Adya Arsita
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Simulakra Baudrillard dalam Multidimensi Posmodernisme: Kajian Fotografi Makanan dalam Media Sosial Instagram Adya Arsita
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 13, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v13i2.1932

Abstract

Makanan kini dipandang dengan sudut pandang yang berbeda, karena ia tak lagi sekedar kebutuhan pokok, tetapi telah dimaknai jauh dari fungsi utamanya.  Telah sekian lama makanan menjadi simbol kemakmuran orang yang berpunya sejak dari abad ke-16 dan ke-17 yang ditunjukkan dalam lukisan-lukisan di masa itu, yang kini kemudian meraih masa gemilangnya melalui berbagai tayangan di televisi, majalah, dan buku-buku masakan.  Makanan tidak lagi sekedar apa yang dimakan, tetapi menjadi sesuatu yang dipamerkan dan berkembang menjadi gaya hidup.  Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi, orang cenderung mengumbar kegemarannya akan makanan melalui berbagai media sosial, salah satu yang terkenal yaitu Instagram.  Visualisasi makanan telah diekspos sedemikian rupa dari menu rumahan yang sederhana hingga makanan kelas atas yang biasanya tersaji di restoran mewah.Tulisan ini membahas banyaknya foto-foto makanan yang diunggah ke dalam berbagai akun Instagram dan kemudian akan dicoba untuk menemukan bagaimana unggahan tersebut mempengaruhi keseharian kita.  Metode yang digunakan adalah mengaitkan teori simulakra dari Baudrillard dengan pendekatan multidimensi posmodernisme.  Akun Instagram dipilih secara acak berdasarkan tampilan enam frame pertamanya yang menampilkan foto-foto makanan, yang kemudian foto-foto tersebut dianalisis menggunakan kajian simulakra dari Baudrillard. Hasil temuan dari analisis menunjukkan bahwa orang tidak lagi mengonsumsi sesuatu (makanan) sesuai fungsinya, tanpa disadari mereka telah mengonsumsi sebuah tanda yang akhirnya akan meletakkan mereka ke dalam hirarki, kelompok, dan kelas dengan kemampuan mengonsumsi yang sama.  Instagram merupakan salah satu media sosial yang menggunakan foto sebagai instrumen untuk berkembangnya budaya visual yang makin memperkuat berlangsungnya simulakra dalam keseharian, yang memisahkan objek dari apa yang seharusnya direpresentasikannya hingga ke ambang batas nihilisme dan orang tidak bisa lagi mengenali apa yang sesungguhnya mereka apresiasi. Food has been seen in different views nowadays, it is not merely one of the staples, but it has gone far beyond its primary function.  Food has long been a symbol of prosperity of the haves since the 16th  until the 17th century through paintings, which later these days regains its triumph in the abundant TV shows, magazines and cook books.  Food is no longer what we eat, but it is something to show off and lately it has become a lifestyle.  Along with the advanced communication technology, people tend to flaunt their food fetish through various social media, one that has become so popular is Instagram.  The visuality of food has been vividly exposed from simple home cooking   menu to high-end foods such those served in fine dining restaurants.   This article tries to analyze the massive photographs of food uploaded in several random accounts of Instagram, and then to find out to what extent they influence our everyday life.  The method employed is Baudrillard’s simulacra with a hint of approach of multidimensional postmodernism.  Random accounts of Instagram were chosen based on their first six frames or feeds all exposing food,  then those photographs were elaborated and analyzed using Baudrillard’s simulacra.          The findings show that people no longer consume something (food) as it is, but they have consumed ‘signs’ or the prestige symbols embedded in that object.  The act of consuming signs will finally put them in certain hierarchy, groups, and classes with the same interest and ability to consume the same sign in the same way.  Instagram as one  of the social media using the photograph as the instrument in blossoming the visual culture strengthens the simulacra that happens in daily basis, that it seems separating the object from what it should represent until it fades to nihilism and people can hardly recognize what they really appreciate.
Eksplorasi Jukstaposisi Visual dalam Novel Grafis ‘The Photographer’ Adya Arsita; Daru Tunggul Aji
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 16, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v16i1.3853

Abstract

The Exploration of Visual Juxtaposition in a Graphic Novel titled ‘The Photographer’. Comic as a story book full of drawings is now popular under the name of graphic novel, which in its development begins to vary.  A graphic novel titled ‘The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Borders’ presents two types of pictorial texts, which are drawings in comic styles and photographic works.  The study of this graphic novel aims to explore the visual juxtaposition of the comics and photographs by establishing the graphic novel as the narrative medium in delivering the message and context as well as how they intertwine with each other since there are two types of pictorial texts.  The development of technology in photography has made it possible to actuate photography juxtaposed with other visual media which have come to popularity in advance, to blend, and to combine a unique and specific narrative combination.  The method employed in this research is a qualitative method that believes in a holistic reality as a result of a construction of comprehension of case by case since the characteristic of each case is different one to another. Besides that, the multimodal discourse is also employed as an approach proportionally to evaluate the effectiveness of the message and the contextual meaning of its visual juxtaposition. Therefore, the result is expected to bridge over the understanding of various visual texts given sequentially by using the approach of multimodal discourse as the instrument for an effective communication in enhancing the visual literacy.  ABSTRAKKomik sebagai sebuah buku cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan istilah  novel grafis, makin hari makin berkembang keragamannya.  Dalam sebuah novel grafis yang berjudul The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with  Doctors without Borders disajikan dua jenis teks piktorial, yaitu dalam gambar komik dan karya foto.  Pengkajian novel grafis ini akan mencoba mengeksplorasi jukstaposisi visual yang berupa gambar komik dan hasil karya fotografi dengan menempatkan novel grafis sebagai media naratif dalam menyampaikan pesan dan makna serta menilik saling keterkaitannya satu sama lain dengan munculnya dua ragam jenis teks piktorial.  Perkembangan teknologi dalam dunia fotografi membuat fotografi mampu menyandingkan diri dengan media visual lain yang lebih dahulu populer, melebur dengan saksama, dan menciptakan kombinasi naratif yang unik dan spesifik. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan prinsip bahwa suatu realitas yang bersifat menyeluruh adalah sebagai hasil konstruksi dari pemahaman terhadap kasus per kasus karena sifat suatu masalah yang satu berbeda dari yang lain.  Selain itu, pendekatan kajian dengan multimodal discourse juga akan diaplikasikan untuk meninjau efektivitas pesan dan pemaknaan jukstaposisi visualnya. Dengan demikian, hasil analisis diharapkan akan membantu menjembatani  pemahaman teks visual yang hadir secara beragam secara sekuensial dengan pendekatan wacana multimodal sebagai upaya komunikasi yang efektif dalam meningkatkan literasi visual.  
Ilustrasi Fitur Aplikasi Plunq Versi 3.6.7 dalam Fotografi Komersial Gressandy Rangga Irawan; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.077 KB) | DOI: 10.24821/specta.v3i1.2834

Abstract

 Kegiatan perjalanan atau travelling merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia sehingga muncul banyak penyedia jasa perjalanan, baik secara offline maupun online.Plunq adalah salah satu aplikasi yang menyediakan layanan untuk saling berbagi perjalanan secara online dan sebagai pasar online (Online Marketplace) bagi para pegiat wisata lokal di seluruh Indonesia.Aplikasi ini memiliki beberapa fitur, salah satunya adalah fitur Rencana Perjalanan yang memuat beberapa komponen untuk menciptakan sebuah rencana perjalanan.Kata kunci :ilustrasi, fitur, Plunq, fotografi komersial 
JUKSTAPOSISI FOTOGRAFI DI NOVEL GRAFIS ‘THE PHOTOGRAPHER’ Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.849 KB) | DOI: 10.24821/specta.v2i2.2554

Abstract

AbstrakPenelitian ini hendak mengkaji fungsi-fungsi dokumenter dalam karya fotografi yang divisualisasikan berdampingan dengan gambar-gambar komik dalam sebuah novel grafis berjudul ‘The Photographer: Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Borders’.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu apakah nilai dokumenter karya foto bisa tetap diapresiasi layaknya foto dokumenter ataukah ada peralihan fungsi ketika dua jenis piktorial disandingkan bersamaan. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis adalah metode kualitatif yang menganggap bahwa setiap petunjuk adalah penting untuk dianalisis.  Kemudian potongan-potongan informasi yang didapat dikaji dengan pendekatan fotografi dokumenter. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam ranah ilmu kajian fotografi sekaligus kajian komik (comic studies). Dalam ranah fotografi, fotografi dokumenter akan makin ‘berbicara’ dan memaksimalkan fungsinya ketika terbantu dengan teks piktorial lain. Untuk ranah kajian komik, hadirnya citraan fotografi justru akan memperjelas pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak melalui gambar-gambarnya. Kata kunci: jukstaposisi, fotografi, novel grafis, dokumenter    AbstractJuxtaposition of Photography in a Graphic Novel Titled ‘The Photographer’. This research studied the documentary function in photography works visualized side to side with the comic drawings in a graphic novel titled ‘The Photographer:Into War-Torn Afghanistan with Doctors without Borders’. The aim of this research was to find out whether the documentary photographs are still appreciated as they are, or there are any changes of function when those two pictorials are juxtaposed. The method employed in this research was qualitative method which considered that each clue was important to be analyzed.  Then, each of them would be studied using approaches from the view point of documentary photography.  The result of this research hopefully could give a contribution to the photography studies and comic studies. Photographs will ‘speak louder’ and will have their greatest value when supported by other kind of pictorials.  While in comic studies, the photographs will be able to send messages better through their drawings when juxtaposed with photographs. Keywords:  juxtaposition, photography, graphic novel, documentary
CERMIN SEBAGAI IDE PENCIPTAAN FOTOGRAFI FASHION PADA BAYI DENGAN BAJU RAJUT Yustina Novita Sari; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 5, No 1 (2021): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v5i1.3741

Abstract

Mirror as The Idea of Fashion Photography Creation for Knitted Baby Clothes. Knit clothes are clothing made from yarn with a creative knitting process by linking the yarns so that they are formed into a clothing item with the variety of patterns and colors of the yarns that will show pattern on the clothes. Lack of promotion makes the fashion product just known by few people, especially the knitwear worn by babies aged 0 to 12 months. Therefore it is deemed necessary to draw up a marketing strategy in the form of a photo catalog. The creation of this photography work serves to help promote knitwear, especially for babies aged 0 to 12 months, to the general public. Fashion photography is a branch of photography focusing on the clothes, accessories, and other goods that will promote a product. In commercial photography, some creative processes of this creation used a light setting and some concepts that will strengthen the visual of the photo. The methods used were conducting stages of exploration, experimentation, and digital processing. Data research is done at the stage of exploration, along with market analysis, and SWOT analysis to strengthen the visual of the photography. The result shows that this fashion photography hopefully would give some visual insights and new references that could enrich the photography creation in portraying the knitted baby clothes worn by 0-12 months babies. Another result shows that the photoworks could be implemented in promotion media or knitwear product advertisements.   ABSTRAKBaju rajut adalah baju yang terbuat dari benang dengan proses kreatif rajut yang cara pembuatannya mengaitkan benang secara teratur sehingga terbentuklah sebuah baju dengan corak dan warna benang yang beragam yang akan terbentuk di baju tersebut. Kurangnya promosi menyebabkan sedikit masyarakat yang mengetahui produk busana khususnya baju rajut yang dikenakan oleh bayi dengan usia 0 hingga 12 bulan. Oleh sebab itu, dianggap perlu untuk menyusun strategi pemasaran dalam bentuk foto katalog. Penciptaan karya ini bertujuan untuk membantu mempromosikan baju rajut, khususunya untuk bayi dengan usia 0-12 bulan, kepada khalayak umum. Fotografi fashion adalah cabang fotografi yang fokus pada busana, aksesoris, dan perlengkapannya yang berfungsi untuk mempromosikan sebuah produk. Dalam dunia fotografi komersial proses kreatif pembuatan karya menggunakan penataan cahaya dan konsep yang dapat memperkuat foto. Metode yang digunakan meliputi tahapan eksplorasi, eksperimentasi, dan proses olah digital. Dalam tahapan eksplorasi dilakukan pencarian data, analisis pasar, dan analisis SWOT untuk memperkuat penataan visual karya fotografi. Hasil penciptaan karya fotografi fashion ini diharapkan mampu memberi tampilan visual dan menjadi referensi baru yang bisa memperkaya penciptaan fotograf. Ide penciptaan karya dengan menggunakan cermin bertujuan untuk membentuk refleksi yang menjadi fokus utama dalam foto yang dapat menampilkan detail baju rajut.
FOTO PRODUK AMANDA GRIYA KEBAYA DENGAN ELEMEN PENDUKUNG BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI YOGYAKARTA Tyas Afrian; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1895.064 KB) | DOI: 10.24821/specta.v2i1.2469

Abstract

AbstrakKebaya yang dulu mendapat sorotan sebagai pakaian kuno kini menjadi pakaian yang modern dan modis. Melalui media fotografi fashion, akan menarik apabila baju kebaya modifikasi dapat divisualisasikan dengan latar belakang bangunan cagar budaya di Yogyakarta sebagai elemen pendukung sehingga memberikan kesan tersendiri bagi para penikmat seni. Fotografi fashion dipilih karena mampu menampilkan produk yang dijual. Dalam karya ini, tantangan yang menarik adalah eksekusi dengan menyatukan kebaya yang modern dengan latar pemotretan berupa bangunan cagar budaya di Yogyakarta, terlebih apabila detail kebaya dapat jelas terlihat. Untuk itu, dilakukan serangkaian metode untuk menggali data yaitu observasi, studi pustaka, dan wawancara. Dlam penciptaan karya dilakukan melalui tahapan ini, yaitu kontemplasi, pravisualisasi, persiapan, eksekusi, hingga pascaproduksi. Karya foto produk dari Griya Amanda Kebaya dalam fotografi fashion ini tidak sekadar menampilkan busana secara visual, tetapi terdapat muatan informasi tentang kebaya dan bangunan yang dipakai. Melalui karya-karya ini didapatkan bahwa kebaya yang disandingkan dengan bangunan cagar budaya menjadi lebih menarik dan mudah dalam menyampaikan atau menanamkan brand image kepada audience, sehingga audience tertarik untuk menyewa atau membuat kebaya di Amanda Griya Kebaya. Kata kunci: Amanda Griya Kebaya, kebaya, cagar budaya, fotografi fashion  Abstract Product Photography of Amanda Griya Kebaya with Cultural Heritage Buildings in Yogyakarta as Supporting Elements.  Kebaya (a traditional Javanese blouse worn by women) which was considered as an old-fashioned dress, now becomes a modern and stylish dress, of course through a long and uneasy journey. With the medium of fashion photography, it will be interesting if the modified kebaya dress can be visualized with the background of cultural heritage buildings in Yogyakarta as supporting elements, so that it will give a certain impression for art enthusiasts. Fashion photography was chosen because it can show the product that will be sold. Fashion photography aims to make the designed dress looks interesting so that people would be eager to buy it. In this project, the challenge to combine the modern kebaya with the background of cultural heritage buildings in Yogyakarta is interesting to be executed, especially if the details of the kebaya can be seen clearly. To answer that challenge, a series of processes was carried out with some methods namely observation, literature review, and also interview. The steps that were carried out in this project were started with the description of the kebaya dress of Amanda Griya Kebaya, contemplation, pra-visualization, preparement, excecution, until post-production. The result came with the photographs of Amanda Griya Kebaya's product with the supporting element of cultural heritage buildings in Yogyakarta. In the implementation, it was not only creating an artwork that shows the dress visually, but also adding a content of information about the kebaya itself and the buildings used as the backgrounds. Through all of the photoworks, it can be concluded that the kebaya dress combined with cultural heritage building is more interesting and it is also easier to communicate or advertise the brand image to the audience, so that the audience will be interested to rent or order kebaya dress in Amanda Griya Kebaya. Keywords: kebaya, cultural heritage buildings, fashion photography, griya
FOTOGRAFI DOKUMENTER ORANG DENGAN KETERBELAKANGAN MENTAL DI DESA KREBET DAN DESA SIDOHARJO, JAMBON, PONOROGO, JAWA TIMUR Wilantika Wilantika; Pitri Ermawati; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 4, No 2 (2020): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v4i2.3746

Abstract

Documentary Photography Of People With Mental Retardation In Krebet Village And Sidoharjo Village, Jambon, Ponorogo, East Java.Documentary photography of people with mental illness in the village of Sidoharjo and Krebet in the District of Ponorogo tries to visualize the life of people with mental illness. This creation is based on the classification of people with mental illness according to the Tribowo Tuahta Ginting in Guidelines for Diagnosis Classification of Mental Disorders (PPDGJ III) consisting of: mental illness with the category of mild, moderate, severe, and very severe. Visualization in the creation of this photography work shows the highlighted other sides of people with mental illness which has been unknown by people in general. Those include activities, interactions, and portraits of people with mental illness.  The visualization was actualized by the element of documentary photography.  Hopefully the general public would be able appreciate those people and no longer underestimate them. ABSTRAKPenciptaan karya fotografi dokumenter ini bertujuan untuk memvisualkan kehidupan orang dengan keterbelakangan mental di Desa Krebet dan Sidoharjo Ponorogo. Penciptaan ini berlandaskan pada pengklasifikasian orang dengan keterbelakangan mental menurut Tribowo Tuahta Ginting  dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III) yang terdiri dari: keterbelakangan mental kategori ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Visualisasi dalam penciptaan berupa karya foto yang menampilkan sisi lain yang menarik dari orang-orang dengan keterbelakangan mental yang tidak diketahui masyarakat umum. Hal tersebut mencakup dari aktivitas, interaksi, dan potret dari orang dengan keterbelakangan mental. Kesemuanya tersebut divisualisasikan dengan elemen-elemen fotografi dokumenter. Dengan demikian, diharapkan masyarakat umum dapat lebih menghargai mereka dan tidak lagi memandang mereka dengan sebelah mata.
ANALISIS SEMIOTIKA PENGGUNAAN ESTETIKA FOTO POTRET DALAM KARYA SENI STENSIL DIGIE SIGIT Fahla Fadhillah Lotan; Edial Rusli; Adya Arsita
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.459 KB) | DOI: 10.24821/specta.v1i1.1896

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana foto potret digunakan sebagai media pencipta visual dalam proses pembuatan karya seni stensil dari seniman Digie Sigit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan pendekatan estetika kemudian dianalisis secara semiotika yang mengkaji tanda-tanda visual yang merujuk pada teori denotasi dan konotasi. Analisis data dalam penelitian ini berupa penjelasan deskriptif yang bersifat eksploratif untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena. Uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi data (data triangulations) dengan wawancara terhadap objek yang diteliti dan bisa dipercaya. Berdasarkan analisis data dijelaskan bahwa seni stensil dari Digie Sigit memiliki muatan makna penting yang diutarakannya dengan menggunakan visual sebagai ingatan pada masyarakat. Digie Sigit menggunakan media seni stensil yang berawal dari olah fotografi sebagai metode propaganda yang paling mudah untuk menyasar publik secara luas. Perubahan foto potret secara bentuk yang akhirnya menjadi karya seni grafis memberikan pengaruh dalam tataran metode aplikasi fotografi. Hal tersebut menjadi tambahan pengetahuan tentang aplikasi fotografi yang juga mampu memasuki ranah seni lain selain seni media rekam. Tataran makna yang terkandung dalam karya-karya seni stensil dari Digie Sigit, kekuatan pengaruh tanda-tanda visual menjurus pada denotasi akan karyanya yang diterjemahkan secara konotasi terkait dengan isyarat yang ditampilkannya secara visual sebagai sebuah kritik sosial.Kata Kunci : semiotika, estetika, foto potret, seni stensil
FOTO IKLAN SEBAGAI MEDIA PROMOSI PADA INSTAGRAM "AH LURIK" Achmad Syaeful Huda; Muhammad Fajar Apriyanto; Adya Arsita
Specta : Journal of Photography, Arts, and Media Vol 6, No 1 (2022): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v6i1.5633

Abstract

UMKM named "AH Lurik" is one of the lurik businesses located in Klaten City which has existed since 1959, has developed with a number of fashion products and accessories. The lack of promotion causes many young people, especially in terms of the products offered, therefore it is necessary to have visuals that are used to make young people interested in these products. Promotion is one means to boost sales, because promotions can attract the attention of consumers to buy. Promotion can be done by uploading photos through Instagram online media, the purpose of making this work is to make commercial photos as promotional media for "AH Lurik". The methods used include exploration, improvisation, and formation. In the exploration stage, they search for data, while improvisation performs experiments such as lighting, color selection, and objects, then in the formation of the work, they turn sketches into photographs. The basic form of work creation is a product variant, which is produced by “AH Lurik”, and is implemented through the social media platform Instagram. Thus, the results of commercial photography can attract the attention of consumers, especially young people to buy and preserve the lurik culture in Indonesia.