Community acquired pneumonia (CAP) merupakan peneumonia yang berasal dari komunitas yang merupakan infeksi akut parenkim paru meliputi aveolus dan jaringan intestinal yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penggunaan antibiotik empirik di setiap negara dapat berbeda-beda sesuai dengan sensitifitas bakteri maupun pola kuman di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan terapi antibiotik empirik serta hubungannya terhadap luaran klinik pada pasien anak dengan CAP dirawat inap RSA UGM Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cohort retrospektif. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan CAP dirawat inap RSA UGM Yogyakarta pada periode Januari 2021 – Januari 2022. Data pada penelitian ini bersumber dari catatan medik RSA UGM, selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara ketepatan penggunaan antibiotik empirik dengan luaran klinik menggunakan analisis chi-square. Jumlah pasien pada 1 Januari 2021 – 1 Januari 2022 didapatkan total 90 pasien kemudian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 69 pasien dengan 80 regimen terapi antibiotik empirik. Sebanyak 55 pasien dengan umur < 5 tahun, pasien pada penelitian ini lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 39 pasien. Pasien pada penelitian ini paling banyak menggunakan terapi tunggal dengan antibiotik sefalosporin generasi 3 yakni seftriakson sebanyak 38 pasien, terapi kombinasi yang paling banyak adalah ampisilin dan gentamicin sebanyak 8 pasien. Berdasarkan penilaian Gyssens sebanyak 30 pasien menerima terapi antibiotik empirik dengan tepat. Berdasarkan uji chi-square terdapat hubungan antara ketepatan antibiotik empirik dengan luaran klinik pasien dengan nilai p= 0,039 (p= <0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh ketepatan penggunaan antibiotik empirik terhadap luaran klinik pasien