Luh Asri Ningsih Widhi Nurjaya
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Potensi Produksi Gas Metana (CH4) dari Kegiatan Landfilling di TPA Bengkala Kabupaten Buleleng dengan Kombinasi Permodelan LandGEM, IPCC, dan LCA Luh Asri Ningsih Widhi Nurjaya; Tuhu Agung Rachmanto
Envirotek : Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 15 No. 2 (2023): Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan
Publisher : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33005/envirotek.v15i2.262

Abstract

Permasalahan sampah semakin memburuk tiap tahun akibat pertumbuhan penduduk yang menyebabkan akumulasi sampah dan penggunaan Tempat Pembuangan Sampah (TPA) kota. Untuk mengatasi ini, penelitian menggunakan model gabungan LandGEM (Landfill Gas Emission Model), IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), dan LCA (Life Cycle Assessment) di TPA Bengkala. Tujuannya adalah mengukur potensi gas metana dalam penimbunan sampah di TPA ini, karena minimnya data mengenai gas ini di lokasi tersebut. Validasi data dilakukan dengan membandingkan model LandGEM dan IPCC, sementara LCA digunakan untuk mengevaluasi dampak lingkungan dari penanganan sampah di lokasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata harian sampah yang dihasilkan mencapai 1,95 liter/orang atau 0,36 kg. Densitas rata-rata sampah di TPA Bengkala adalah 185,23 kg/m3. Komposisi sampah mengindikasikan 36% berasal dari sampah taman dan hanya 2,35% dari tekstil. Emisi gas metana sekitar 3,80 Gg/tahun dalam skenario CAA-Conventional default, 1,93 Gg/tahun dalam skenario Inventory default, dan sekitar 0,99 Gg/tahun berdasarkan validasi model IPCC. Puncak produksi gas metana diperkirakan terjadi pada 2034. Dalam aspek dampak lingkungan, skenario pengelolaan sampah dengan metode sanitary landfill (skenario 0) lebih efisien dibanding opsi lain. Namun, pendekatan berkelanjutan dengan daur ulang dan pengomposan cenderung lebih baik, seperti yang ditunjukkan skenario 2, dibandingkan dengan pengolahan termal (skenario 1 dan 3).