Luka pasca ekstraksi gigi menyebabkan infiltrasi neutrofil yang mengaktifkan sel Polimorfonuklear (PMN) untuk melepaskan radikal bebas yang berfungsi menghancurkan bakteri. Radikal bebas yang berlebihan menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel yang disebut stress oksidatif. Salah satu biomarker stress oksidatif ialah Malondealdehyde (MDA). Stres oksidatif dapat dicegah dengan memberikan antioksidan, tetapi belum diketahui apakah terdapat pengaruh pemberian antioksidan sintetis terhadap kadar MDA dan waktu penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Tujuan penelitian ialah menganalisis pengaruh pemberian antioksidan sintetis terhadap kadar MDA dan waktu penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi pada tikus putih (Rattus norvegicus). Metode penelitian yang dipakai ialah eksperimental laboratorium dengan rancangan pre test and post test with control group design. Dilakukan uji statistik dengan uji t- berpasangan dan uji Kruskal Wallis dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Sampel merupakan tikus putih galur sprague dawley jantan berjumlah 24 ekor dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok K (kontrol), P1 (antioksidan sintetis dosis 4,5 mg), P2 (antioksidan sintetis dosis 6,75 mg), P3 (antioksidan sintetis dosis 9 mg). Terjadi penurunan kadar MDA pada tikus pasca ekstraksi gigi sesudah diberi antioksidan sintetis pada kelompok P1, P2 dan P3 terhadap kelompok K. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) rerata kadar MDA pasca ekstraksi gigi sebelum dan sesudah pemberian antioksidan sintetis pada kelompok P3. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) rerata kadar MDA pasca ekstraksi gigi pada kelompok P2 dan P3 dibandingkan kelompok K. Waktu penyembuhan luka pada kelompok P3 lebih cepat dibandingkan dengan kelompok P2, P1 dan K. Pada kelompok P3 soket menutup sempurna pada hari ke 5, P2 pada hari ke 6, P1 dan K pada hari ke 7. Pemberian antioksidan sintetis memiliki pengaruh terhadap kadar MDA dan waktu penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi.