menjadi satu kesatuan (unity) yang utuh dalam satupermukaan gambar/imaji secara ekspresif dan imajinatif melalui proses estetis yang kreatifberdasarkan ciri personal penciptanya. Dengan demikian, hasil dari proses konstruksi tersebutsudah tidak tampak lagi imaji sebelumnya dan pemaknaannya sudah bergeser menjadi karyaimaji dengan pemaknaan baru.AbstractImage to Photography Visual Imagination. Visual image of photography is a visual recordingmedia which is objective and representative in revealing the truth when recording a reality. Thetechnology revolution led to the change in photography, from analog photographic technologyas one of the media for promoting truth or evidence and as media representing truth to thedigital technology which allow people to manipulate digital images through software. Digitaltechnology has made the truth in a photograph is no longer absolute. In the end, photographyas an images recording tool representing truth is doubted. It is getting harder and moredifficult to distinguish the original or fake photo, even an original photo can be said as aresult of manipulation.The creation of visual imagination photography is produced by thepower of human thought. The process requires a creativity of merging the previous or recentimages to imagine. The meanings will be shifted from visual image photography into a newvisual image photography. Visual imagination of the artistic process is created on the basisof artistic imagination, artistic imagination and artistic are based on a combination of realityand imagination.The creation of visual photography imagination is a power to construct orrecombine from multiple images or pictures imaginatively and creatively with the perceptionto be a whole new image, logical, and may occur with the use of techniques and photographiceffects. The process of constructing requires an ability of imagining to combine and unitethem into a single unit as a unity which is intact on s single surface of the picture/image,expressively and imaginatively through an aesthetic creative process based on the personalcharacteristics of the creator. By doing so, the construction process will no longer visible onthe former image and the meaning will shift into an image with a new meaning.
Realisme Magis Imaji ke Imajinasi Visual Fotografi Edial Rusli
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 18, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v18i1.6904

Abstract

 Berbagai imaji dan imajinasi yang dialami secara pribadi adalah inspirasi yang terasa familiar dan mudah diselami dalam melahirkan suatu proses ide yang kreatif, yang dalam hal ini adalah menciptakan karya seni fotografi yang estetis.  Berawal dari pengalaman pribadi yang kala itu tumbuh di tengah kaum urban di pusat niaga Kota Yogyakarta, yaitu kawasan Malioboro dan kebetulan pada masa dewasa lalu berkecimpung di dunia fotografi, muncullah inspirasi untuk menciptakan karya fotografi seni tentang Malioboro. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memaparkan bagaimana proses kreatif dalam menciptakan karya fotografi, yang pada akhirnya akan memberikan konstruksi makna yang baru terhadap visual fotografis.  Karya fotografi yang secara umum diakui keotentikan realitasnya, terkadang justru melebihi realitas itu sendiri.  Sebagai kerangka teoretis, realisme magis dapat melampaui dan bahkan melepaskan diri dari realitas yang ada sehingga membuka ruang pluralitas yang luas. Metode observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi dipadukan dengan teknik digital imaging berupa visual kolase dan montase menjadikan karya fotografi tentang kawasan Malioboro bernilai seni dan estetis. Penciptaan karya ini tidak sekadar membahas tentang tataran teknis yang membentuknya, akan tetapi lebih tentang estetika dan rekonstruksi makna yang kemudian muncul. Dengan menggunakan pendekatan realisme magis dalam membuat konsep karya fotografi, hadirlah karya foto seni yang representatif dan estetis dalam menggambarkan pluralitas yang ambigu dalam keseharian di kawasan Malioboro. Various images and imaginations that are personally experienced is an inspiration that feels familiar and easy to explore in incubating a creative process of ideas, which in this case is to create aesthetic photographic artwork.  Starting from personal experiences that was raised in the middle of urban community in the commercial center of Yogyakarta, namely Malioboro area, and later when growing up happened to be engaged in the field of photography, triggered an inspiration to create art photography about Malioboro. The purpose of this article is to describe how the creative process of creating photographic works will eventually give the construction of new meaning to photographic visuals.  Photography works that are generally recognized for their authenticity of reality, sometimes even exceed reality itself. As a theoretical framework, magical realism can transcend and even break away from existing realities, thus opening up a vast space of plurality.  The methods applied were observation, exploration, and experimentation combined with digital imaging techniques in the form of visual collages and montages, in order to make photographic works about Malioboro area become valuably artistic and aesthetics. The creation of this photography work no longer speaks of the technical state that shaped it, but rather about the aesthetics and reconstruction of the meaning that exists in it.  By using magical realism as the approach in conceptualizing the photographic works, there is a representative and aesthetic work of art in describing ambiguous plurality in everyday life in Malioboro area.
Ilustrasi Fitur Aplikasi Plunq Versi 3.6.7 dalam Fotografi Komersial Gressandy Rangga Irawan; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.077 KB) | DOI: 10.24821/specta.v3i1.2834

Abstract

 Kegiatan perjalanan atau travelling merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia sehingga muncul banyak penyedia jasa perjalanan, baik secara offline maupun online.Plunq adalah salah satu aplikasi yang menyediakan layanan untuk saling berbagi perjalanan secara online dan sebagai pasar online (Online Marketplace) bagi para pegiat wisata lokal di seluruh Indonesia.Aplikasi ini memiliki beberapa fitur, salah satunya adalah fitur Rencana Perjalanan yang memuat beberapa komponen untuk menciptakan sebuah rencana perjalanan.Kata kunci :ilustrasi, fitur, Plunq, fotografi komersial 
CERMIN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN FOTOGRAFI FASHION PADA BAYI DENGAN BAJU RAJUT Yustina Novita Sari; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 5, No 1 (2021): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v5i1.3741

Abstract

Mirror as The Idea of Fashion Photography Creation for Knitted Baby Clothes. Knit clothes are clothing made from yarn with a creative knitting process by linking the yarns so that they are formed into a clothing item with the variety of patterns and colors of the yarns that will show pattern on the clothes. Lack of promotion makes the fashion product just known by few people, especially the knitwear worn by babies aged 0 to 12 months. Therefore it is deemed necessary to draw up a marketing strategy in the form of a photo catalog. The creation of this photography work serves to help promote knitwear, especially for babies aged 0 to 12 months, to the general public. Fashion photography is a branch of photography focusing on the clothes, accessories, and other goods that will promote a product. In commercial photography, some creative processes of this creation used a light setting and some concepts that will strengthen the visual of the photo. The methods used were conducting stages of exploration, experimentation, and digital processing. Data research is done at the stage of exploration, along with market analysis, and SWOT analysis to strengthen the visual of the photography. The result shows that this fashion photography hopefully would give some visual insights and new references that could enrich the photography creation in portraying the knitted baby clothes worn by 0-12 months babies. Another result shows that the photoworks could be implemented in promotion media or knitwear product advertisements.   ABSTRAKBaju rajut adalah baju yang terbuat dari benang dengan proses kreatif rajut yang cara pembuatannya mengaitkan benang secara teratur sehingga terbentuklah sebuah baju dengan corak dan warna benang yang beragam yang akan terbentuk di baju tersebut. Kurangnya promosi menyebabkan sedikit masyarakat yang mengetahui produk busana khususnya baju rajut yang dikenakan oleh bayi dengan usia 0 hingga 12 bulan. Oleh sebab itu, dianggap perlu untuk menyusun strategi pemasaran dalam bentuk foto katalog. Penciptaan karya ini bertujuan untuk membantu mempromosikan baju rajut, khususunya untuk bayi dengan usia 0-12 bulan, kepada khalayak umum. Fotografi fashion adalah cabang fotografi yang fokus pada busana, aksesoris, dan perlengkapannya yang berfungsi untuk mempromosikan sebuah produk. Dalam dunia fotografi komersial proses kreatif pembuatan karya menggunakan penataan cahaya dan konsep yang dapat memperkuat foto. Metode yang digunakan meliputi tahapan eksplorasi, eksperimentasi, dan proses olah digital. Dalam tahapan eksplorasi dilakukan pencarian data, analisis pasar, dan analisis SWOT untuk memperkuat penataan visual karya fotografi. Hasil penciptaan karya fotografi fashion ini diharapkan mampu memberi tampilan visual dan menjadi referensi baru yang bisa memperkaya penciptaan fotograf. Ide penciptaan karya dengan menggunakan cermin bertujuan untuk membentuk refleksi yang menjadi fokus utama dalam foto yang dapat menampilkan detail baju rajut.
FOTO PRODUK AMANDA GRIYA KEBAYA DENGAN ELEMEN PENDUKUNG BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI YOGYAKARTA Tyas Afrian; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1895.064 KB) | DOI: 10.24821/specta.v2i1.2469

Abstract

AbstrakKebaya yang dulu mendapat sorotan sebagai pakaian kuno kini menjadi pakaian yang modern dan modis. Melalui media fotografi fashion, akan menarik apabila baju kebaya modifikasi dapat divisualisasikan dengan latar belakang bangunan cagar budaya di Yogyakarta sebagai elemen pendukung sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para penikmat seni. Fotografi fashion dipilih karena mampu menampilkan produk yang dijual. Dalam karya ini, tantangan yang menarik adalah eksekusi dengan menyatukan kebaya yang modern dengan latar pemotretan berupa bangunan cagar budaya di Yogyakarta, terlebih apabila detail kebaya dapat jelas terlihat. Untuk itu, dilakukan serangkaian metode untuk menggali data yaitu observasi, studi pustaka, dan wawancara. Dlam penciptaan karya dilakukan melalui tahapan ini, yaitu kontemplasi, pravisualisasi, persiapan, eksekusi, hingga pascaproduksi. Karya foto produk dari Griya Amanda Kebaya dalam fotografi fashion ini tidak sekadar menampilkan busana secara visual, tetapi terdapat muatan informasi tentang kebaya dan bangunan yang dipakai. Melalui karya-karya ini didapatkan bahwa kebaya yang disandingkan dengan bangunan cagar budaya menjadi lebih menarik dan mudah dalam menyampaikan atau menanamkan brand image kepada audience, sehingga audience tertarik untuk menyewa atau membuat kebaya di Amanda Griya Kebaya. Kata kunci: Amanda Griya Kebaya, kebaya, cagar budaya, fotografi fashion  Abstract Product Photography of Amanda Griya Kebaya with Cultural Heritage Buildings in Yogyakarta as Supporting Elements.  Kebaya (a traditional Javanese blouse worn by women) which was considered as an old-fashioned dress, now becomes a modern and stylish dress, of course through a long and uneasy journey. With the medium of fashion photography, it will be interesting if the modified kebaya dress can be visualized with the background of cultural heritage buildings in Yogyakarta as supporting elements, so that it will give a certain impression for art enthusiasts. Fashion photography was chosen because it can show the product that will be sold. Fashion photography aims to make the designed dress looks interesting so that people would be eager to buy it. In this project, the challenge to combine the modern kebaya with the background of cultural heritage buildings in Yogyakarta is interesting to be executed, especially if the details of the kebaya can be seen clearly. To answer that challenge, a series of processes was carried out with some methods namely observation, literature review, and also interview. The steps that were carried out in this project were started with the description of the kebaya dress of Amanda Griya Kebaya, contemplation, pra-visualization, preparement, excecution, until post-production. The result came with the photographs of Amanda Griya Kebaya's product with the supporting element of cultural heritage buildings in Yogyakarta. In the implementation, it was not only creating an artwork that shows the dress visually, but also adding a content of information about the kebaya itself and the buildings used as the backgrounds. Through all of the photoworks, it can be concluded that the kebaya dress combined with cultural heritage building is more interesting and it is also easier to communicate or advertise the brand image to the audience, so that the audience will be interested to rent or order kebaya dress in Amanda Griya Kebaya. Keywords: kebaya, cultural heritage buildings, fashion photography, griya
REOG TULUNGAGUNG DI SANGGAR TARI DANDHANG SAPUTRO MUDHO DALAM FOTOGRAFI DOKUMENTER Abdul Kholid; Edial Rusli; Zulisih Maryani
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.518 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i2.1904

Abstract

Penciptaan karya berorientasi pada sosok seniman Suratmin Wibisono sebagai dasar acuan atau kerangka cerita pemahaman tentang eksistensi Reog Tulungagung yang dikembangkan di sanggar miliknya. Reog Kendhang sebelum diubah nama menjadi Reog Tulungagung adalah sebuah tarian penggambaran prajurit kerajaan yang memiliki latar belakang yang bersinggungan dengan masyarakat Tulungagung. Dandhang Saputro Mudho merupakan sanggar seni yang mengembangkan serta melestarikan kesenian tari tradisional yang telah ditetapkan menjadi ikon Kabupaten Tulungagung ini. Metode EDFAT digunakan dalam pengambilan gambar. Metode entire untuk pengambilan menyeluruh, detail dalam pengamatan bagian tertentu, frame sebagai cara pengemasan foto yang terfokus, angle pengambilan sudut yang menarik, serta time untuk pemvisualisasian pergerakan objek. Selain itu, bentuk potret digunakan untuk mengenalkan objek secara personal. Foto-foto dokumenter yang diciptakan berjumlah 20 karya foto tunggal. Setiap karya disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah narasi teks visual. Hasil pemilihan karya kegiatan yang paling banyak adalah kegiatan yang dilakukan di lingkungan sanggar Dandhang Saputro Mudho. Hal ini dikarenakan sanggar bukan hanya menjadi pusat berkegiatan seni, tetapi juga tempat anggota sanggar bermain dan bersosialisasi. Selain itu, lokasi sanggar yang juga berdekatan dengan rumah Suratmin dan beberapa anggota sanggar. Kata Kunci: reog tulungagung, sanggar tari dandhang saputro mudho, fotografi dokumenter
ANALISIS SEMIOTIKA PENGGUNAAN ESTETIKA FOTO POTRET DALAM KARYA SENI STENSIL DIGIE SIGIT Fahla Fadhillah Lotan; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.459 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i1.1896

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana foto potret digunakan sebagai media pencipta visual dalam proses pembuatan karya seni stensil dari seniman Digie Sigit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan estetika kemudian dianalisis secara semiotika yang mengkaji tanda-tanda visual yang merujuk pada teori denotasi dan konotasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa penjelasan deskriptif yang bersifat eksploratif untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi data (data triangulations) dengan wawancara terhadap objek yang diteliti dan bisa dipercaya. Berdasarkan analisis data dijelaskan bahwa seni stensil dari Digie Sigit memiliki muatan makna penting yang diutarakannya dengan menggunakan visual sebagai ingatan pada masyarakat. Digie Sigit menggunakan media seni stensil yang berawal dari olah fotografi sebagai metode propaganda yang paling mudah untuk menyasar publik secara luas. Perubahan foto potret secara bentuk yang akhirnya menjadi karya seni grafis memberikan pengaruh dalam tataran metode aplikasi fotografi. Hal tersebut menjadi tambahan pengetahuan tentang aplikasi fotografi yang juga mampu memasuki ranah seni lain selain seni media rekam. Tataran makna yang terkandung dalam karya-karya seni stensil dari Digie Sigit, kekuatan pengaruh tanda-tanda visual menjurus pada denotasi akan karyanya yang diterjemahkan secara konotasi terkait dengan isyarat yang ditampilkannya secara visual sebagai sebuah kritik sosial.Kata Kunci : semiotika, estetika, foto potret, seni stensil
PROPAGANDA ANTINAZI PADA FOTO MONTASE KARYA JOHN HEARTFIELD DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SEMIOTIKA Naufal Akbar; Edial Rusli; Irwandi Irwandi
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 2 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i2.7616

Abstract

Penelitian ini berfokus pada hubungan antara kesenian dengan konteks sosial, politik, dan budaya. Karya seni tersebut ialah foto montase. Visualisasi pada foto montase terkadang menggambarkan realitas sosial yang muncul dan berkembang pada era sebelum Perang Dunia II dimulai. Di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung yang merupakan majalah kelas pekerja pada masa Perang Dunia II terdapat salah satu seniman foto montase bernama John Heartfield yang menerbitkan foto-foto montasenya yang mengandung propaganda anti-Nazi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna foto montase John Heartfield sebanyak empat karya yang terdapat di majalah Arbeiter Illustrierte Zeitung. Metode penelitian kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi literature, dan arsip, serta metode analisis melalui tataran denotasi dan konotasi dengan teori semiotika Roland Barthes. Penelitian ini juga untuk mengetahui bagaimana John Heartfield mengomunikasikan propaganda melalui karya-karyanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa foto montase propaganda antiNazi karya John Heartfield secara denotasi mengandung makna kritik melalui visual penggabungan sosok Adolf Hitler, Swastika, dan Dewi Themis dengan simbol-simbol yang berlandaskan kebudayaan Bangsa Eropa Kuno. Secara konotasi makna kritik yang terkandung menunjukkan kritik atas kejahatan politik dan perang yang dilakukan Bangsa Jerman, mulai dari Kekaisaran Prussia hingga Partai Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. John Heartfield mengomunikasikan propagandanya dengan teknik name calling dan card stacking.Antinazi Propaganda on Photomontage By John Heartfield With a Semiotic Analysis Approach. This research focused on the relationship between art and social context, politic, and culture. The artwork is photomontages. Visualization on photomontage sometimes describe the social reality that emerged and developed at the era before World War II started. In Arbeiter Illustrierte Zeitung magazine which was a working class magazine during World War II there was one photomontage artist named John Heartfield who published his photomontages containing anti-Nazi propaganda. The purpose of this research was to determine the meaning of four photomontages by John Heartfield. The research method is carried out by observing and collecting data at the level of denotation and connotation with Roland Barthes' semiotic theory, as well as knowing how John Heartfield communicates propaganda through his works. The results of this research indicate that the photomontages of antiNazi propaganda by John Heartfield denotatively contains the meaning of criticism through visuals combining the figure of Adolf Hitler, Swastika, and goddess Themis with symbols based on ancient Europeans culture. In connotation, the meaning of criticism contained shows criticism of political and war crimes committed by the German people, from The Prussian Empire to The Nazi Party led by Adolf Hitler.