ABSTRAK Tradisi Nampah Penyu yang dilakukan oleh masyarakat Desa Adat Banjar Tegal pada umumnya adalah wujud rasa bhakti dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan tradisi Nampah yaitu membangun kekuatan diri untuk mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dengan demikian secara tegas dapat menghindar dari kesalahan yang dapat membawa kita pada kehidupan adharma. Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat tiga permasalahan yang akan dibahas antara lain: (1) Apa landasan tradisi Nampah Penyu dalam Upacara Piodalan Agung di Pura Mas Panyeti di Desa Adat Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, (2) Bagaimana bentuk pelaksanaan dalam tradisi Nampah Penyu dalam Upacara Piodalan Agung di Pura Mas Panyeti di Desa Adat Banjar Tegal Kecamatan Buleleng, (3) Apa Implikasi yang terkandung dalam tradisi Nampah Penyu dalam Upacara Piodalan Agung di Pura Mas Panyeti di Desa Adat Banjar Tegal Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: metode observasi, metode wawancara, dan metode kepustakaan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dengan langkah-langkah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian dan analisis data menunjukan: (1) Dasar pelaksanaan tradisi Nampah Penyu dapat dilihat dari segi landasan historis dan landasan religius, (2) Bentuk tradisi Nampah Penyu terdiri dari waktu dan tempat pelaksanaan tradisi, sarana tradisi, tahap awal, tahap pelaksanaan, serta tahap akhir. (3) Implikasi yang terkandung dalam tradisi Nampah Penyu ini yaitu Implikasi Sradha dan Bhakti, Implikasi Sikap Solidaritas dan Implikasi Pelestarian Budaya. Kata Kunci: Tradisi Nampah Penyu, Eksistensi.