Nanang Munif Yasin
Faculty of Pharmacy UGM

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Medication Therapy Management terhadap Persepsi Sakit dan Outcome Klinik Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Kota Yogyakarta Nanang Munif Yasin; Tri Murti Andayani; Yanverty Idda Listyana
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.63876

Abstract

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang komplek membutuhkan perawatan medis berkelanjutan dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kendali glikemik. Penyakit DM memerlukan managemen terapi yang tepat, salah satu upaya yang diberikan adalah Medication Therapy Management (MTM). Pasien yang mendapatkan MTM memiliki persepsi sakit terhadap penyakitnya menjadi lebih baik dan akan berpengaruh pada hasil terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan farmasi berbasis MTM terhadap persepsi sakit dan outcome klinik pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Kota Yogyakarta pada periode Maret-April 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental one group with pretest and posttest design. Analisa menggunakan uji paired sample t-test dengan signifikansi yang digunakan P<0,05. Responden berjumlah 20 orang, merupakan pasien diabetes melitus tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapatkan pelayanan farmasi berbasis MTM oleh apoteker berupa asesmen, edukasi, dan konseling. Hasil penelitian diperoleh skor persepsi sakit pasien terhadap penyakitnya yang diukur menggunalan brief illness perception questionnaire (BPI-Q), sebelum mendapatkan pelayanan MTM 49,95±10,41 menjadi 50,45± 10,06 (P=0.780). Outcome klinik berupa kadar glukosa darah puasa semula 128,66±43,99 mg/dL menjadi 129,96±23,46 mg/dL (P=0,876) setelah mendapatkan pelayanan berbasis MTM. MTM pada penelitian ini bisa meningkatkan skor persepsi sakit pasien terhadap penyakitnya meskipun belum berbeda bermakna, sedangkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa pasien belum memberikan perbaikan outcome klinik pasien. Diperlukan penelitian dengan periode waktu yang lebih lama dan jumlah responden yang lebih banyak.  
Rasionalitas Terapi Antibiotik Empiris Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang Achmad Quraisy Aljufri; Nanang Munif Yasin; Djoko Wahyono
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.53702

Abstract

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang dapat diperoleh di lingkungan komunitas atau rumah sakit. Di Indonesia sendiri terdapat peningkatan prevalensi pneumonia selama beberapa tahun terakhir dari 1,6% (2013) menjadi 2,0% (2018), dengan prevalensi di provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 1,8%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pemberian antibiotik empiris yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas terapi antibiotik empiris serta hubungannya dengan clinical outcome pasien dengan pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional retrospektif untuk meneliti rasionalitas terapi antibiotik empiris pada pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel yang diambil adalah seluruh pasien dengan pneumonia selama periode Januari 2017-Mei 2019. Analisis terhadap rasionalitas terapi antibiotik empiris dilakukan dengan menggunakan kategori Gyssens dan dilanjutkan dengan uji Chi-square. Terdapat 86 pasien yang diuji pada penelitian ini. Sebanyak 80 pasien telah diberikan terapi antibiotik empiris yang rasional dengan 77,5% clinical outcome pasien dinyatakan membaik dan sebanyak 6 pasien telah diberikan terapi antibiotik empiris yang tidak rasional dengan 33,3% clinical outcome pasien dinyatakan membaik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian antibiotik empiris yang rasional dapat meningkatkan clinical outcome pasien dengan pneumonia (p=0,035).
Pengaruh Readmisi Terhadap Biaya pada Pasien PPOK Eksaserbasi Akut dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Trirahmi Hardiyanti; Nanang Munif Yasin; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 3 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i3.65382

Abstract

Peningkatan beban ekonomi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) tidak terlepas dari adanya pengaruh readmisi dan faktor-faktor yang berhubungan seperti lama rawat inap, komorbid, dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan lama rawat inap, komorbid, dan pekerjaan dengan readmisi serta mengetahui pengaruh readmisi terhadap biaya pada pasien PPOK eksaserbasi akut di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Data diambil secara retrospektif melalui rekam medik dan data dari bagian keuangan yang berisi biaya perawatan pasien rawat inap PPOK eksaserbasi akut di RS Paru Respira Yogyakarta periode 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2019. Data readmisi diperoleh dari rekam medik, diamati dalam kurun waktu satu sampai tiga tahun setelah pasien dilakukan rawat inap. Analisis biaya dilakukan dari perspektif rumah sakit meliputi biaya medis langsung, yaitu biaya kamar, biaya keperawatan, biaya jasa pelayanan medik, biaya tindakan non medik, biaya penunjang medik, dan biaya obat serta barang medik.  Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan readmisi dan seberapa besar pengaruh frekuensi readmisi terhadap biaya menggunakan uji Chis-square dan Mann-whitney. Penelitian ini terdiri dari 100 pasien dengan 74 pasien tanpa readmisi dan 26 pasien readmisi. Karakteristik pasien yang dominan meliputi berusia ≥ 66 tahun; berjenis kelamin laki-laki; memiliki lama rawat inap < 4 hari; memiliki komorbid ≥ 1; bekerja sebagai petani, buruh, dan pekerja swasta; dan anggota program BPJS kelas tiga. Sekitar 26% pasien readmisi dengan frekuensi readmisi 1-2 kali selama satu tahun. Biaya rata-rata terapi tiap pasien PPOK rawat inap readmisi dan tanpa readmisi yaitu Rp3.056.551 dan Rp2.829.114. Hasil penelitian menunjukan bahwa lama rawat inap berhubungan dengan readmisi pasien PPOK eksaserbasi akut (p = 0,004). Readmisi mempengaruhi biaya pasien PPOK eksaserbasi akut. Biaya tindakan non medis adalah biaya yang paling berpengaruh (p = 0,005).
ANALISIS PRAKTEK DISTRIBUSI OBAT OLEH APOTEK DI WILAYAH KABUPATEN JEMBER Nanang Munif Yasin; Eko Agus Budi Darmawan; Satibi Satibi
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i2.77300

Abstract

Dengan keterbatasan cakupan pengawasan pemerintah dan sebaran fasilitas pelayanan kefarmasian, praktek distribusi obat oleh apotek tumbuh subur di wilayah Kabupaten Jember. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, belum ditemukan penelitian mengenai praktek distribusi obat oleh apotek. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui praktek distribusi obat oleh apotek. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan case study dengan sampel penelitian adalah apotek-apotek yang ditentukan berdasarkan hasil Focused Group Discussion (FGD) bersama Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Pengurus Cabang Jember (purposive sampling). Cara pengumpulan data dilakukan dengan observasi apotek dan wawancara mendalam kepada PSA dan APA masing-masing apotek yang diobservasi.  Dari hasil observasi dan wawancara didapatkan hasil bahwa subyek melakukan pengadaan dalam jumlah besar dan tanpa pembatasan jumlah dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), sedangkan pada penyalurannya seluruh subyek melakukan penyerahan obat kepada tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan) ataupun sarana pelayanan kefarmasian lain (apotek, Puskesmas, klinik, rumah sakit). Dalam menjalankan proses bisnisnya, subyek melakukan pengadaan dalam jumlah besar untuk mendapatkan potongan harga. Subyek juga melakukan evaluasi terhadap pesanan pelanggan walaupun jika stok tersedia sebagian subyek tetap akan melayani pesanan sesuai jumlah permintaan. Penyerahan obat selain diambil langsung di apotek juga dapat dilakukan dengan pengiriman oleh pegawai apotek maupun jasa ekspedisi. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa apotek dengan praktek distribusi obat di Kabupaten Jember melakukan pengadaan obat dari PBF dan menyalurkan obat ke tenaga kesehatan/sarana lain dalam jumlah besar, mendapatkan potongan harga khusus dari PBF, dapat melayani pemesanan maupun pengiriman obat ke pelanggan dengan bantuan sales apotek, dan adanya pilihan pembayaran secara kredit
Gambaran Terapi Antibiotik Empirik dan Luaran Klinik pada Pasien Anak dengan Community Acquired Pneumonia dirawat inap RS Akademik UGM Nanang Munif Yasin; Samsul Alam; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 19, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v19i2.77146

Abstract

Community acquired pneumonia (CAP) merupakan peneumonia yang berasal dari komunitas yang merupakan infeksi akut parenkim paru meliputi aveolus dan jaringan intestinal yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penggunaan antibiotik empirik di setiap negara dapat berbeda-beda sesuai dengan sensitifitas bakteri maupun pola kuman di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan terapi antibiotik empirik serta hubungannya terhadap luaran klinik pada pasien anak dengan CAP dirawat inap RSA UGM Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cohort retrospektif. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien anak dengan CAP dirawat inap RSA UGM Yogyakarta pada periode Januari 2021 – Januari 2022. Data pada penelitian ini bersumber dari catatan medik RSA UGM, selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara ketepatan penggunaan antibiotik empirik dengan luaran klinik menggunakan analisis chi-square. Jumlah pasien pada 1 Januari 2021 – 1 Januari 2022 didapatkan total 90 pasien kemudian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 69 pasien dengan 80 regimen terapi antibiotik empirik. Sebanyak 55 pasien dengan umur < 5 tahun, pasien pada penelitian ini lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 39 pasien. Pasien pada penelitian ini paling banyak menggunakan terapi tunggal dengan antibiotik sefalosporin generasi 3 yakni seftriakson sebanyak 38 pasien, terapi kombinasi yang paling banyak adalah ampisilin dan gentamicin sebanyak 8 pasien. Berdasarkan penilaian Gyssens sebanyak 30 pasien menerima terapi antibiotik empirik dengan tepat. Berdasarkan uji chi-square terdapat hubungan antara ketepatan antibiotik empirik dengan luaran klinik pasien dengan nilai p= 0,039 (p= <0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh ketepatan penggunaan antibiotik empirik terhadap luaran klinik pasien