Livia Syafnir
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH TEMPAT TUMBUH TERHADAP PARAMETER MUTU SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Gymnanthemum amygdalinum (Delile) Sch.Bip.) YANG TUMBUH DI KABUPATEN BANDUNG DAN KOTA SAMARINDA Erlisa Irawati Putri; Livia Syafnir; Kiki Mulkiya
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8173

Abstract

Daun Afrika adalah tumbuhan dengan nama latin (Gymnanthemum amygdalinum). Tanaman daun Afrika dapat ditanam di lokasi yang cerah dan lembab. Tanaman daun Afrika tumbuh di semua jenis tanah, namun daun Afrika tumbuh subur di tanah yang kaya humus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tempat tumbuh tanaman daun Afrika terhadap parameter mutu dan kandungan senyawa didalamnya. Ekstrak daun Afrika dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini daun Afrika yang berasal dari Kota Samarinda memiliki rendemen sebesar 23,10% dan daun Afrika yang berasal dari Kabupaten Bandung memiliki rendemen sebesar 12,79%. Parameter simplisia maupun ekstrak yang dihasilkan antara kedua tanaman yang tumbuh di dua tempat berbeda tersebut memiliki perbedaan meliputi kadar abu, kadar air, susut pengeringan, kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol. African leaf is a plant with the Latin name (Gymnanthemum amygdalinum). African deciduous plants can be grown in sunny and humid locations. African leaf plants grow in all types of soil, but African leaf thrives in humus-rich soil. This study aims to determine the influence of differences in the place where African leaf plants grow on the quality parameters and compound content in them. African leaf extract is made by maceration method using 70% ethanol solvent. The results obtained from this study African leaves from Samarinda City have a yield of 23.10% and African leaves from Bandung Regency have a yield of 12.79%. The parameters of simplisia and extract produced between the two plants that grow in two different places have differences including ash content, moisture content, drying shrinkage, water soluble juice content and ethanol soluble juice.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Escherichia coli Raihan Tresna Munggaran; Livia Syafnir; Indra Topik Maulana
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.9170

Abstract

Abstrak. Diare adalah penyakit yang dapat disebabkan infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan terdapat banyak penderita pada waktu yang singkat di dunia termasuk Indonesia. Salah satu penanganannya dapat dengan menggunakan senyawa antibakteri yang terkandung dalam tanaman obat seperti seledri (Apium graveolens L.). Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium tujuannya untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun seledri terhadap Escherichia coli serta konsentrasi hambat minimumnya. Zona hambat ditentukan untuk konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 50% dan 75% menggunakan metode difusi agar cara sumuran. Hasil penelitian disimpulkan bahwa ekstrak daun seledri memiliki aktivitas antibakteri dengan konsentrasi paling baik yaitu 75% dan mulai memberikan aktivitas pada konsentrasi 15%. Abstract. Diarrhea is a disease caused by a gastrointestinal infection that affects an extensive amount of people worldwide, including Indonesia. Antibacterial compounds found in medical plants, such as celery (Apium graveolens L.) can be used as one of the treatments. This research is a laboratory experiment that aims to determine the inhibition of celery leaf extract against the test bacteria, Escherichia coli. Using the well diffusion method, inhibition zones were determined for concentrations of 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 50%, and 75%. The results of the study can be concluded that celery leaf extracts have antibacterial activity at the highest effective concentration of 75% and begin toprovide activity at a concentration of 15%.
Penelusuran Pustaka Potensi Antioksidan Keluarga Cucurbitaceae dan Kaitannya dalam Pemanfaatan sebagai Antiinflamasi Delvinie Angelia Kusdianty; Kiki Mulkiya; Livia Syafnir
Jurnal Riset Farmasi Volume 4, No. 1, Juli 2024, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v4i1.3858

Abstract

Abstrak. Tanaman keluarga Cucurbitaceae adalah salah satu keluarga tanaman dengan spesies yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis serta memiliki berbagai manfaat yakni aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Antioksidan dapat membantu mengurangi peradangan dengan menghambat produksi radikal bebas yang dapat memicu reaksi inflamasi dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh. Penelusuran pustaka ini bertujuan untuk mengetahui dan mengumpulkan data mengenai keterkaitan jenis tanaman-tanaman yang memiliki potensi aktivitas antioksidan dan antiinflamasi dari keluarga Cucurbitaceae. Metode yang dilakukan pada penelusuran ini adalah dengan menggunakan Systematic Literatur Review (SLR). Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kulit buah Citrullus lanatus memiliki nilai  sebesar 14,729 μg/mL dengan aktivitas antiinflamasinya yang dapat meningkatkan ketebalan epitel duodenum mencit sebesar 19,03±4,47 μm setelah diinduksi ovalbumin, pada ekstrak n-heksana buah Cucurbita moschata nilai  sebesar 30,75 μg/mL dengan aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol buah Cucurbita moschata konsentrasi 5% dapat mengurangi pembengkakan edema akibat diinduksi putih telur 5% pada kaki tikus, dan pada ekstrak etanol bunga Ecballium elaterium nilai  sebesar 46,01 μg/mL dengan aktivitas antiinflamasi yang dapat mengurangi pembengkakan edema sebesar 82,93% yang diakibatkan induksi karaginan pada kaki mencit. Abstract. The plant family Cucurbitaceae is one of the families of plants with species that are found in tropical and subtropical areas and have various benefits from their activities as antioxidants and anti-inflammatory agents. Antioxidants can help reduce inflammation by inhibiting the production of free radicals that trigger inflammatory reactions in the body and damage the cells and body tissues. The systematic literature review is to find out and collect data on the types of plants that have potential antioxidant and anti-inflammatory activity in the Cucurbitaceae family. The method used in this search is to use a Systematic Literature Review (SLR). The results showed that the antioxidant activity of the ethanol extract of Citrullus lanatus rind had an  value of 14,729 μg/mL with its anti-inflammatory activity, which increased the thickness of the duodenal epithelium of mice by 19,03 ± 4,47 μm after being induced by ovalbumin. In the n-hexane extract of Cucurbita moschata fruit, the  value was 30,75 μg/mL with the anti-inflammatory activity of the ethanol extract of Cucurbita moschata fruit. Cucurbita moschata concentration of 5% can reduce oedema swelling due to 5% egg white-induced oedema in rat feet, and in the ethanol extract of Ecballium elaterium flower, the  value is 46,01 μg/mL with anti-inflammatory activity, which can reduce edoema swelling by 82,93%, which is caused by carrageenan induction in mice's feet.
Aktivitas Antibakteri Daun Beluntas (Pluchea indica L.) terhadap Bakteri Penyebab Jerawat Staphylococcus epidermidis Wini Dwiyunianti; Yani Lukmayani; Livia Syafnir
Jurnal Riset Farmasi Volume 4, No. 1, Juli 2024, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v4i1.3889

Abstract

Abstract. Indonesia is a tropical country that has various types of plants. One of the plants that can grow in Indonesia is beluntas. Beluntas are plants that belong to the Asteraceae tribe which can grow wild. Beluntas are generally used as hedges or as additional food such as vegetables and fresh vegetables. One of the benefits of beluntas is as an antibacterial. This study uses the Systematic Literature Review (SLR) method. This study aims to find, collect, and conclude the literature on the antibacterial potential of beluntas leaves (Pluchea indica L) against Staphylococcus epidermidis. . Based on a literature search, beluntas leaf extract has antibacterial activity against the acne-causing bacteria Staphylococcus epidermidis. Abstrak. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai jenis tanaman. Salah satu tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia adalah beluntas. Beluntas merupakan tanaman yang termasuk kedalam suku Asteraceae yang dapat tumbuh secara liar. Beluntas pada umumnya digunakan sebagai tanaman pagar ataupun sebagai makanan tambahan seperti sayur dan lalapan. Salah satu manfaat dari beluntas adalah sebagai antibakteri. Penelitian ini menggunakan metode Systematik Literatur Review (SLR). Penelitian ini bertujuan untuk mencari, mengumpulkan, dan menyimpulkan literatur tentang potensi antibakteri daun beluntas (Pluchea indica L) terhadap Staphylococcus epidermidis. . Berdasarkan penelusuran pustaka ekstrak daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat Staphylococcus epidermidis.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Alkesa terhadap S. aureus dan E. coli Fakhrul Akbar Arrahim; Vinda Maharani Patricia; Livia Syafnir
Jurnal Riset Farmasi Volume 4, No. 1, Juli 2024, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v4i1.3891

Abstract

Abstract. Alkesa fruit (Pouteria campechiana (Kunth) Baehni) has many benefits, one of which is suspected to possess pharmacological activity as an antibacterial agent. Staphylococcus aureus and Escherichia coli are pathogenic bacteria that commonly cause diseases in humans, such as diarrhea. The aims of this study was to determine the antibacterial activity of the ethanol extract of alkesa fruit against Staphylococcus aureus and Escherichia coli, as well as to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC). The antibacterial activity test was conducted using the agar diffusion method with ethanol extract of alkesa fruit at concentrations ranging from 35% to 100% (w/v). The results showed that the ethanol extract of alkesa fruit exhibited the same level of activity against both bacteria, with the same minimum inhibitory concentration, which is 36%. Abstrak. Buah alkesa (Pouteria campechiana (Kunth) Baehni) memiliki banyak manfaat yang salah satunya diduga memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan bakteri patogen yang biasanya menimbulkan penyakit pada manusia contohnya yaitu penyakit diare. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah alkesa terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta menentukan Konsentrasi Hambat Minimum. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar sumuran menggunakan ekstrak etanol buah alkesa dengan rentang konsentrasi 35% - 100% (b/v). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah alkesa memiliki aktivitas  yang sama terhadap kedua bakteri dengan konsentrasi hambat minimum yang sama yaitu 36%.
Pengujian Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap Parameter Standar Mutu Ekstrak Daun Kelor Muhammad Ichsan Nurfahmi; Kiki Mulkiya Yuliawati; Livia Syafnir
Jurnal Riset Farmasi Volume 4, No. 2, Desember 2024, Jurnal Riset Farmasi (JRF)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrf.v4i2.5198

Abstract

Abstract. Safety, efficacy, and quality are important factors that must be possessed by every raw material that will be used as medicine. Moringa leaves (Moringa oleifera L.) have been widely used as raw materials for making traditional medicines, so it is necessary to standardize to produce good quality simplisia. The purpose of this study was to test the effect of different extraction methods on the standard parameters of moringa leaf extract extract extracted by two different methods, namely maceration and reflux. Standardization of moringa leaf extract consists of specific and non-specific parameter tests. Specific parameter tests include organoleptic examination, while non-specific parameter tests include determination of the specific gravity of viscous extracts. Organoleptic examination results obtained moringa leaf extract obtained by maceration and reflux have a thick form, brownish green color, distinctive odor, and bitter taste. The results of determining the specific gravity of moringa leaf thick extract obtained by maceration have a specific gravity of 0.9044 g/mL ± 0.2, while moringa leaf thick extract obtained by reflux has a specific gravity of 1.0258 g/mL ± 0.05. Moringa leaf extract produced by reflux and maceration has standard quality parameters that meet standardized criteria. Abstrak. Keamanan, khasiat, dan kualitas merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh setiap bahan baku yang akan dijadikan sebagai obat. Daun kelor (Moringa oleifera L.) telah banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional, sehingga perlu dilakukan standarisasi untuk menghasilkan mutu simplisia yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan pengujian pengaruh perbedaan metode ekstraksi terhadap parameter standar ekstrak daun kelor yang diekstraksi dengan dua metode berbeda yaitu maserasi dan refluks. Standarisasi ekstrak daun kelor yang dilakukan terdiri dari uji parameter spesifik dan non spesifik. Uji parameter spesifik meliputi pemeriksaan organoleptik, sedangkan uji parameter non spesifik meliputi penetapan bobot jenis ekstrak kental. Hasil pemeriksaan organoleptik diperoleh ekstrak daun kelor yang diperoleh dengan cara maserasi dan refluks memiliki bentuk kental, berwarna hijau kecoklatan, bau khas, dan rasa yang pahit. Hasil penetapan bobot jenis ekstrak kental daun kelor yang diperoleh dengan cara maserasi memiliki bobot jenis 0,9044 g/mL ± 0,2, sedangkan ekstrak kental daun kelor yang diperoleh dengan cara refluks memiliki bobot jenis 1,0258 g/mL ± 0,05. Ekstrak daun kelor yang dihasilkan dengan cara maserasi dan refluks memiliki parameter standar mutu yang memenuhi kriteria terstandar.